Sungai Mississippi membelah dan bermuara di negara bagian ini. Sepanjang pesisir sungai sampai ke muara, dilakukan pemancangan lembaran beton (sheet-pile) untuk mencegah erosi. Juga untuk mempertahankan luas daratan. Selain itu, lebar alur pelayaran sungai Mississippi di jaga dengan baik.
Alur pelayaran sungai tetap dirawat karena biaya transportasi menggunakan kapal (muatan gandum, hasil pertanian, dan tambang) ke negara bagian lain lebih murah, dari pada membuat infrastruktur jalan yang kecil-kecil. Namun demikian, jalan antar negara bagian (interstate road) tetap ada.
Reklamasi adalah kenyataan masif di negara bagian ini. Mayoritas kondisi tanah di Louisiana adalah rawa. Mirip dengan tetangganya Texas, Mississippi dan Alabama.
Bill Burnet, rekan pegawai dari NOAA (National Oceanography and Atmospheric Agency, Ministry of Commerce) berkisah, ketika terjadi musibah badai Katrina (tahun 2005) wilayah negara bagian Alabama dan Mississippi yang paling parah kerusakannya. Sedangkan Louisiana relatif kecil karena punya banyak dam pada alur sungai dan juga dilindungi dengan lembaran beton pancang. Selain itu, kanal-kanal di Louisiana lebih banyak, seperti di Belanda.
Yang menarik lagi, beberapa kawasan konservasi daerah delta sungai Mississippi, dipertahankan dengan vegetasi rumput semak pantai (salt marsh) dan lembaran beton pancang. Sehingga saat badai Katrina, peredaman gelombang sudah terjadi jauh dari kota dan pemukiman. Lantas, diredam pula dengan banyaknya kanal dan kawasan vegetasi buatan di lahan reklamasi.
Apakah kebetulan atau tidak, perusahaan konsultan teta letak dam dan ruang kanal di New Orleans adalah dari Belanda. Entah kebetulan atau tidak, bandara Schiphol di Belanda dan Louis Armstrong New Orleans sama-sama dibawah permukaan air laut. Ini adalah fakta kesekian, bahwa wilayah reklamasi jika dikelola dengan baik, pasti banyak manfaatnya, salah satunya dalam meredam gelombang badai.
Sejarah Singkat
Waduh ..., maaf, hampir-hampir kelupaan. Dari tulisan pertama sampai alinea terakhir ini, belum ada cerita soal Ancol. Biar saya rangkum sedikit.
Kita kilas balik sejarah Ancol sebentar. Ada istilah menakutkan soal Ancol pada tahun 1960-an, yang mana wilayah itu dulu disebut "tempat Jin buang anak". Sebutan itu muncul karena suasananya seram saat malam hari dan lembab disiang hari.
Pada masa itu juga, Ancol merupakan wilayah sumber penyakit malaria dan kawasan rawa yang tak elok dilihat. Parahnya, dia berada di Ibukota Negara. Pencitraan Ibukota negara menjadi jelek, apalagi dekat bandara Kemayoran.
Namun, sejak berdirinya BPP (badan pelaksana pembangunan) Proyek Ancol (1966) dan kemudian menjadi PT. Pembangunan Jaya Ancol Tbk, tahun 1992, Ancol menjadi mesin uang Pemda DKI. Pabrik duit bahasa gaulnya.