Mohon tunggu...
John Berek
John Berek Mohon Tunggu... Administrasi - Menulis adalah pekerjaan untuk keabadian (Pramoedya Ananta Toer); Menulis memang bukan bakat tapi suatu ketrampilan yang membutuhkan banyak belajar dan latihan

Apa yang terucap bisa lenyap, tetapi apa yang ditulis akan abadi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Piala Dunia dan Sampah

25 November 2022   10:27 Diperbarui: 25 November 2022   10:39 167
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
foto: tribunstyle.com

Piala dunia merupakan kompetisi paling akbar yang dilaksanakan setiap empat tahun sekali. Piala dunia berhasil menghipnotis miliar penghuni bumi ini untuk menyaksikan tim-tim terbaik dunia berlaga di lapangan hijau untuk merebut tropi piala dunia yang dilapisi emas berbahan dasar perunggu, sekaligus mengukuhkan negara pemenang sebagai jawara sepak bola dunia.

Setiap perhelatan pasti meninggalkan berbagai cerita atau pengalaman entah itu sedih atau gembira/inspirasi. Demikian juga dengan perhelatan piala dunia banyak meninggalkan cerita sedih dan cerita gembira/inspirasi. Salah satu cerita sedih adalah kekalahan Argentina atas Arab Saudi, dan Jerman harus tunduk dan memuji kehebatan Jepang.

Di balik cerita sedih tersebut terdapat cerita yang dapat menginspirasi masyarakat dunia akan kepedulian terhadap menjaga kelestarian lingkungan terutama kepedulian terhadap sampah.

Bila kita memutar kembali waktu ke tahun 2018 ketika perhelatan piala dunia dilaksanakan di Rusia. Saat itu selesai pertandingan antara Jepang dan Kolombia di Mordovia arena -- Sarank, supporter Jepang turun untuk memungut sampah yang ditinggalkan berserakan oleh penonton.

Aksi pilih-pilih sampah ini juga telah menginspirasi supporter Senegal memilih sampah di Spartak Stadium -  Moskow, setelah mengalahkan Polandia.

Aksi ini kembali terjadi ditengah euforia kemenangan Jepang atas Jerman pada piala dunia 2022 di Qatar, ternyata supporter Jepang tetap menunjukkan komitmen mereka akan kelestarian lingkungan dengan memungut sampah yang berada di Khalifa Stadium tempat berlangsungnya pertandingan antara Jepang melawan Jerman. Hal demikian juga dilakukan oleh pemain Jepang dengan membersihkan ruang ganti setelah selesai mereka gunakan.

Aksi supporter Jepang sangat pantas diajungkan jempol.

Lalu bagaimana dengan supporter Indonesia? Bila melihat mental supporter Indonesia masih jauh dari yang diharapkan. Rupanya supporter Indonesia lebih senang bentrok usai menonton pertandingan sepak bola dari pada melakukan kegiatan yang terpuji seperti memilih dan mengumpul sampah yang berserakan di dalam stadion. Karena mereka berpikir bahwa untuk memilih/mengumpul sampah adalah tugas dan tanggungjawab "pasukan kuning/orange" kebersikan.

Lingkungan yang bersih dan lestari adalah tanggungjawab seluruh masyarakat, oleh sebab itu disiplin membuang sampah pada tempatnya merupakan salah satu kunci dari keberhasilan ini. Orang tua perlu memberi contoh dan teladan kepada anak-anak, dan anak-anak perlu dilatih disiplin sedini mungkin.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun