Mohon tunggu...
Handy Chandra van AB (JBM)
Handy Chandra van AB (JBM) Mohon Tunggu... Konsultan - Maritime || Marketing || Leadership

Badai ide dan opini personal.

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Perikanan, Mesin Ekologi dan Ekonomi | Pengelolaan Kelautan

10 Agustus 2020   09:13 Diperbarui: 9 Oktober 2020   06:24 448
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Koleksi Pribadi. Kepulauan Seribu, DKI.

Menteri Kelautan dan Perikanan RI, Dr. Edhy Prabowo, pada Jumat 07 Agustus 20202 lalu mengatakan, "Walaupun pertumbuhan ekonomi Indonesia negatif (minus), tetapi sektor perikanan masih tumbuh positif". Pernyataan ini dilakukan ketika meluncurkan Buku Besar Kemaritiman Indonesia, yang merupakan karya bersama para pegawai Kementerian Kelautan dan Perikanan, para akademisi, beberapa anggota LSM, dan beberapa peneliti swasta.

Kabar baik, bahkan sangat baik, ditengah kepungan kabar buruk virus korona.

Sehari kemudian, koran Kompas Sabtu, 08 Agustus 2020 menuliskan bahwa sektor pertanian, kehutanan dan perikanan masih tumbuh 2,19% pada triwulan 2 tahun 2020. Memang, tahun 2019 pada triwulan yang sama, tumbuhnya 5,33%. Ibarat pertandingan bola, sektor ini masih menang.

Hal-hal tersebut, sekali lagi menunjukkan bahwa sektor-sektor alamiah Indonesia adalah tulang ekologi dan daging ekonomi negara. Sektor alamiah lain yang sukses bertahan dari krisis adalah pengadaan air, pengolahan sampah/limbah dan daur ulang ; informasi dan komunikasi; dan jasa-jasa. Istilah pakem ekonominya, comparative advantage.

Keunggulan komparatif Indonesia sebagai negara maritim dan juga didukung wilayah perairannya 70% adalah laut, nyata sekali lagi. Setelah krisis ekonomi 1998, lalu 2008, lalu 2020, sektor perikanan, pertanian dan kehutanan tetap menjadi bemper (shock absorber) ketahanan ekonomi negara.

Mengapa bisa tetap untung?

Analisis ekonominya mari kita buat sederhana. Karena yang baca merupakan umum, penulis coba buat mudah.

Dalam produksi barang dan jasa, ada ongkos fabrikasi (biaya input material, biaya jasa operator, dan biaya perawatan aset). Hal ini merupakan biaya-biaya tetap yang tidak dapat dihilangkan. Biasanya sekitar 60-70% dari ongkos produksi.

Nah, dalam produksi ikan Tuna, ikan Tongkol, Cakalang, dan lainnya, biaya 60-70% tadi tidak diperlukan. Jadi kita tinggal panen dan jual. Selesai. Sederhana. Untungnya pasti.

Jadi, walaupun kita tidak efisien dalan sistem rantai-dingin, tidak efisien dalam ukuran kapal, tidak efisien dalam penanganan di pelabuhan, dll, kita berhasil memotong biaya 60-70% tadi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun