Mohon tunggu...
Kavya
Kavya Mohon Tunggu... Penulis - Menulis

Suka sepakbola, puisi dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Sosok

Langkah Gustan Ganda Melanjutkan Kerjanya untuk Sleman

2 April 2019   13:30 Diperbarui: 2 April 2019   13:59 111
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Melihat spanduk atau baliho para calon anggota legislatif (caleg), kita hanya bisa geleng-geleng kepala. Hampir seragam kalimatnya "mohon dukungan dan doa restu". Hanya itukah yang ditawarkan calon wakil rakyat kepada pemilihnya?.

Semestinya, aneka spanduk itu serupa iklan yang menawarkan jualan apa untuk rakyat. Jadi di dalamnya ada sesuatu yang ingin diperjuangkan. Misalnya, caleg di daerah menawarkan pengembangan iklim investasi, usaha kecil menengah atau memperjuangkan ruang publik yang lebih baik.

Spanduk kampanye yang umumnya terasa membosankan itu karena mereka, para calon wakil rakyat ini tidak tahu mau jualan apa. Jadinya yang ditampilkan itu-itu saja, dengan wajah mereka yang tersenyum, menyeringai atau mengatupkan tangan seperti di kartu-kartu lebaran.

Maka, selain spanduk atau atribut lainnya yang lucu (dan jadi hiburan yang membuat kita tersenyum di tengah pengapnya hidup), jargon-jargon caleg yang selain "mohon dukungan dan doa restu" jadi menarik untuk diperhatikan.

Seperti sebuah poster di satu wilayah Sleman, Yogyakarta. "Amplop kandel durong mesti mbelo rakyat kendel, malah iso korupsine seng kendel" (Amplop tebal belum tentu membela rakyat dengan berani. Malah bisa-bisa korupsinya yang berani).

Sang caleg, Gustan Ganda yang wajahnya terpajang di sisi kiri spanduk itu menjelaskan bahwa praktek pembelian simpati untuk mendulang suara dengan bagi-bagi amplop sangat menyedihkan. Mereka yang memiliki kekuatan uang dapat menjadi pemenang, mengalahkan caleg yang baik, tulus dan punya kemampuan.

Rakyat sendiri, tuturnya, sudah makin cerdas dan awas. Praktek uang bisa menjadi tak berguna ketika rakyat sudah menentukan pilihannya, tapi sebagian mengambil amplop yang diberikan oleh caleg.

Tentang apa yang ada di spanduknya, menurut Gustan yang memulai karier berorganisasi dari bawah, itu merupakan komitmen. Bukan sekedar slogan atau pemanis kata belaka.

Komitmen itu bagi Gustan adalah pelaksanaan komitmen. "Pelaksanaan kata-kata," tegas lelaki kelahiran Sleman, 8 Agustus 1976 itu mengutip kalimat dari salah satu puisi karya WS Rendra.

Bagi mantan Wakil Ketua Slemania (2009) ini Pilkada 2019 ini bukan politisi kemarin sore. Ia meniti karir dari bawah sebagai Pengurus Anak Ranting PDI Perjuangan Padukuhan Ngawen, Sleman, Yogyakarta. Dari situ ia merayap sebagai Sekretaris PDIP PAC Gamping sebelum memegang jabatan sama untuk tingkat Kabupaten Sleman.

Foto: istimewa
Foto: istimewa
Di tengah perjalanannya, Gustan yang saat ini anggota DPRD Sleman juga bersentuhan dengan sepakbola yang merupakan olahraga favoritnya. Lulusan S1 Universitas Atma Jaya Yogyakarta itu pernah menjadi Manajer Operasional PSS Sleman (2011).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosok Selengkapnya
Lihat Sosok Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun