Mohon tunggu...
John Lobo
John Lobo Mohon Tunggu... Guru - Pegiat Literasi dan Penggagas Gerakan Katakan dengan Buku
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Guru di SMA Negeri 2 Kota Mojokerto Jawa Timur

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Anak Muda Butuh Sahabat, Bukan Pemimpin!

20 Maret 2021   21:21 Diperbarui: 20 Maret 2021   21:32 214
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
bersama kak Edy Loke (dok.pribadi)

Semenjak purna tugas dari staf Komisi Pengembangan Sosial Ekonomi (PSE) Keuskupan Surabaya penghujung tahun 2020 intensitas pertemuan kami semakin sedikit, maklum Ka'e Eddy sering ke Palangkaraya bumi Borneo untuk mencerdaskan masyarakat di sana dalam kapasitasnya sebagai komisi PSE KWI dan Nara sumber bagi JPIC (Justice, Peace, and Integration of Creation) yang merupakan salah satu komisi SVD yang bekerja mempromosikan dan memperjuangkan Keadilan, Perdamaian dan Keutuhan Ciptaan.Hari ini Sabtu (20/3/2021) disela-sela kesibukannya, beliau menyempatkan diri untuk mampir dan ngobrol sebelum menuju Pare Kabupaten Kediri guna mendampingi petani binaannya. Dua cangkir kopi pahit dan botol air mineral menjadi teman setia sesekali diteguk bergantian untuk menyegarkan tenggorokan. Sebagai buah tangan, kae Edy Ka'e Eddy memberikan dua buah kalender 2021 dari Keuskupan Timika Dekenat Paniai.

Kalender dari kak Edy (dok.pribadi)
Kalender dari kak Edy (dok.pribadi)
Obrolan diawali dengan sharing tentang aktivitas pemberdayaan masyarakat yang dilakukannya selama berada di pelosok Kalimantan. Mulai mengajak masyarakat untuk memotret desanya, memetakkan potensi, menemukan masalah, peluang dsb singkatnya  bersama masyarakat memotret desa dengan menggunakan metode SWOT yakni Strengths (kekuatan), Weaknesses (kelemahan), Opportunities (peluang), dan Threats (ancaman). Analisis model ini mengatur kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman utama masyarakat ke dalam daftar yang terorganisir dan selanjutnya disajikan dalam bilah kisi-kisi yang sederhana.

Demikian juga bagaimana pengalaman dirinya untuk menganalisa kemampuan SDM setempat melalui metode Apresiatif Inquiri yakni sebuah metode yang mentransformasikan kapasitas sistem manusia untuk perubahan yang positif dengan menfokuskan pada pengalaman pribadi yang positif (misalkan capaian-capaiaan prestasi) dan harapan-harapannya di masa depan. Dalam konteks pendidikan dan pelatihan SDM, Appreciative Inquiry biasa digunakan untuk menggerakkan perubahan budaya, mengembangkan diri, membimbing dan memantau secara seksama suatu keadaan atau kondisi, termasuk juga perilaku atau kegiatan tertentu, dengan tujuan agar semua data masukan atau informasi yang diperoleh dari hasil pengamatan tersebut dapat menjadi landasan.

Sharing dan obrolan kami seputar aksi pemberdayaan sangat seru sampai lupa bahwa ka'e Eddy harus bertemu dengan para petani di Kediri. Pasca pamitnya ka'e Eddy saya coba membuka kalender , menyimak foto dan tulisan bernas kata-kata bijak dari mendiang Mgr. John Philip Gaiyabi Saklil Uskup Timika pertama, yang menjabat sejak 19 Desember 2003 hingga meninggal dunia pada 3 Agustus 2019.

tulisan pada kelender (dok.pribadi)
tulisan pada kelender (dok.pribadi)
Ketika membuka Kalender bulan April 2021, mata saya terhenti dan terhenyak ketika membaca kalimat bijak nan tegas dari Mgr. John Saklil " Anak Muda butuh sahabat, bukan pemimpin!". Sahabat adalah kawan, teman, handai (KBBI, III:977). Sahabat adalah orang yang memperlihatkan perilaku yang berbalasan dan reflektif. Sedangkan Persahabatan atau pertemanan adalah istilah yang menggambarkan kerja sama dan saling mendukung antara dua atau lebih entitas sosial. Orang yang bersahabat itu biasanya saling berbicara dan menghabiskan waktu bersama. Sahabat saling mempercayai dan saling membantu ketika berada dalam kesulitan atau terluka.

A lm. Mgr. John Saklil bersama Kaum Muda (sumber : OMKnet)
A lm. Mgr. John Saklil bersama Kaum Muda (sumber : OMKnet)
Anak muda butuh sahabat, bukan pemimpin ! merupakan sebuah ungkapan gamblang bahwa sosok yang berada pada kisaran usia antara usia 17 sampai 25, yang secara fisik biasanya sehat, dan jarang menjadi sasaran penyakit maupun masalah akibat penuaan serta menjadi generasi penyambung tongkat estafet kepemimpinan masa depan itu butuh figur yang bisa dan mudah diajak bicara, selalu berada ditengah-tengah mereka, senantiasa menaruh kepercayaan pada mereka serta berada pada posisi depan untuk memberi contoh,     menyemangati juga motivator yang baik . Selain dilatarbelakangi oleh situasi setempat alm. Mgr. John Saklil sepertinya sedang memberitakan bahwa anak muda tidak butuh pendekatan kekuasaan yang bisa  memengaruhi mereka untuk berpikir dan berperilaku sesuai dengan kehendak yang memengaruhi. Aku tidak menyebut kamu lagi hamba, sebab hamba tidak tahu, apa yang diperbuat oleh tuannya, tetapi Aku menyebut kamu sahabat...(Yoh 15:15)

Mojokerto, 20 Maret 2021

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun