Mohon tunggu...
John Lobo
John Lobo Mohon Tunggu... Guru - Pegiat Literasi dan Penggagas Gerakan Katakan dengan Buku
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Guru di SMA Negeri 2 Kota Mojokerto Jawa Timur

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Gerakan Katakan dengan Buku

28 November 2020   20:16 Diperbarui: 23 Maret 2021   18:50 201
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
bagi buku di Nenowea (dok.pribadi)

Pekan kedua Bulan Maret (15-20/3/2021) media lokal seperti Radar NTT dan Kompasiana memberitakan aksi bagi-bagi 34.000 buku secara gratis yang dilakukan oleh Benediktus Nurdin, salah satu anggota DPRD sekaligus ketua fraksi Nasdem Kabuapten Manggarai Barat. Gerakan ini tentu menghebohkan dunia literasi Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur bahkan nasional. Gelombang permintaan dari berbagai pelosok dan lembagapun semakin tak terbendung. Hal ini bisa jadi merupakan tanda bahwa adanya kesadaran dari berbagai elemen tentang pentingnya ketersediaan infrastruktur literasi yakni buku secara memadai . Pun pula lahirnya kesadaran bahwa untuk mencerdaskan generasi muda Manggarai Barat adalah tanggung jawab bersama. Oleh karena itu dibutuhkan kolaborasi berbagai pihak agar cita-cita bersama akan hadirnya generasi muda yang cerdas bisa terealisasi.

Salah satu indikator penentu kemajuan sebuah bangsa adalah kualitas sumber daya manusia (SDM) yang mendiami negara tersebut.Secara spesifik unsur penting yang erat kaitannya dengan penilaian tersebut adalah kemampuan masyarakat dalam mengakses, memahami, dan menggunakan sesuatu secara cerdas melalui berbagai aktivitas, antara lain membaca, melihat, menyimak, menulis, dan/berbicara atau yang dikenal dengan istilah literasi.Jika ingin eksis atau bertahan di abad 21, masyarakat harus menguasai enam literasi dasar, yaitu literasi baca-tulis, literasi berhitung, literasi sains, literasi teknologi informasi dan komunikasi, literasi keuangan, serta literasi budaya dan kewarganegaraan. Bahkan  hal lain yang perlu dikuasai adalah literasi kesehatan, literasi keselamatan (jalan, mitigasi bencana), dan literasi kriminal (Pangesti, Mei 2016).

Apakah di daerah anda terdapat gerakan literasi ?. Jajak Pendapat via telepon oleh Litbang Kompas tanggal 17-19 Mei 2017 terhadap 512 responden yang berusia 17 tahun di 14 kota besar di Indonesia, 52,7% memberikan jawaban bahwa tidak ada.

Jajak pendapat ini memberikan gambaran pada kita bahwa sebagian besar memang tidak ada gerakan literasi dalam masyarakat (kompas,Rabu, 7 Juni 2017).Ekses yang dirasakan dengan minimnya gerakan tersebut adalah kemampuan literasi kita selalu berada pada posisi paling rendah jika dibandingkan dengan bangsa lainnya.

Berdasarkan uji literasi yang dilakukan oleh PIRLS (Progress in International Reading Literacy Study) 2011 , Indonesia menduduki peringkat ke-45 dari 48 negara peserta . Demikian juga uji literasi membaca dalam PISA (Programme for International Student Assessment )2009 menunjukkan anak Indonesia berada pada peringkat ke-57 , sedangkan PISA 2012 menunjukkan peserta didik Indonesia berada pada peringkat ke-64 . Sebanyak 65 negara berpartisipasi dalam PISA 2009 dan 2012.

Data PIRLS dan PISA, khususnya dalam keterampilan memahami bacaan, menunjukkan bahwa kompetensi anak Indonesia tergolong rendah.Data terbaru tahun 2016 yang dirilis oleh The Worlds Most Literate Nations kemampuan literasi bangsa kita berada pada urutan ke 60 dari 61 negara.

Penelitian ini dilakukan oleh Presiden Central Connecticut State University John W Millner dan Michael C Mc-Kenna.Najwa Shihab, duta baca nasional sempat nyeletuk "untung ada Botswana (salah satu negara di Afrika) yang berada di urutan paling bontot"

Faktor Penyebab                                      

Ditengarai yang menjadi penyebab anjloknya SDM kita dalam perspektif literasi adalah rendahnya minat baca. Data yang rilis tahun 2012 oleh United Nations Educational Scientific and Cultural Organization (UNESCO) atau Organisasi Pendidikan Ilmiah dan Kebudayaan PBB yang mempublikasikan data bahwa indeks minat membaca masyarakat Indonesia baru mencapai angka 0,001.Artinya,dari setiap 1.000 orang Indonesia hanya ada 1 (satu) orang yang memiliki minat baca.

dokumen pribadi
dokumen pribadi
Biro Pusat Statistik (BPS) tahun 2012 memaparkan datanya.Hasil penelitian tersebut menunjukkan sebanyak 91,68% penduduk Indonesia yang berusia 10 tahun ke atas lebih suka menonton televisi dan sisanya suka membaca. Data tersebut memberikan gambaran  bahwa sebagian besar masyarakat kita belum memiliki tradisi membaca dan cendrung menjadikan televisi sebagai sahabat pengisi waktu luang.

Pesona Televisi telah melumpuhkan minat baca. Publik memiliki persepsi bahwa televisi mampu memenuhi semua kebutuhan akan media dan merupakan sumber informasi serta media untuk menginterpretasi realitas. Tak dapat dihindari kehadiran media televisi  secara sadar maupun tidak, telah menyeret anak pada sebuah kebiasaan untuk selalu menjadi penonton (melihat dan mendengar) saja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun