Mohon tunggu...
Yohanes Arkiang
Yohanes Arkiang Mohon Tunggu... Jurnalis - Mahasiswa

Pembungkus Embun

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan featured

Menjunjung Bahasa Daerah sebagai Indentitas Budaya Indonesia

22 Juli 2018   02:58 Diperbarui: 4 April 2020   08:26 2675
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi menggunakan bahasa daerah (sumber: Palto via kompas.com)

Indonesia merupakan negara pemilik bahasa daerah terbanyak ke-2 dunia setelah Papua Nugini. Sebanyak 734 bahasa daerah di Indonesia tersebar di 34 provinsi dari Sabang sampai Merauke. 

Sementara itu Papua Nugini memiliki 867 bahasa daerah. Di Indonesia provinsi paling banyak memiliki bahasa daerah adalah Papua, yaitu 384 bahasa, dilansir dari laman Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (BP2B) Kementerian Pendidikan dan kebudayaan (Kemendikbud).

Ini menjadikan Indonesia kaya akan kebudayaan selain kaya akan alamnya. Kita patut bangga dengan negeri tercinta kita ini. 734 bahasa daerah namun disatukan dengan bahasa utama yaitu bahasa Indonesia atau yang di kenal dengan sebutan Bahasa saja oleh orang luar.

Namun seperti yang dilansir dari Liputan6.com, sebanyak 11 bahasa daerah telah punah dan 17 bahasa daerah lainnya terancam punah. Berikut data lengkapnya.

(liputan6dotcom)
(liputan6dotcom)
Tentu ini sangat disayangkan menurut saya. Perlahan bahasa daerah sudah mulai ditinggalkan. Jati diri kebudayaan suatu daerah perlahan hilang atau bergeser. Bahasa merupakan salah satu identitas penting kebudayaan suatu daerah. Jika bahasa daerah itu mulai ditinggalkan, maka identitas budayanya mulai bergeser dan bahkan menghilang.

Bahasa daerah yang sejatinya lahir secara regenerasi, perlahan lenyap. Banyak sekali faktor bahasa daerah itu mulai ditinggalkan oleh penuturnya. Di antaranya  adalah ;

1. Perpindahan Penduduk

Faktor pertama ini diungkap oleh Dingding Khaerudin, salah satu dosen dari Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung. Dilansir dari Merdeka.com. Menurutnya, Jika perpindahan penduduk berujung pada perkawinan antar suku, keturunan mereka otomatis tidak lagi menggunakan bahasa daerah, baik bahasa daerah bapaknya maupun ibunya. Mereka akan memilih bahasa Indonesia yang lebih praktis. Jadi lenyaplah generasi pengguna bahasa daerah itu.

2. Mengedepankan Bahasa Indonesia

Bahasa Indonesia wajib dipelajari oleh semua orang di Indonesia. Bahasa Indonesia hadir sebagai salah satu unsur penyatu semua perbedaan kebudayaan Indonesia. Demi kemajuan dan intergrasi, bahasa Indoneisa wajib digunakan. Ini sangat baik sebetulnya. Namun ini jugalah  yang menyebabkan bahasa daerah perlahan ditinggalkan. Saat ini penggunaan bahasa indonesia diwajibkan sejak dini oleh banyak orang tua. Seperti yang terjadi di kampung saya saat ini, Manggarai-NTT. Anak  yang tidak bisa menggunakan bahasa daerah menjadi kebanggan tersendiri bagi orang tua.

3. Kemajuan Teknologi

Kemajuan teknologi telah menjadi salah satu alasan utama dari apa saja yang berubah di dunia ini. Teknologi menfasilitasi penetrasi budaya asing untuk hadir ke budaya lokal. Sehingga kebudayaan suatu daerah mengalami pergeseran. Seorang dianggap kuno dan dikucilkan jika menggunakan bahasa daerah saat ini. Lagi-lagi kasus ini sering terjadi di daerah saya, Manggarai. Teknologi informasi menghadirkan dimensi kehidupan yang baru. Dengan begitu bahasa daerah perlahan lenyap di dalamnya. Generasi muda melupakan bahasa ibunya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun