Mohon tunggu...
Johan William Hadikusuma
Johan William Hadikusuma Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Siswa di SMA Kolese Kanisius

Saya adalah seorang siswa berumur 17 tahun di SMA Kolese Kanisius. Hobi saya mendengarkan musik dan juga menonton film-film dan serial TV. Saya juga minat menulis artikel dan esai singkat. Semoga Anda sekalian dapat menikmati wacana saya yang diunggah di situs ini!

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Apa Benar Bayi Perancang Tahap Selanjutnya dalam Evolusi Manusia?

1 Desember 2022   00:45 Diperbarui: 1 Desember 2022   00:55 328
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Bayi perancang atau bayi desainer (designer baby) adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan bayi yang susunan genetiknya telah dipilih secara artifisial melalui rekayasa genetika yang dikombinasikan dengan fertilisasi in-vitro untuk memastikan ada tidaknya gen atau karakteristik tertentu.

Teknologi ini telah digunakan dalam beberapa tahun terakhir untuk memungkinkan pasangan yang berisiko menularkan penyakit keturunan tertentu untuk memiliki anak yang bebas dari kondisi tersebut.

Bayi desainer juga berpotensi menghilangkan kondisi yang disebabkan oleh lingkungan, serta mengubah ciri fisik seperti warna mata dan rambut. Ciri-ciri tersebut dapat digunakan untuk memastikan bahwa penampilan seorang anak sesuai dengan keinginan orang tua. Secara teori, bayi desainer dapat mengizinkan orang tua untuk sepenuhnya menyesuaikan anak-anak mereka melalui rekayasa genetika.

Namun, ada pandangan yang berlawanan tentang etika mengizinkan orang tua merancang bayi mereka, karena beberapa orang khawatir hal ini dapat mengarah pada kloning manusia atau penciptaan “bayi super” dengan kemampuan yang tidak alami. 

Hal ini kemudian dapat menyebabkan perselisihan antargenerasi yang datang sebelum adanya rekayasa genetik dan yang datang setelahnya. Di sisi lain, ada juga yang berpendapat bahwa itu akan menjadi cara yang efektif untuk menghilangkan cacat genetik dan memberi pasangan lebih banyak kebebasan reproduksi. Bagaimanapun, penelitian lebih lanjut akan diperlukan sebelum langkah apa pun untuk menciptakan bayi desainer dapat dilakukan.

Memang, bayangan bayi perancang seperti pedang yang bermata dua. Seperti pedang, bayi desainer dapat menghasilkan potensi manfaat yang luar biasa untuk para orangtua dan anak-anak mereka, tetapi mereka juga dapat membawa risiko yang besar. Dengan melakukan manipulasi genetik, orangtua dapat memilih karakteristik yang diinginkan untuk anak mereka, seperti warna mata, warna rambut, tingkat pendidikan, dan banyak lagi. 

Ini dapat dipandang sebagai kesempatan bagi orangtua untuk memberikan anak mereka kehidupan yang lebih baik. Namun, hal ini juga dapat mengarah pada persaingan dan pertentangan antar generasi, karena generasi berikutnya dapat memiliki tingkat prestasi yang dihasilkan oleh bayi desainer yang tinggi. Ini dapat menimbulkan rasa takut dan kecemasan karena anak-anak yang diciptakan mengalahkan yang lain. 

Pada akhirnya, pedang bermata dua ini membawa risiko berat bagi para orangtua ketika membuat keputusan tentang bayi desainer.

Meskipun begitu, teknologi saat ini adalah hal yang tak terhindarkan. Dengan teknologi yang berkembang pesat dan revolusi biologis yang menyertai, anak-anak desainer diprediksi akan menjadi langkah selanjutnya dalam evolusi manusia dalam beberapa tahun ke depan. Manusia tidak akan bisa menyegel progres teknologi dan revolusi biologis yang terjadi. 

Diharapkan, teknologi ini akan digunakan untuk membuat kehidupan manusia lebih baik dan lebih sehat secara umum.

Terlepas dari keuntungan dan juga kerugian yang dibawa dengan adanya bayi desainer, penelitian lebih lanjut masih tetap diperlukan untuk mengetahui dampak potensial dari bayi desainer sebelum diterapkan pada publik. Kita tidak bisa menutup mata dari beberapa implikasi sosio-kultural yang mungkin terjadi akibat penerapan teknik ini. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun