Mohon tunggu...
Y. P.
Y. P. Mohon Tunggu... Sales - #JanganLupaBahagia

Apabila ada hal yang kurang berkenan saya mohon maaf, saya hanya orang biasa yg bisa salah. Semoga kita semua diberikan kesehatan dan kesejahteraan. Aamiin.

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Artikel Utama

Meskipun Kecewa dengan Cawapres, Janganlah Golput!

10 Agustus 2018   09:24 Diperbarui: 10 Agustus 2018   15:16 1444
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: kompas.com/Didie SW

Pendapat dan sikap MUI itu kemudian ditindaklanjuti dengan aksi demo bertubi-tubi. Pak Ma'ruf juga dengan lantang mengakui aksi 212. Selebihnya Pak Ma'ruf jugalah yang menjadi saksi memberatkan di persidangan penistaan agama hingga akhirnya Ahok dipenjara di Rutan Mako Brimob.

Para Ahoker sudah terlanjur happy dan berharap Mahfud MD lah yang menjadi cawapres. Seperti pendapat yang diungkapkan oleh kompasianer Boris Toka Pelawi berikut :

"Saya melihat sosok Mahfud MD adalah yang paling tepat untuk mendampingi Jokowi, selain pernah menjadi menteri, anggota DPR, hingga ketua mahkamah konstitusi beliau juga akademisi. Seorang guru besar yang sudah malang melintang dalam dunia pendidikan.

Nasionalismenya? Tak perlu diragukan. Argumennya tentang pembubaran Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) selalu saya ingat. Mahfud MD tidak munafik seperti tokoh lainnya yang tahu bahayanya HTI tapi mengeluarkan argumen ambigu dengan harapan dibilang membela islam. Inilah yang saya kagumi dari Mahfud MD." (sumber)

Saya secara pribadi pun setuju bahwa Pak Mahfud MD sudah terbukti nasionalisme, religius, cerdas dan berintegritas. Saya juga salut beliau tidak kecewa setelah dimenit-menit akhir batal menjadi cawapres Jokowi. Hanya Jokowi dan partai koalisilah yang tahu mengapa beliau batal dipilih menjadi cawapres.

Kekecewaan Kubu SBY

Hal ini pernah saya bahas dalam artikel saya sebelumnya yang bertajuk "Bila Oposisi Tidak Bersatu, Sama Saja Membiarkan Jokowi Menang" (baca).

Terlihat jelas kekecewaan Wakil Sekjen Partai Demokrat Andi Arief dalam cuitannya di sosial media twitter beberapa hari yang lalu. Menurut Andi, ada perubahan sikap dari Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto yang menyebabkan rencana koalisi terancam batal. 

Saking kesalnya, Andi menyebut Prabowo sebagai jenderal kardus. Pernyataan itu ia lontarkan melalui akun Twitter pribadinya @AndiArief__. Hingga kini netizen masih ramai menggunjingkan perihal jendral kardus.

"Padahal untuk menang bukan berdasarkan politik transaksional tapi dilihat siapa calon yang harus menang. Itu yang membuat saya menyebutnya jadi jenderal kardus. Jenderal kardus itu jenderal yang enggak mau mikir, artinya uang adalah segalanya," kata Andi.

Tindakan Pak Andi Arief bagi saya adalah ekspresi kekecewaan yang wajar. Pada kontestasi demokrasi 2014 partai Demokrat kurang cemerlang. Selama pemerintahan Jokowi pun partai Demokrat mengambil jalan tengah yang menyebabkan tidak mendapatkan "tenaga politik" yang maksimal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun