Mohon tunggu...
Johansyah M
Johansyah M Mohon Tunggu... Administrasi - Penjelajah

Aku Pelupa, Maka Aku Menulis

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Selamat Datang di Diklat Ramadan

23 April 2020   10:07 Diperbarui: 23 April 2020   10:22 187
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Besok hari kita akan memasuki bulan suci ramadhan. Bulan di mana Allah Swt mewajibkan orang-orang yang beriman untuk melaksanakan salah satu rukun Islam, yakni puasa. Allah Swt berfirman; 'wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kalian berpuasa sebagaimana diwajibkan pada umat sebelum kalian, mudah-mudahan kalian mencapai bertakwa' (QS. al-Baqarah: 183).

Puasa berasal dari bahasa Arab, yaitu shaum yang artinya menahan diri. Baik dari makan, minum, dan semua hal-hal yang dapat mengurangi bahkan membatalkan nilai pahala puasa. Puasa dari makan dan minum adalah kelas terendah dari orang yang berpuasa. Tentu sangat mustahil puasa seperti ini mampu meningkatkan takwa. Maka sasaran utamanya adalah perubahan sikap dan perilaku seseorang yang diupayakannya selama bulan ramadhan.

Ini artinya ramadhan dapat dikatakan sebagai wadah pendidikan dan latihan (diklat) ruhaniyah bagi yang menjalankannya. Teman-teman yang Aparatur Sipil Negara (ASN) pasti akrab dengan istilah ini. Ada dua penggolongan Diklat, yakni Diklat prajabatan dan Diklat dalam jabatan (Diklatpim IV, III, II, dan I). Tujuan utamanya adalah untuk meningkatkan pengetahuan, keahlian, sikap, semangat pengabdian, dan menyamakan visi serta dinamika pola pikir PNS. Satu kata kuncinya adalah peningkatan kinerja.

Diklat ramadhan juga memiliki misi utama, yakni melakukan servis ruhaniyah sebagai mesin penggerak bagi sikap dan perilaku manusia agar dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Indera, tangan, kaki, dan anggota tubuh lainnya hanyalah sarana pembantu untuk mengekspresikan kondisi ruhaniyah yang sesungguhnya. Semua akan diarahkan dan diremot oleh hati. Maka dalam sebuah hadits Rasulullah Saw menegaskan; 'ingatlah bahwa dalam jasad itu ada segumpal daging. Jika ia baik, baiklah seluruh jasad. Jika ia rusak, rusaklah seluruh jasad. Ketahuilah ia adalah hati (jantung/ruh) (HR. Bukhari no. 52; Bukhari no. 1599).

Kalau begitu, materi utama dalam diklat ramadhan adalah tarbiyah ruhaniyah (pendidikan/penempaan ruhani/hati). Sebab kalau hanya membebaskan diri dari makan dan minum, itu namanya diet untuk perubahan fisik. Peserta diklat akan dibiasakan dengan tradisi-tradisi baru yang beda dari kondisi sebelumnya di luar bulan ramadhan. Harapannya, setelah diklat ini selesai, para peserta benar-benar menjadi lulusan terbaik sengan predikat cumlaude alias menjadi manusia yang mampu meningkatkan dan mempertahankan takwa pasca diklat.

Terkait dengan budaya baru, ada regulasi yang harus dipatuhi oleh peserta diklat ramadhan. Regulasi itu berupa pembatasan hingga larangan keras. Ada juga tugas-tugas harian yang harus dikerjakan. Berkomunikasi pasti harus, tapi ngumpul untuk ngerumpi sebaiknya dibatasi. Sebab kalau sudah kumpul biasanya yang dibahas itu macam-macam, banyak hal yang sia-sia. Di sisi lain kita dianjurkan untuk memperbanyak membaca dan mentadabburi al-Qur'an, sedekah, i'tiqaf, shalat malam, dzikir, dan ibadah lainnya.

Saya pikir, diklat ramadhan yang ideal itu persis seperti menghadapi pandemi Covid-19, di mana dalam sebulan para peserta diklat mengisolasi diri dan menerapkan social distancing.  Tentu bukan satu meternya, tapi bagaimana seseorang bisa membatasi dirinya untuk membahas hal-hal yang mendatangkan mudharat. Untuk itu, salah satu metode yang diterapkan adalah membatasi diri dan menjalankan beragam ibadah individual dengan fokus pada muhasabah dan penataan diri ke arah yang lebih baik.

Konsistensi dalam mencapai tujuan ini sangat penting. Jangan sampai peserta diklat ramadhan dilalaikan dan disibukkan dengan hal-hal yang kosong muatan nilai, bahkan bertentangan dengan visi dan misi diklat. Di antara contohnya adalah menu berbuka puasa. Coba amati di setiap ramadhan, betapa sesak orang yang memburu menu berbuka puasa dengan ragam jenisnya. Di meja sudah ada berbagai menu, mulai dari mie, bakso, es campur, tambah kue-kue lainnya. Jika dikalkulasi, ternyata uang pengeluaran untuk berbagai kebutuhan belanja di bulan ramadhan, jauh lebih banyak dibanding bulan-bulan sebelumnya. Ini adalah pemborosan. Sementara ramadhan sebenarnya adalah bulan berhemat.

Sama seperti orang yang ikut Diklat di PNS, di mana ada peserta yang kurang peduli dengan regulasi yang dibuat. Ketika disarankan untuk membuat tugas, si peserta membuat seadanya, mengcopy paste hasil kerja milik teman, atau bahkan sama sekali tidak mengerjakannya. Pas ada materi penting yang disampaikan oleh Mentor, dia malah bermain facebook atau whatsapp, bahkan ada yang tidur. Maka peserta diklat seperti ini tidak mungkin memperoleh hasil maksimal karena banyak melakukan pelanggaran atas aturan yang diterapkan.

Dalam diklat ramadhan kiranya seperti itu juga. Ikuti aturan yang ada agar puasanya berkualitas. Kalau hanya sekedar puasa, anak-anak juga puasa. Kalau hanya sekedar menahan diri dari makan minum, banyak juga orang diet yang mampu melakukannya. Dari itu ajak seluruh anggota badan secara totalitas agar mampu berpuasa; indera, pikiran, dan terutama hati.

Semua peserta harus berusaha menanamkan malu dan sadar diri bahwa dia sedang berpuasa. Bagaimana seseorang mengaku diri berpuasa sementara mulutnya selalu komat kamit membicarakan kelemahan orang lain? Bagaimana seseorang menyatakan diri berpuasa, sementara tangannya jahil mengambil barang-barang haram, pikirannya digelayuti hal-hal yang kotor, dan hatinya diliputi berbagai sifat buruk?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun