Mohon tunggu...
John Lobo
John Lobo Mohon Tunggu... Guru - Pegiat Literasi dan Penggagas Gerakan Katakan dengan Buku
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Guru di SMA Negeri 2 Kota Mojokerto Jawa Timur

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Duduk Melingkar dan Pedagogi Intimitas

11 Oktober 2021   12:39 Diperbarui: 11 Oktober 2021   12:42 541
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Doa Pagi di ruang Mulmed Perpustakaan. dok.pribadi

Dua orang orang lebih yang sering berkomunikasi membuat mereka menjadi intim, dalam hal ini intimitas memiliki hubungan dengan kelekatan.

Keberjarakan sosial (social distancing) rentan menimbulkan jarak sosial bahkan mengubah relasi yang awalnya personal menjadi impersonal. Migrasi pembelajaran luring ke daring harus diakui telah menimbulkan jarak sosial. 

Walaupun dalam hal konten guru menyempitkan rumah sebagai ruang untuk mengerjakan tugas dari sekolah.

Melalui doa pagi dengan formasi melingkar saya menemukan makna bahwa dengan duduk melingkar antara siswa dan guru dan antara siswa itu sendiri bisa saling pandang, menyapa, dan membangun komunikasi kendati tetap memakai masker. 

Secuil senyuman yang terbungkus dibalik masker tetap terlihat ketika ada banyolan kecil yang disampaikan.

Senyum bukan sekedar ekspresi ramah namun memiliki aneka faedah untuk kesehatan mental yang bisa membangun resiliensi peserta didik sehingga memiliki daya tangguh dalam menghadapi, mencegah, meminimalkan bahkan menghilangkan dampak yang merugikan dari kondisi yang tidak menyenangkan, atau mengubah kondisi kehidupan yang susah menjadi hal yang wajar. Kendati sebatas senyuman kecil itu mampu mempengaruhi emosi orang disekitarnya.

doa pagi. dok.pribadi
doa pagi. dok.pribadi
Sebagai makhluk sosial kita memang tidak didesain untuk memudarkan ekspresi wajah dengan penutup yang namanya masker. Sapaan, senyuman, saling beradu pandang sama urgennya seperti makanan dan minuman demi kelangsungan hidup manusia. Senyuman bisa menghadirkan energi positif baik bagi diri sendiri maupun sesama disekitarnya. Lewat senyuman terungkap intimitas relasi sosial .

Penulis lahir pada tanggal 9 Juli 1972 di kampung yang dijuluki negeri sejuta jurang tepatnya Kampung Woeloma, Deru Desa Nenowea Kecamatan Jerebuu Kabupaten Ngada Flores NTT. 

Menyelesaikan pendidikan S-1 pada Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan bidang Kateketik Widya Yuwana Madiun Jawa Timur. Saat ini bekerja sebagai Guru Pendidikan Agama Katolik di SMA Negeri 2 Kota Mojokerto. Tahun 2004 menikah dengan Ludgardis Keo dan mendapatkan anugerah Tuhan dua orang putra yaitu Claudius M.C. Wogo dan Diego de San Vitores Lina. 

Selain guru, penulis juga editor buku kumpulan esai "Bahasa Indonesia dalam Revolusi Industri 4.0" terbitan Temalitera Mojokerto.Aktif dalam karya kemasyarakatan yakni sebagai penggagas Gerakan Katakan dengan Buku (GKdB), Anggota Pustaka Bergerak Indonesia, Pendiri Sa'o Pustaka dan beberapa Taman Baca serta pegiat literasi nasional. 

Lewat GKdB penulis menggerakan masyarakat baik secara pribadi maupun komunitas dalam mendonasikan buku untuk anak-anak di seluruh Indonesia. Penulis bisa dihubungi via email ; yohanesdonboscolob@gmail.com, FB: john lobo, IG : John Lobo, dan WA ; 082157531016.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun