GDP growth of 1% equals a 0.6% growth in material use (Wiedmann et al., 2015) and a 0.5--0.7% increase in carbon emissions (Burke et al., 2015). Jika diterjemahkan adalah "Pertumbuhan PDB 1% sama dengan pertumbuhan 0,6% dalam penggunaan material (Wiedmann et al., 2015) dan peningkatan emisi karbon 0,5-0,7% (Burke et al., 2015)". Hasil penelitian ini saya dapatkan ketika membaca Petersen et al., (2019) yang bercerita tentang Rekonseptualisasi Penolakan Perubahan Iklim: Denialisme Ideologis salah mendiagnosis perubahan iklim dan membatasi tindakan efektif . Ceritanya perubahan iklim sangat susah ditekan jika disandingkan dengan pertumbuhan ekonomi. Walaupun ada embel-embel ekonomi hijau. Data diatas berbicara bahwa pertumbuhan ekonomi secara tidak langsung berkorelasi juga dengan peningkatan emisi karbon dan penggunaan material. Dampaknya adalah banyak negara -negara yang pertumbuhan ekonominya bagus disatusisi mereka disuruh mengurangi emisi karbonnya dan negara mereka adalah negara industri. Dari sini kita lihat berat untuk negara yang industri tersebut atau GDP nya bagus untuk mengurangi emisi karbonnya
Bagaiamana dengan negara kita? Tidak dapat dipungkiri pertumbuhan ekonomi yang baik berdampak kepada seluruh sektor seperti penyediaan lapangan kerja, kepercayaan internasional, dan lain-lain. Tetapi pertumbuhan ekonomi berdampak juga kepada kerusakan lingkungan. Manakah yang penting pertumbuhan ekonomi vs kerusakan lingkungan? Menurut saya keduanya penting, kolaborasi keduanya yang susah ditemukan formatnya. Biasanya jika pertumbuhan ekonomi sudah maksimal, selalu dituntut untuk terus lebih maksimal lagi terakhir lingkungan terabaikan, demikian juga jika terlalu fokus ke lingkungan, darimana uangnya. Menurut saya perlu kolaborasi keduanya ada batas maksimum dan minimum pertumbuhan ekonomi disertai dengan perbaikan lingkungan. Korea Selatan salah satunya mengalami hal tersebut, disaat pertumbuhan ekonomi tinggi, kerusakan lingkungan juga banyak. Solusi mereka dengan hal tersebut adalah teknologi untuk mengatasi dampak lingkungan. Salah satu contoh adalah teknologi pengelolaan sampah umum dan makanan. Mereka (Korea Selatan) sudah memiliki teknologi tersebut dan juga fasilitas publik yang ramah lingkungan.Bagaimana dengan negara kita? Kita gencar dengan pertumbuhan ekonomi tetapi kerusakan lingkungan belum maksimal kita atasi (terlepas sudah ada arah ke perbaikan lingkungan)