Mohon tunggu...
Kavya
Kavya Mohon Tunggu... Penulis - Menulis

Suka sepakbola, puisi dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Music Pilihan

Neo Jibles: Tak Sekadar Jibles, Perlu Tetap Rendah Hati

22 Juni 2020   08:02 Diperbarui: 22 Juni 2020   08:08 3146
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: Youtube Neo Jibles Official

Sebuah percobaan perlu dilakukan dengan membuka youtube, lalu mengetikkan Neo Jibles. Pilih lagu "Pak Tani" atau "Pak Guru". Jangan dilihat videonya, fokus pada lagunya. Akan terdengar Murry membawakan lagu itu, lengkap dengan ketukan drumnya yang khas.

Dalam komentar di lagu itu, bisa dibaca tercengangnya banyak orang akan kemiripan yang ada dari sang drummer, Muhammad Rizal dengan Murry. "Bikin merinding," kata seorang penggemar Koes Plus.

Jika mendengarkan lagu lainnya, komentar yang sama tentang juga bermunculan. Vokalis grup itu Ario Yudha dinilai punya suara mirip Yon Koeswoyo. Begitu juga permainan musiknya. Ketukan jemari Taufik Eko Hidayanto di keyboard dan dentuman bass dari Ricky Eka Atmaja.

Tak sekedar menjadi sama persis tapi juga dibutuhkan kerendahan hati. Itu yang ada pada Neo Jibles, yang dinilai paling mirip bahkan dianggap reinkarnasi Koes Plus, grup legendaris dengan penggemar lintas generasi.

Nama Tony Koeswoyo, Yon Koeswoyo, Yok Koeswoyo dan Murry akan selalu dikenang sebagai maestro musik. Mereka menciptakan dan membawakan lagu-lagu yang tak sekedar tentang cinta atau romantisme, tapi lebih dari itu juga tentang nasionalisme, kebhinekaan, keragaman. Serial lagu "Nusantara' misalnya, tak ada yang menyamainya. Belum lagi lagu-lagu lainnya yang sudah menjadi abadi.

Ya, siapa yang tak kenal Koes Plus. Meski saat ini tinggal Yok Koeswoyo,  pemain bass yang juga menjadi duet Yon Koeswoyo, namun penggemar Koes Plus tak surut. Anak-anak muda menyanyikan lagu-lagu Koes Plus lewat grup-grup yang dibentuk sebagai band pelestarinya.

Foto: Dok.Neo Jibles
Foto: Dok.Neo Jibles
Jibles yang berarti mirip sekali (dari bahasa Jawa) berusaha diwujudkan dalam penampilan Neo Jibles secara musikal, baik dalam instrument musik maupun vokal. Ini yang membuat Neo memiliki perbedaan dengan grup-grup pelestari Koes Plus lainnya. Setidaknya itu bisa disaksikan lewat video mereka di Youtube, dengan ribuan komentar dari penggemar Koes Plus.

"Secara umum bisa diartikan Neo Jibles adalah anak-anak muda yang berusaha semirip mungkin melestarikan lagu-lagu Koes Bersaudara dan Koes Plus," jelas Aryo yang mengaku baru hafal 100-an lagu Koes Plus.

Kejiblesan grup asal Pacitan, Jawa Timur ini tak pelak mengundang kagum para penggemar Koes Plus. Dari cengkok, permainan, hingga penampilan dinilai mirip sekali dengan band  legendaris Indonesia itu.

"Masih jauhlah, mas jika dibilang mirip sekali Koes Plus. Kami masih banyak kekurangan, makanya tidak menyangka justeru dianggap seperti itu," kata Taufik merendah.

Menurut Taufik, tantangan membawakan lagu-lagu Koes Plus tak hanya pada penampilan personilnya tapi juga bagaimana bisa menghadirkan sound retro khas 1960--1970.

Lelaki yang bekerja di bengkel las almunium itu menilai bahwa nyawa Koes Plus ada di kibor. Maka ia mencari kibor masa kini yang sekiranya karakter suaranya sama. Sedangkan mikrofon, gitar, bas, dan drum yang digunakan relatif standar.


Rendah Hati
Berbicara dengan personel Neo Jibles yang terasa adalah sikap bersahaja. Mereka tak mau melambung dalam pujian, meski banyak yang mengatakan 90% mirip atau merupakan reinkarnasi Koes Plus.

Latihan di studio. (foto: youtube KOESPLATOR FABS)
Latihan di studio. (foto: youtube KOESPLATOR FABS)
Seperti dikatakan oleh Rizal yang gebukan drum dan vokalnya mirip sekali dengan Murry. Kemiripan yang tidak ada di grup pelestari Koes Plus lainnya. "Rasanya masih terlalu berlebihan kalo dibilang mirip pak Murry. Masih jauh sekali," komentarnya.

Ia menilai sulit sekali untuk menirukan pukulan maupun karakter suara Murry.

Kesulitan serupa juga dialami oleh Ricky yang menjadi Yok Koeswoyo karena memegang bass. "Kalau berperan, jujur saya susah meniru suara pak Yok, soalnya tinggi sekali suaranya," kata Ricky yang mengaku berusaha semampunya saat harus menyanyi.

Lain lagi yang dikatakan Taufik. "Saya merasa masih amburadul dalam melestarikan lagu-lagu Koes Plus,apalagi membuat lagu sendiri"ujarnya saat disinggung tentang rencana membuat album sendiri.

Sikap rendah hati Neo Jibles itu tak luput dari ajaran orangtua para personel band yang sudah tampil di beberapa acara, seperti di Lokanata, studio legendaris di Solo, TMII (Taman Mini Indonesia Indah )di Jakarta dan Bekasi.

Seperti dikatakan oleh Sugi, ayah Taufik. Ia menceritakan bagaimana di awal ketertarikan para pemain Neo Jibles yang melihat para seniornya membawakan lagu-lagu Koes Plus. Tentu juga ditunjang dengan "virus" dari lagu-lagu Koes Plus yang diputar orang tua mereka setiap hari.

"Saya hanya mendorong Taufik dan personil grup itu untuk tetap berkembang. Toh itu kegiatan yang positif, dan mereka menikmatinya sebagai pelestari Koes Plus. Saya selalu ingatkan agar mereka tetap rendah hati, banyak belajar dan terus membumi,"kata Sugi.

Maka tak sekedar jibles saja yang dibutuhkan, tapi juga kerendahan hati sambil terus belajar. Itu yang akan menjadikan Neo Jibles sebagai reinkarnasi Koes Plus. ***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Music Selengkapnya
Lihat Music Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun