Lelaki yang bekerja di bengkel las almunium itu menilai bahwa nyawa Koes Plus ada di kibor. Maka ia mencari kibor masa kini yang sekiranya karakter suaranya sama. Sedangkan mikrofon, gitar, bas, dan drum yang digunakan relatif standar.
Rendah Hati
Berbicara dengan personel Neo Jibles yang terasa adalah sikap bersahaja. Mereka tak mau melambung dalam pujian, meski banyak yang mengatakan 90% mirip atau merupakan reinkarnasi Koes Plus.
Ia menilai sulit sekali untuk menirukan pukulan maupun karakter suara Murry.
Kesulitan serupa juga dialami oleh Ricky yang menjadi Yok Koeswoyo karena memegang bass. "Kalau berperan, jujur saya susah meniru suara pak Yok, soalnya tinggi sekali suaranya," kata Ricky yang mengaku berusaha semampunya saat harus menyanyi.
Lain lagi yang dikatakan Taufik. "Saya merasa masih amburadul dalam melestarikan lagu-lagu Koes Plus,apalagi membuat lagu sendiri"ujarnya saat disinggung tentang rencana membuat album sendiri.
Sikap rendah hati Neo Jibles itu tak luput dari ajaran orangtua para personel band yang sudah tampil di beberapa acara, seperti di Lokanata, studio legendaris di Solo, TMII (Taman Mini Indonesia Indah )di Jakarta dan Bekasi.
Seperti dikatakan oleh Sugi, ayah Taufik. Ia menceritakan bagaimana di awal ketertarikan para pemain Neo Jibles yang melihat para seniornya membawakan lagu-lagu Koes Plus. Tentu juga ditunjang dengan "virus" dari lagu-lagu Koes Plus yang diputar orang tua mereka setiap hari.
"Saya hanya mendorong Taufik dan personil grup itu untuk tetap berkembang. Toh itu kegiatan yang positif, dan mereka menikmatinya sebagai pelestari Koes Plus. Saya selalu ingatkan agar mereka tetap rendah hati, banyak belajar dan terus membumi,"kata Sugi.
Maka tak sekedar jibles saja yang dibutuhkan, tapi juga kerendahan hati sambil terus belajar. Itu yang akan menjadikan Neo Jibles sebagai reinkarnasi Koes Plus. ***