Mohon tunggu...
John Lobo
John Lobo Mohon Tunggu... Guru - Pegiat Literasi dan Penggagas Gerakan Katakan dengan Buku
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Guru di SMA Negeri 2 Kota Mojokerto Jawa Timur

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Buku: Kado Istimewa untuk Anak-anak di Manggarai Barat

16 Maret 2021   14:08 Diperbarui: 16 Maret 2021   18:21 361
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Penyerahan buku oleh Benediktus (dok.pribadi)

Hari ini, Selasa (16/3/2021) sekitar jam 11.43 WIB saya mendapatkan telepon dari salah satu anggota DPRD Kabupaten Manggarai Barat Ade Benediktus Nurdin bahwa buku yang dikirim beberapa waktu lalu telah tiba di Sernaru gang Familia, kelurahan  Wae Kelambu Labuan Bajo- Manggarai Barat- Flores- NTT.

Saya mengenal Ade Benediktus Nurdin melalui saudaranya Siprianus Jebatu yang juga dari Manggarai Barat ketika kami bergabung dalam komunitas Santo Donbosco di Kediri beberapa tahun silam. Siprianus selanjutnya mengambil keputusan untuk kembali ke kampung halaman untuk membangun daerahnya sendiri.

Dalam obrolan singkat, Ade Benediktus yang juga pernah menjadi sales salah satu produk rumah tangga di Surabaya beberapa tahun lalu berkisah bahwa dirinya berterima kasih atas sumbangan buku untuk anak-anak di Manggarai Barat. 

Buku-buku tersebut rencananya akan dibagikan kepada seluruh sekolah yang ada di daerahnya. Selama ini beliau selalu berpikir bagaimana cara yang tepat untuk mengatasi terbatasnya akses anak-anak terhadap buku bacaan bermutu yang mampu membuka cakrawala berpikir. " Kedatangan buku ini memberikan spirit tersendiri bagi saya sebagai wakil untuk mulai berpikir dan bertindak kreatif bagaimana meningkatkan sumber daya manusia di tempat saya" tutur Benediktus penuh antusias.

Melalui Gerakan Katakan dengan Buku (GKdB) yang digagas sejak Pebruari 2006 saya telah mengirimkan puluhan ton buku untuk anak-anak di seluruh Indonesia khususnya di NTT. Hampir merata di semua kabupaten mulai dari Flores Barat hingga Alor , Sumba, Timor, Sabu , dan Rote. Gerakan ini mulai terasa dampaknya ketika mendapatkan respon yang antusias dari berbagai kalangan seperti politisi, tokoh agama, tokoh masyarakat, dan tenaga pendidik. Seperti di Flores Timur gerakan katakan dengan Buku sangat menarik perhatian para guru terutama Asosiasi Guru Penulis Indonesia (Agupena) ketika dipimpin oleh Maksi Masan Kian.

Salah satu indikator penentu kemajuan sebuah bangsa adalah kualitas sumber daya manusia (SDM) yang mendiami negara tersebut.Secara spesifik unsur penting yang erat kaitannya dengan penilaian tersebut adalah kemampuan masyarakat dalam mengakses, memahami, dan menggunakan sesuatu secara cerdas melalui berbagai aktivitas, antara lain membaca, melihat, menyimak, menulis, dan/berbicara atau yang dikenal dengan istilah literasi.

Gerakan katakan dengan buku ini lahir karena adanya dorongan yang kuat dari dalam diri untuk memanfaatkan buku media literasi sekaligus sebagai simbol penghargaan dan keakraban dengan sesama bahkan simbol pengikat emosi antara satu dengan yang lainnya. Bertolak dari suatu keyakinan bahwa melalui buku mengalirlah kreativitas dan dinamika intelektual yang merangsang cara berpikir untuk melakukan perubahan. Sejarah dunia adalah sejarah buku karena berbagai perubahan yang terjadi dengan segala akibatnya berasal dari buku.

Secara tegas dapat dikatakan bahwa buku merupakan salah satu indikator kemajuan dan jendela peradaban sebuah bangsa.Karena buku peradaban sebuah negara menjadi maju dan karena buku jualah sebuah peradaban tak memberi makna yang berarti ketika buku teralienasi dari kehidupan masyarakatnya.

Sebagai sebuah gerakan literasi, katakan dengan buku tidak  sekedar menyediakan buku, tetapi membangun pemikiran, perilaku dan budaya dari yang tidak suka membaca menjadi generasi yang gemar membaca.

Dari generasi yang asing dengan buku menjadi generasi yang mencintai buku.Dari generasi yang alergi dengan buku menjadi generasi yang intim dengan buku.Dari sanalah kreativitas dan transfer pengetahuan bisa berlangsung dan berkembang secara intensif.

Gerakan Katakan dengan buku merupakan sebuah mimpi besar dan hanya bisa digapai jika memiliki disposisi bathin yang tepat.Andaikan obsesi ini tercapai, patut dicatat sebagai sebuah prestasi.Oleh karena itu butuh kolaborasi dan kerja sama yang baik dengan siapapun.

Mojokerto, Selasa 16 Maret 2021

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun