Mohon tunggu...
johannes rajagukguk
johannes rajagukguk Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Ilmu Komunikasi UPN Veteran Yogyakarta

Mahasiswa Ilmu Komunikasi UPN Veteran Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Covid-19 Meresahkan Para Pelajar

16 Desember 2020   12:26 Diperbarui: 16 Desember 2020   12:28 174
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

WHO (World Health Organization) secara resmi menyatakan COVID-19 adalah pandemi pada tanggal 9 Maret 2020 yang berarti virus ini telah menyebar luas di dunia. Di Indonesia sendiri, kasus pertama pasien terpapar virus corona adalah seorang ibu (64 tahun) dan anaknya (31 tahun) yang diduga tertular karena kontak dengan WNA asal Jepang yang datang ke Indonesia.

Sejak kejadian tersebut, kasus COVID-19 ini menjadi gempar di Indonesia. Penyebarannya yang sangat cepat menimbulkan kepanikan dimana pun. Pemerintah mulai menerapkan PSBB ( Pembatasan Sosial Berskala Besar ). Di Jakarta sendiri mulai melaksanakan Pembatasan Sosial Berskala Besar ini sejak 10 April 2020 diikuti berbagai daerah lainnya di Indonesia.

 Kasus tersebut semakin bertambah seiring waktu hingga saat ini, Desember 2020 tercatat 618rb kasus. Virus ini menyebar melalui udara, air, dan benda-benda yang sudah pernah berinteraksi dengan virus tersebut. Dari kejadian tersebut telah menimbulkan banyak masalah dan perubahan kegiatan yang terjadi pada masyarakat. Semua menjadi ekstra hati-hati dalam menjalankan mobilitas sosial. Tempat pariwisata ditutup, tempat umum seperti sekolah dan tempat beribadah juga ditutup. Bekerja dari rumah juga menjadi jalan keluar untuk mengurangi atau bahkan diharapkan dapat memutus rantai penyebaran virus ini. Tidak hanya bekerja dari rumah, bahkan para pelajar juga dirumahkan dan memulai pembelajaran dari rumah.

Lantas,Apa yang terjadi pada proses belajar para pelajar selama pandemi COVID-19? Pemberitaan tentang kasus pertama COVID-19 menyebabkan pemerintah mengeluarkan slogan "Dirumah aja" terhitung dari Maret 2020. Pemerintah menyarankan semua aktifitas mulai dari pekerjaan sampai proses belajar-mengajar dilakukan dari rumah. , Pada dunia pendidikan, diberlakukannya study at home bagi para pelajar awalnya menjadi kabar gembira bagi sebagian besar para pelajar. Seluruh instansi pendidikan merumahkan seluruh siswanya dan belajar melalui daring atau sering disebut "sekolah online" dengan harapan dapat meminimalisir bahkan memutus rantai penyebaran virus ini. Namun, pelaksanaannya di bidang pendidikan, dianggap kurang maksimal. Pemberlakuan sekolah daring yang terus mengalami pembaharuan waktu yang semakin lama membuat tak sedikit siswa yang mulai mengeluh dengan pemberlakuan sekolah online atau sekolah daring ini.

Sistem belajar daring ini dianggap kurang efektif yang malah menyebabkan timbulnya berbagai berbagai persoalan. Persoalan-persoalan tersebut antara lain tidak siapnya tenaga pengajar, pelajar, juga sarana dan prasarana. Dari pihak tenaga pengajar sendiri sebagian tidak memahami bagaimana cara mengajar secara online. Saat ini para guru hanya berfikir menyelesaikan kurikulum seperti mentransfer pelajaran dari sekolah kerumah, dan memberikan tugas sehingga tugas pun menjadi menumpuk. Tugas yang menumpuk ini adalah pemicu terbesar yang menimbulkan keresahan bagi para pelajar. Prasarana dan sarana juga menjadi permasalahn tersendiri.

Persoalan tersebut mencakup hambatan sinyal dan kemampuan daya beli gadget dan daya beli kuota. Tidak semua anak juga tidak mempunyai sarana seperti ponsel dan laptop adalah salah satu permasalahan yang tidak jarang ditemukan.Peran orang tua juga dianggap sangat penting dalam proses pembelajaran daring ini. Pasalnya, tidak semua orang tua mampu membeli kuota. Selain itu, perlu diperhatikan bahwasanya tidak semua orang tua secara akademik bias atau paham tentang teknologi sehingga orang tua tidak mampu mendampingi sang anak selama belajar dirumah.

Selain itu, pembelajaran secara daring juga membuat rasa sosialisme antar para pelajar menjadi kurang. Hal ini disebabkan terlalu lamanya kurun waktu antar para pelajar tidak bertemu yang menyebabkan interaksinya juga berkurang secara drastis. Ini adalah salah satu hal negative yang terjadi karena pengaruh pembelajaran secara online karena keterbatasan komunikasi dan jarak. Rasa sosialisme dikalangan pelajar juga semakin menurun disebabkan kurangnya waktu berinteraksi yang dialkukan dengan teman seusianya. Ditambah lagi, interaksi antara pelajar dan pengajar juga semakin berkurang. Hal ini menyebabkan rasa sosialisme antara pelajar dan pengajar juga semakin lama semakin asing.

 Tidak hanya itu, penulis juga sering melihat rasa hormat yang semakin lama semakin berkurang dikalangan pelajar terhadap para guru. Hal ini penulis lihat dari aplikasi yang sedang trending saat ini yaitu Tiktok. Penulis pernah menonton sebuah konten tiktok dimana seorang murid yang sudah mulai berani melawan guru dengan tidak menurut untuk absen bahkan membuat hal itu sebagai hal lucu. Sang guru menyuruh para murid agar absen di suatu media belajar bukannya absen di whatssapp, tetapi sang murid malah berani melawan sang guru. Konten tersebut sontak menuai komentar yang berisi tentang bagaimana semakin hilangnya etika para pelajar terhadap para guru.

Di lain sisi, penulis pernah melihat sebuah konten dimana dua orang guru yang berisi bahwa murid -- murid yang sering mengeluh tentang pembelajaran daring sebaiknya tidak perlu bertahan hidup lagi. Konten tersebut baru -- baru ini viral dan menuai banyak komentar negatif terkhusus dari para pelajar dan orang tua pelajar. Dari 2 video kontroversial tersebut, penulis menarik suatu opini bahwa memang, pembelajaran secara daring ini memang tidaklah efektif. Tidak hanya para pelajar saja yang mengalami tekanan melainkan guru juga.

 Para pelajar bingung dengan banyaknya tugas yang guru berikan ditambah lagi dengan materi yang sulit dipahami karena keterbatasan berkomunikasi. Para guru kebingungan dengan sistem pembelajaran daring, dan beranggapan mengejar untuk menuntaskan kurikulum sehingga memilih jalan keluar dengan memberikan tugas dengan harapan para pelajar dapat mengerti dengan sendirinya.

 Pandemi virus corona merupakan bencana yang sedang melanda dunia saat ini. Virus ini sangat cepat menyebar dalam waktu yang cepat. Seperti di Indonesia, virus ini sudah menginfeksi ratusan ribu manusia. Virus ini resmi menjadi bencana nasional di Indonesia hingga pemerintah sampai turun tangan untuk membuat aturan agar memutus rantai penyebaran virus yang bearasal dai kota Wuhan tersebut. Dari peraturan tersebut yang penulis bahas adalah diterapkannya study at home yang menimbulkan berbagai persoalan baik dari kalangan pelajar maupun pengajar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun