Mohon tunggu...
Y. P.
Y. P. Mohon Tunggu... Sales - #JanganLupaBahagia

Apabila ada hal yang kurang berkenan saya mohon maaf, saya hanya orang biasa yg bisa salah. Semoga kita semua diberikan kesehatan dan kesejahteraan. Aamiin.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Pelajaran atas Kemenangan Ginting dalam Kehidupan Pribadi Kita

24 September 2018   20:50 Diperbarui: 24 September 2018   23:28 3050
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Anthony Sinisuka Ginting | kompas.com

Kemenangan Ginting dalam pertandingan bulu tangkis China open memang sangat inspiratif. Bukan hanya warga negara Indonesia yang berdiri memberikan tepuk tangan ketika ginting menang, warga lokal China yang ikut menyaksikan juga ikut berdiri sambil bertepuk tangan.

Saat saya menyaksikan dari rumah, sayup sayup saya mendengar suara penonton yang berteriak "Ginting Jia You" yang artinya "Ginting semangat". Seolah menjadi bukti nyata penduduk lokal juga ikut mendukung pemain asal Indonesia tersebut.

Memang laga bulu tangkis di China Open ini bukan sembarangan. China open dijuluki sebagai level 1.000 dan diikuti oleh pemain terbaik dunia. Hanya ada 3 laga bulu tangkis level 1.000 yaitu Indonesia Open, China Open dan All England. Karena berhasil menyabet medali emas di level 1.000 maka Ginting dijuluki "the Giant killer".

Lantas pelajaran apa yang bisa kita ambil dari sosok atlet bulu tangkis muda berusia 21 tahun asal Cimahi tersebut?

Berdamai dengan Masa Lalu

Pada laga Asian Games kita semua tahu Ginting gagal menjadi juara dan justru cedera setelah bertanding hebat dihadapan Presiden Jokowi. Banyak netizen yang terus mendukung Ginting namun tidak sedikit juga yang bullly dirinya.

Namun semua itu sudah berlalu, dan sesungguhnya masa depan Ginting masih panjang. Fokus pada masa depan adalah lebih baik daripada terjebak masa lalu. Apapun yang terjadi dimasa lalu sudah berlalu dan tidak ada seorangpun yang dapat mengubahnya.

Memang menempa fisik tidak bisa instan, butuh waktu, butuh proses. Ginting pun saya yakin mengambil pelajaran banyak dari kekalahannya di Asian games dan menempa dirinya lebih baik untuk pertandingan selanjutnya. Jadi sekali lagi biarkanlah yang lalu berlalu, jadikan pelajaran untuk melangkah kedepan.

Menghadapi Senior dengan Cerdas

Sebagai orang muda tentu jam terbang bertanding ginting jauh dibawah Lin Dan maupun Chen Long yang sudah malang melintang di dunia bulu tangkis. Bahkan lawannya di final China Open Kento Momota adalah seniornya juga secara usia maupun jam terbang.

Terlihat jelas bahwa pukulan smash Kento Momota sangat keras, menghadapi hal itu Ginting tetap tenang walau ketinggalan angka.

Tapi, lama kelamaan kento mulai terlihat lelah dan mulai mengendurkan serangan. Mulai terlihat sisi lemah dari kubu pertahanan kento momota yaitu di sisi kanan. Kemungkinan besar hal ini disebabkan karena Kento kidal dan menggunakan tangan kiri untuk bermain bulu tangkis.

Fokus dan tenang Ginting terus mengeksekusi sisi kanan Kento dan menghasilkan angka.

Untuk terus menggerus stamina Kento, Ginting mendikte permainan dengan memaksanya maju mundur dari ujung depan hingga ujung belakang lapangan.

Terbukti, strategi itu berbuah manis dan Ginting berhasil menang dua set langsung dengan skor 23-21, 21-19.

Dalam kehidupan kita pribadi mungkin kita bersaing dengan senior kita. Jangan minder, jangan takut, tetap fokus sambil mempelajari kelemahan dari senior kita. Siapkan langkah cerdas untuk memanfaatkan kelemahan itu untuk kemenangan kita. Lalu lakukan langkah cerdas itu dengan konsisten dan sabar.

Tanpa kesabaran kita bisa jatuh kedalam nafsu dan justru rawan kehilangan fokus untuk melangkah dengan tepat. Meskipun menyadari kelemahan lawan, bila tidak bisa memanfaatkan kelemahan itu dan menyerang dengan tepat kita akan kalah bersaing.

Tetap Rendah Hati 

Meskipun kini Ginting punya banyak fans tidak hanya di Indonesia melainkan juga di China, dia tetap rendah hati. Bahkan ketika ada yang berujar ini eranya Ginting, dia membalas bahwa hal itu masih belum tepat hingga dia bisa konsisten juara.

Satu keberhasilan besar memang patut dihargai, namun satu kemenangan bukanlah apa-apa dalam kehidupan yang panjang ini.

Masih banyak pertandingan dan persaingan selanjutnya yang menguji kita untuk jadi pemenang atau jadi pecundang.

Jauhkanlah tinggi hati dari diri kita agar kita mau terus berupaya menjadi lebih baik. Karena sikap sombong adalah awal dari kehancuran.

Rendah hati, disiplin berlatih, fokus pada pengembangan diri dan cerdas mengahdapi musuh pada waktu yang tepat jika Tuhan mengizinkan kita akan kembali menjadi juara dalam kehidupan ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun