Mohon tunggu...
Handy Chandra van AB (JBM)
Handy Chandra van AB (JBM) Mohon Tunggu... Konsultan - Maritime || Marketing || Leadership

Badai ide dan opini personal.

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Perusahaan Pelayaran Bangkrut: Biang dan Solusinya.

3 Juni 2020   02:06 Diperbarui: 1 Oktober 2020   19:29 1782
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kapal curah (bulk) melewati terusan Panama, di Amerika Tengah. Sumber: Shutterstock.

Well. Frankly speaking, I am just a man. But a man with mind.

Kalau saya bilang bisa tahu secara pasti sumber kebangkrutan, tentunya kesannya sombong. Apalagi bisa berkata, perusahaan pelayaran A umurnya tinggal 3 tahun, perusahaan B sisa 1 tahun, terlalu lebay kata anak gaul.

Yang mau disampaikan adalah, kebangkrutan adalah hasil akhir. Namun sebelum hasil akhir diputuskan pengadilan (hukum perdata), ada gejala-gejala awal. Ada tanda-tandanya. Tidak pernah ujug-ujug langsung dinyatakan pailit. Contoh kasus, perusahaan Hanjin Shipping, dari Korea, dinyatakan bangkrut tahun 2016 lalu.

Ada dua (2) aspek gejala sakitnya perusahaan pelayaran. 

Pertama, aspek keuangan. Parameter arus kas (cash flow) dalam 2 tahun terakhir negatif atau defisit. Hanjin Shipping rugi 473 miliar won (sekitar 450 juta US$) di semester awal 2016. Lalu Oktober 2016 dinyatakan pailit oleh pengadilan Korea Selatan. Parameter ini menunjukkan manajemen gagal melakukan efisiensi ataupun inovasi pendapatan. Solusinya sederhana, pangkas unit yang tidak kompetitif dan push pada unit yang produktif.

Aspek keuangan lainnya, parameter  DER (debt to equity ratio) sudah negatif dalam 2 tahun. Ini menunjukkan perusahaan terlalu agresif dalam mendapatkan kredit, tapi pasif menghasilkan pendapatan. Sebenarnya banyak parameter bisa dibaca dari laporan keuangan, tapi dua ini saja yang vital, berdasarkan pengalaman penulis. Solusi untuk masalah DER adalah re-strukturisasi kredit dan menjual saham baru.

Kedua, aspek manajemen dan kepemimpinan (leadership). Biang kegagalan dari Tim Direksi dan para General Managers mengantisipasi dan berinovasi dengan situasi keuangan dan kondisi disrupsi, akibatnya aspek nomer satu diatas jadi masalah berat. 

Solusinya, perlu melakukan perubahan struktur dan perubahan posisi untuk mencapai target pemilik perusahaan. Parameternya sederhana, KPI (key performance index) dan evaluasi 360 derajat. Harus terselesaikan restrukturisasi dan berjalan dengan sistem baru dalam 90 hari. Lebih dari itu, kehilangan momentum.

Era disrupsi dan perubahan drastis teknologi abad 21, membuat persaingan bukan hanya di level keuangan, tapi di level kreatifitas dan inovasi. Manajemen perusahaan pelayaran wajib sadar situasi ini. Kemudian beradaptasi.

Sederhana. Tapi panjang sekali prosesnya dan perlu disiplin dalam mengawalnya.

Salam kompasianer.

Handy Chandra van JB.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun