Mohon tunggu...
John Rubby P
John Rubby P Mohon Tunggu... Penulis - Planter yang selalu belajar

PLANTER............

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

31 Maret 2014

27 Juni 2014   23:56 Diperbarui: 18 Juni 2015   08:33 102
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Judul di atas secara umum adalah hari yang biasa dan memang seperti itulah adanya, akan tetapi hari itu adalah hari yang paling kritis dalam hidup ini, getirnya hidup begitu terasa, terhempas bagai badai tak terperi.

Medio november 2013, Ibu yang melahirkan kami anak-anaknya jatuh sakit dan kami membawa beliau ke dokter, dan menurut analisa dokter, beliau sakit maag.  Akan tetapi penyakit beliau tidak kunjung sembuh, dan akhirnya kami sepakat membawa beliau ke kota Medan, karena abang kami ada di Medan, dan kami utuslah sibungsu kami menjemput beliau, kebetulan Bapak dan Ibu kami hanya mereka berdua tinggal dikampung halaman.  Kami tetap memantau keadaan beliau yang saat ini kami berada dikalimantan.  Di Medan beliau dibawa ke dokter dan lagi-lagi kata dkter, beliau sakit maag, setelah diberikan obat penyakit beliau tetap tak berubah, sehingga kami sepakat membawa beliau ke klinik dan diopname di sana, supaya lebih mudah penangannya oleh dokter spesialis.  Ternyata kali ini analisa dokter berubah, menurut pengamatan dokter Ibu tercinta terkena cacingan yang sudah sangat banyak di usus beliau.  Kemudian dokter memberikan obat untuk mengurangi perkembangbiakan cacing. Setelah itu dilakukan kemudian dokter memeriksa beliau kembali, dokter tersebut curiga ada cairan dilambung beliau. Dokter menyarankan untuk dilakukan endoskopi, dan tentu demi kebaikan Ibu kami tercinta kami mengikuti saran dokter.  Setelah dilakukan endoskopi alangkah terkejutnya kami bahwa menurut hasil endoskopi, lambung beliau terkena tumor, alangkah kangetnya kami semua, terbayang betapa perjuangannya bagi kami anak-anaknya, kini kami berusaha keras sekuat tenaga, dan berdoa senantiasa semoga Tuhan menyembuhkan sakit beliau.  Hasil endoskopi menyebutkan bahwa tumor yang ada baru tahap awal, dan kami sangat yakin Tuhan akan menunjukkan mujijatNya bagi beliau.  saran dokter beliau harus segera dioperasi. Saran dokter tersebut kami ikuti dan tiba saatnya beliau akan dioperasi, tetapi sebelum operasi dilakukan, akan dilakukan dulu scaning untuk mengetahui letak tumor di lambung beliau.  Kemudian alangkah kagetnya kami bahwa menurut hasil CT scan, beliau telah terkena tumor stadium lanjut, hatipun terasa hancur, lutut serasa tak sanggup untuk menahan beban badan, pikiran mengambang entah kemana, oh ibu cintamu pada kami tek terkira. Saya teringat pada tahun 2011 beliau sakit, saya dan istri menyarankan beliau untuk medical check up total, dan kami kirimkan keperluan untuk itu, tetapi entah mengapa tidak jadi dilakukan, seandainya itu terlaksana mungkin cerita dalam tulisanku ini akan berbeda. Dokter akhirnya melakukan operasi, dan sesuai rencana dan waktunya sangat tepat, yaitu 3 jam.  Pasca operasi kami lagi-lagi terkejut tiada tara, ternyata penyakit (tumor) yang ada dilambung beliau tidak bisa lagi diangkat, kami tinggal pasrah.  tapi walau begitu aya masih yakin beliau pasti sembuh, dan Saya setiap malam berdoa mohon muzizat Tuhan pada beliau.Setelah seminggu dirumah sakit beliau diperbolehkan pulang, dan menurut beliau rasa sakitnya telah berangsung berkurang dan kamipun sedikit lega, maka Ibu kami rawat di rumah Abang kami yang di Medan. Sebulan pasca operasi, rasa sakit yang beliau rasakan sangat perih, maka kami sepakat membawa beliau lagi kerumah sakit, setelah 2 hari berada di rumah sakit beliau ternyata lebih memilih menghadap Tuhannya yang menurut pikiran kami sebagai manusia, bahwa Tuhan tidak adil.  Sebelum beliau menghadap yang Maha Kuasa, terlebih beliau melipat tangan dan berdoa, setelah selesai berdoa beliau berbicara ke Abang kami dan beliau mengatakan beliau telah siap menghadap Tuhannya dan beliau telah menyerahkan dirinya kepada Tuhan.  Beberapa menit kemudian beliau memanggil anak bungsunya ingin menyampaikan sesuatu, tapi menurut adik bungsu kami suara beliau sudah tek terdengar lagi, pada saat itu beliau pergi untuk selama-lamanya tepat taggal 31 maret 2014.  Kami semua anaknya berduka tiada peri, pedih kehilangan nakhoda kapal kami, beliau menjadi panutan bagi kami, kesabaran beliau membimbing kami tidak akan terbalas sampai kapanpun. TUHAN YANG MEMBERI TUHAN YANG MENGAMBIL TERPUJILAH NAMANYA, secara manusia kami tidak habis pikir kenapa Tuhan begitu cepat memanggil beliau, tetapi kami adalah umat pilihan Tuhan dan yakin percaya, Tuhan menempatkan beliau ditaman firdaus yang Tuhan janjikan.  Sekarang beliau telah tenang tinggal di rumah Tuhan semesta alam. Sebelum beliau kami antarkan ke peristirahatan terakhirnya, hati ini hancur lebur, terutama malihat anak bungsunya.  Setiap kali anak bungsunya menangis hati ini remuk redam melihatnya, air mata ini tak bisa kubendung.  Selama beliau sakit dari desember 2013 sampai maret 2013, yang senantiasa ada untuk beliau adalah adik kami si bungsu, betapa sedih hati adik kami, dia bercerita bahwa setiap malam beliau adik kami selalu terjaga siap sedia bila mana ibu kami ingin ke kamar mandi, atau ingin minum air putih. Adik kami kadang terjaga dari tidurnya ingin segera menyiapkan susu untuk ibu kami, dan ternyata dilihatnya beliau telah terbujur kaku.  Remuk redam hati ini melihat anak bungsu beliau menangis tersedu di samping tubuh kaku beliau. Sekarang tinggallah Bapak kami sendirian tinggal dikampung halam, tentu kami berusaha membuat beliau tersenyum, kami akan berbakti pada baliau dengan segala kerendahan hati.  Saat tulisan ini saya buat saya tak hentinya manitikkkan air mata mengingat semua jerih paya beliau membimbing kami anak anaknya, tak terhitung sudah pengorbanan beliau kepada kami anak-anaknya. Malianu, 27 Juni 2014 rubby.p

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun