Mohon tunggu...
Johansyah M
Johansyah M Mohon Tunggu... Administrasi - Penjelajah

Aku Pelupa, Maka Aku Menulis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Hidup Mudah atau Sulit

30 Juni 2018   17:43 Diperbarui: 30 Juni 2018   17:49 350
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Dalam paparan berikut ini saya tidak mengaitkan hidup sulit atau mudah itu dengan kondisi ekonomi atau tidak diukur dengan standar materi. Kita akan melihat hidup sulit atau mudah itu dari kondisi batin yang tolok ukurnya adalah perilaku atau karakater yang ditunjukkan seseorang.

Kalau ukurannya materi, maka hidup sulit itu adalah ketika orang hidup pas-pasan atau bahkan sangat berkekurangan. Kita sering menyebutnya fakir miskin. Sementara orang yang hidup mudah (kaya) itu adalah orang yang sudah mapan secara materi.

Sesungguhnya kehidupan yang sulit itu adalah kehidupan yang diselimuti dengan karakter kemaksiatan. Itulah hidup yang paling sulit. Tidak ada satu perbuatan buruk pun yang memudahkan dan melapangkan batin seseorang. 

Setiap keburukan itu akan menyempitkan hati seseorang. Orang yang kikir minsalnya, ketika dia kikir dan menumpuk kekayaan untuk dirinya, akhirnya akn tersandera sendiri dengan hartanya.  Dia takut meninggalkan hartanya, dia semakin pelit, dan terlena dalam menghitung-hitung hartanya. Itu adalah isyarat-isyarat hidup yang sempit dan sulit.

Tidak ada pencuri yang hatinya tenang, walaupun dia berhasil mencuri miliyaran rupiah. Sebab mencurinya itu akan melahirkan karakter buruk lainnya. Gara-gara mencuri orang akan berbohong terus menerus. Ketika ada yang bertanya, dari mana dia dapat uang banyak, dia memberikan penjelasan palsu, membohongi orang lain. Dia akan gelisah kalau-kalau ada orang yang mengetahuinya. 

Dia akan terus hidup dalam kebohongan dan kejahatan. Itu semua akan menyandera dan merampas kebahagiaan hakikinya. Demikian halnya dengan perbuatan buruk lainnya, akan membuat pelakunya gelisah dan tidak nyaman.

Begitu juga dengan perbuatan baik. Setiap kebaikan itu akan membuat seseorang damai, puas, dan lapang. Orang yang berbuat baik itu pasti bangga telah berbuat baik dan tidak keberatan menceritakannya kepada orang lain. Untuk di dunia, sebenarnya itulah surga yang sesungguhnya. Kebahagiaan karena berbuat baik itu tidak akan pernah terbayar dengan apa pun.

Setiap kebaikan itu merupakan jalan-jalan untuk memudahkan hidup. Kebaikan itu akan melahirkan ribuan kebaikan, meskipun terkadang balasannya bukan diperoleh dari orang yang kita berbuat baik terhadap mereka. Kewajiban kita adalah melakukan kebaikan, dan tidak perlu berharap balasan dari manusia. Balasan yang tidak ternilai itu adalah balasan dari Allah berupa ridha-Nya.

Ingatlah firman Allah; "Bagi orang-orang yang melakukan kebaikan, ada pahala yang terbaik (surga) dan tambahannya. Dan muka mereka tidak munculnya debu hitam dan tidak (pula) kehinaan. Mereka dibandingkan penghuni surga, mereka kekal di dalamnya" (QS. Yunus: 26).

Semoga kita mengukur dan memaknai hidup sulit atau mudah itu berdasarkan sifat dan perilaku yang kita miliki dan wujudkan, bukan diukur hanya berdasarkan kemampuan ekonomi. Selama kita mengukur hidup sulit atau mudah itu dengan materi, maka sesungguhnya hidup ini tidak akan pernah memperoleh kedamaian dan keberkahan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun