Senyum getir dari CEO PSIS Semarang, Yoyok Sukawi ketika ditanya tentang degradasi yang harus diterima klub berjuluk Laskar Mahesa Jenar tersebut. PSIS Semarang menjadi klub pertama yang terpental ke Liga 2.
Senyum itu seperti mewakili keperihan hati manajemen dan suporter PSIS Semarang menghadapi kenyataan pahit hasil di musim 2024/2025 ini: kembali terlempar ke Liga 2.
Kepastian itu didapat setelah PSIS kalah 1-2 dari PSS Sleman pada pekan ke-32. Kemudian Semen Padang berhasil meraih 1 poin saat lawan Persebaya Surabaya di Stadion Gelora Bung Tomo, Minggu (11/5/2025) malam.. Dengan koleksi poin 25, PSIS sudah tak bisa mengejar perolehan poin Semen Padang di peringkat 15 dengan 32 poin.
Terlemparnya PSIS Semarang dari Liga 1 bukanlah akhir segalanya. Sebagai salah satu klub tradisional Indonesia dengan sejarah panjang di kompetisi nasional, PSIS yang berdiri pada 1932 telah mengalami pasang surut yang dramatis. Terutama dalam dua dekade terakhir sejak era Liga Indonesia modern dimulai. Kiprah mereka menjadi cerminan dinamis dari transisi sepak bola Indonesia---baik dari segi manajemen, prestasi, maupun identitas klub.
Turun kasta pada musim kompetisi mendatang, bukanlah pertama kalinya bagi PSIS. Mereka sempat mengalami masa kelam di awal 2010-an ketika harus terdegradasi ke kasta kedua, yang saat itu dikenal sebagai Divisi Utama, dan kemudian Liga 2. Setelah musim demi musim yang penuh perjuangan, titik balik terjadi pada musim 2017.
Tim yang saat itu dilatih oleh Subangkit berhasil finis di posisi ketiga setelah mengalahkan Martapura FC 6--4 pada perebutan tempat ketiga. Prestasi itu mengantar PSIS promosi ke Liga 1, bersama Persebaya dan PSMS Medan.
Kembalinya PSIS ke kasta Liga 1 bukan sekadar promosi biasa, tetapi juga kebangkitan identitas Mahesa Jenar sebagai kekuatan sepakbola nasional. PSIS juga menunjukkan potensinya sebagai klub yang bisa bersaing di papan tengah, bahkan kadang mencuri perhatian di papan atas.
Di musim pertamanya sebagai tim promosi, PSIS mencatatkan penampilan yang mengagumkan, mereka mampu menyeruak ke urutan 10 di akhir kompetisi 2018. Ini merupakan pencapaian yang luar biasa. Pemain seperti Bruno Silva, Komarudin, dan Wallace Costa menjadi ikon baru di Jatidiri.
Manajemen PSIS di bawah pimpinan Yoyok Sukawi mendapat pujian karena membangun skuad kompetitif dengan dana terbatas. PSIS juga menjadi salah satu klub yang aktif mempromosikan pemain muda, seperti Pratama Arhan, yang kemudian menembus timnas dan bermain di Jepang, dan kini di Liga Thailand..