Mohon tunggu...
Kavya
Kavya Mohon Tunggu... Penulis - Menulis

Suka sepakbola, puisi dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Sudah Saatnya Iwan Bule Akhiri Tontonan (Tidak) Lucu di PT LIB

12 Mei 2020   23:35 Diperbarui: 12 Mei 2020   23:45 133
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Iwan Bule dan Cucu Somantri (Foto: PSSI)

Sebenarnya tontonan apa yang dengan kisruh PT Liga Indonesia Baru (LIB) belakangan ini?

Tontonan yang bermula dari serangan terhadap Cucu Somantri, Direktur Utama PT LIB. Ia dituduh melakukan nepotisme dengan menaruh anaknya Pradana Aditya Wicaksana sebagai General Manager. Tuduhan yang justeru disampaikan oleh bawahannya sendiri, yakni Direktur Operasional Sudjarno, Direktur Bisnis Rudy Kangdra, dan Direktur Anthony Chandra Kartawiria.

Anthony Candra merupakan Direktur Keuangan PT MNC Vision Networks (MVN), perusahaan media milik Hary Tanoesoedibjo. Lalu, Rudy Kangdra adalah Direktur Utama PT Mitra Media Perkasa, perusahaan yang memasok perangkat dan peralatan untuk sektor penyiaran dan telekomunikasi dengan area jangkauan nasional. Sedangkan Hakim Putratama punya latar belakang sebagai Pemimpin Divisi Dana dan Jasa Konsumer PT Bank Pembangunan Derah Jawa Barat dan Banten Tbk (Bank BJB).

Meski Cucu Somantri yang juga Wakil Ketua Umum PSSI itu sudah membantahnya, karena struktur organisasi PT LIB memang belum fix. Ada draft yang disampaikan, namun belum sah karena belum dirapatkan dengan Komisaris dan Direksi. Dalam draft itu ada jabatan GM.

PSSI sebagai lembaga yang punya kendali atas segala hal yang terkait sepakbola, termasuk PT LIB sebagai perusahaan yang ditunjuk memutar roda kompetisi, mestinya bersikap tegas terhadap kisruh yang ada. Apalagi anggota Komite Eksekutif (Exco) PSSI sendiri juga ikut-ikutan bersuara untuk memanaskan suasana.

PSSI sendiri sebenarnya sudah tanggap terhadap apa yang terjadi. Ketua Umum PSSI, Mochamad Iriawan sendiri yang berkomentar. Ia minta kepada PT Liga Indonesia Baru (LIB) untuk segera berbenah. Bukannya sibuk dengan kegaduhan internal.

"Harus fokus mempersiapkan diri menghadapi segala kemungkinan dan tantangan pasca pandemi. Bukan sibuk dengan kegaduhan internal yang sama sekali tidak menunjukkan iktikad untuk fokus kepada pengembangan industrialisasi kompetisinya," ucap Iwan Bule di Jakarta, Senin (27/4/2020).

Belum juga PT LIB melaksanakan instruksi itu trio direktur itu kembali bermanuver dengan membuat mosi tidak percaya dalam suratnya yang beredar luas di kalangan media.

Dalam surat tertanggal 4 Mei 2020 yang ditujukan kepada pemegang saham PT LIB, mereka mengungkapkan, pengambilan keputusan LIB dimonopoli dan diputuskan sepihak oleh direktur utama, di antaranya kebijakan terkait kepersonaliaan, keuangan, dan sponsorship. Keputusan dilakukan tanpa melalui mekanisme rapat direksi sebagaimana mestinya.

Meski dalam penjelasan berikutnya mereka membantah bahwa surat itu bukan merupakan mosi tidak percaya, namun sulit untuk tidak menyebutnya demikian. "Itu bukan mosi tidak percaya. Kami hanya memberitahukan kepada pemegang saham tentang kondisi internal perusahaan," kata Rudy yang dilansir Antara, Kamis (7/5/2020).

Dalam waktu yang sama, 4 Mei 2020 Plt.Sekjen PSSI, Yunus Nusi turut berkomentar lewat laman PSSI. Komentar dalam berita berjudul "Satu Semester Kepemimpinan Mochamad Iriawan" itu menekankan bahwa PT LIB fokus kepada pengelolaan keuangan dan kompetisi.

"Karena itu, pengangkatan staf level atas harus melalui rapat direksi. Hal-hal yang menyangkut pengelola keuangan begitu banyak maka memang sebaiknya dihindari hal-hal yang menjadi sorotan publik," tegasnya.

Meski perbandingan Yunus Nusi itu tak bisa dibantah, namun ia lupa bahwa ada unsur etika dalam pengambilan keputusan Iwan Bule. Wakil Sekjen PSSI, Maaike Ira Puspita tak sekedar tenaga professional tapi ia merupakan adik ipar Iwan Bule. Di sini unsur etika yang seperti diabaikan oleh Yunus Nusi.

Berbagai manuver yang ada tersebut, termasuk surat jawaban PSSI ke PT LIB, makin memperkuat kenyataan adanya ketidakharmonisan antara keduanya. Misalnya, PSSI menolak pemotongan subsidi klub Liga 1 dan 2 oleh PT LIB. Penolakan itu tertuang dalam surat balasan PSSI tangagl 5 Mei 2020.

Bukankah Cucu Somantri orang nomer dua PSSI, juga Komisaris PT LIB sebagian bersar merupakan anggota Exco PSSI. Tak perlu kaku untuk berkomunikasi, berbalas surat soal yang bisa dibicarakan dalam tele conference.

Situasi yang memang tidak elok ,seperti dikatakan oleh CEO Madura United, Achsanul Qosasi dalam cuitannya di media sosialnya: "Bukan surat-suratan begini, saling berdebat di surat, apalagi bocor ke publik dan tidak elok."

Kondisi tersebut mengundang keprihatinan anggota Liga 1 sebagai pemegang saham terbesar PT LIB. PSSI sendiri mempunyai 1% saham saja, tapi dengan hak veto didalamnya.

Mayoritas klub Liga 1, tercatat 14 klub, sepakat adanya Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPS). Tentunya bukan hanya soal kisruh internal PT LIB yang akan jadi pembahasan, tapi terutama kelanjutan nasib kompetisi dan dana subsidi.

Jika menarik garis peristiwa yang ada, Iwan Bule harus memadamkan api yang sedang berkobar, merangkul kembali Cucu Somantri seperti sebelumnya dan menegaskan agar anggota Exco PSSI lebih berkonsentrasi pada program yang ada, terutama persiapan Piala Dunia 2021.

Tentang LIB, biarkan RUPS berjalan apa adanya. Jika harus dilakukan pembersihan organisasi, biarkan itu berlangsung sesuai kehendak pemegang saham. Semisal trio direksi diganti agar tak merecoki lagi kerja PT LIB di masa mendatang.

Perpecahan Iwan Bule dan Cucu Somantri pada akhirnya akan lebih banyak merugikan daripada sebaliknya. Di sini Iwan Bule harus bisa memilah mana kawan yang tulus membantunya membangun PSSI, atau yang sekedar mengipas sebagai penumpang gelap. Ini saatnya bekerja dengan serius di tengah pandemik Corvid-19, bukannya bermain politik.

Sepakbola memang tak mudah, jenderal. Ini tantangan berat, dan jangan terpeleset. ***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun