Mohon tunggu...
Johan Wahyudi
Johan Wahyudi Mohon Tunggu... Guru - Guru, Pengajar, Pembelajar, Penulis, Penyunting, dan Penyuka Olahraga

Pernah meraih Juara 1 Nasional Lomba Menulis Buku 2009 Kemdiknas pernah meraih Juara 2 Nasional Lomba Esai Perpustakaan Nasional 2020, mengelola jurnal ilmiah, dan aktif menulis artikel di berbagai media. Dikenal pula sebagai penyunting naskah dan ghost writer. CP WA: 0858-6714-5612 dan Email: jwah1972@gmail.com..

Selanjutnya

Tutup

Edukasi

Wanita [Memang] Perkasa

21 Juli 2010   09:01 Diperbarui: 26 Juni 2015   14:42 428
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Beauty. Sumber ilustrasi: Unsplash

Tiga hari lalu hingga saat ini, anak ketigaku sakit. Musyafa mengidap sariawan dan giginya akan tumbuh. Setiap hari dan malam, Musyafa menangis terus. Kami selalu bergantian menjaganya. Menahan rasa sakit ini, dua malam ini kami dibuat tidak tidur.

Namun, saya kewalahan. Saya sering mengeluh mengatuk ketika bekerja. Ini disebabkan kebiasaanku tidur siang meskipun hanya sebentar. Karena anakku sakit, praktis istirahatku berkurang. Saya mengalami kelesuan dan kemenurunan semangat bekerja. Agar tidak berlarut-larut, saya berusaha beristirahat meskipun anakku menangis. Caranya, saya pindah tempat. Saya tidur di lantai atas.

Melihat gelagatku ini, istriku hanya terdiam. Istriku tetap menjaganya meskipun saya mengetahui bahwa dia mengalami kelelahan yang amat sangat. Ini terpancar dari wajah kusut dan mata memerah. Namun, tak sepatah katapun keluar keluhan.

Istriku tetap bekerja meskipun anakku digendong. Dia tetap membersihkan rumah, memasak, menyiapkan ini-itu untuk kedua anakku yang lain, serta membimbing mereka ketika belajar.

Saya terpana dengan keadaan itu. Saya terkaget-kaget melihat kekuatan fisik dan mentalnya. Dia begitu perkasa di mata saya. Sebagai laki-laki yang sok perkasa, saya saja mengeluh meskipun dibatin. Saya bersikap jujur. Saya kelelahan.

Istriku tetap menjalani keadaan ini dengan tegar. Luar biasa! Saya sering menyindirnya ketika dia tampak kelelahan. Namun, sekarang keadaan terbalik 180 derajat. Dia tidak menyindirku meskipun kelelahan itu menghinggapinya.

Jika memperhatikan sejarah, wanita memang sering diidentikkan sebagai makhluk lemah. Wanita sering dinomorduakan. Mereka selalu ditempatkan pada posisi setelah laki-laki. Saya meyakiini bahwa itu disebabkan karena keegonan laki-laki. Laki-laki memang ego dan ingin selalu menjadi pemenang. Dengan keadaan itu, seharusnya saya introspeksi diri jika membenarkan anggapan itu. Hanya menghadapi situasi sebegitu, saya sudah mengeluh tak karuan. Di situasi lain, istriku begitu kuat menjalaninya. Wahai laki-laki, masihkah anggapan itu Anda gunakan? Introspeksi dirilah agar Anda tidak terjebak pada pikiran nan sesat. Wahai wanita, Anda memang makhluk perkasa. Dan perkenankan saya memuji Anda. Selamat, saya mengaku kalah perkasa daripada Anda! (www.gurumenulisbuku.blogspot.com)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Edukasi Selengkapnya
Lihat Edukasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun