Mohon tunggu...
Johan Wahyudi
Johan Wahyudi Mohon Tunggu... Guru - Guru, Pengajar, Pembelajar, Penulis, Penyunting, dan Penyuka Olahraga

Pernah meraih Juara 1 Nasional Lomba Menulis Buku 2009 Kemdiknas pernah meraih Juara 2 Nasional Lomba Esai Perpustakaan Nasional 2020, mengelola jurnal ilmiah, dan aktif menulis artikel di berbagai media. Dikenal pula sebagai penyunting naskah dan ghost writer. CP WA: 0858-6714-5612 dan Email: jwah1972@gmail.com..

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Wahai Guru di Kota, Belajarlah kepada Guru Rungau Raya (Catatan 1)

28 Februari 2011   21:43 Diperbarui: 26 Juni 2015   08:11 108
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Dalam makna tertentu, mengajar dan mendidik sering diartikan sempit. Mengajar dan mendidik ya guru berbicara di depan siswa. Jadi, mengajar dan mendidik ya guru berada di kelas. Kalau tidak berada di kelas, guru itu tidak disebut mengajar. Begitulah sebagian kita menyebut mengajar dalam pengertian yang sempit.

Menurutku, mengajar dan mendidik tidak harus dilaksanakan di depan siswa. Mengajar dan mendidik dapat dilakukan meskipun guru tidak berhadapan langsung dengan siswanya di kelas. Mengapa? Karena esensi mengajar dan mendidik itu mengubah perilaku siswa: dari awam menjadi paham dan dari ketiadaan teladan menjadi berteladan.

Dalam pengertian yang lebih luas, mendidik dan mengajar dapat dilakukan guru meskipun tidak berhadapan langsung dengan siswanya. Bagaimanakah caranya? Menurutku, keteladanan adalah strategi terbaik untuk mengajar dan mendidik siswa.

Termotivasi keinginan untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional, Minggu – Kamis (27 Februari – 3 Maret 2011), aku berada di Rungau Raya Kalimantan Tengah. Hari ini, aku sudah memasuki hari ketiga karena kami mendarat sejak Minggu pagi di Bandara Pangkalan Bun sejak Minggu lalu (27 Februari 2011).

Kami bersembilan diminta oleh Eka Tjipta Foundation (Sinar Mas Group) untuk mengisi Pelatihan bagi Guru di Perkebunan PT Bina Sawit Rungau Raya Kalimantan Tengah. Eka Tjipta Foundation adalah yayasan sosial di bawah Sinar Mas Group yang memang bergerak dalam bidang lingkungan dan pendidikan. Perlu diketahui bahwa setiap perusahaan dianjurkan untuk mempunyai kepekaan sosial kepada lingkungan yang biasa disebut Corporate Social Responsibility (CSR). Artinya, perusahaan itu diminta untuk berbagi pendapatan kepada pihak lain sebagai pertanggungjawaban sosial.

Sebuah perusahaan besar pasti tumbuh dan berkembang secara baik karena dukungan banyak pihak. Ketika perusahaan itu sudah mulai menuai keuntungan, hendaknya setiap perusahaan berkehendak untuk membina dan mendidik lingkungan sekitarnya. Seperti halnya Sinar Mas Group, langkah CSR ini perlu diikuti oleh perusahaan besar lainnya.

Saat ini, aku diminta untuk melatih beberapa rekan guru yang menjadi binaan Perkebunan  PT Bina Sawit. Cukup banyak rekan-rekan guru mengikuti kegiatan ini: 44 guru yang berasal dari SD dan SMP binaan perusahaan itu. Sungguh suatu kebahagiaan tersendiri bagiku yang menjadi salah satu pemateri kegiatan ini.

Mereka – rekan-rekan guru – itu begitu antusias mengikuti kegiatan ini. Mereka rela datang meskipun berangkat dari rumahnya dalam kawasan yang teramat luas dan jauh sekali. Anda mungkin tak dapat membayangkan jauhnya itu: ratusan kilometer. Bahkan, mereka datang ke kegiatan itu sambil dijemput mobil perusahaan! Luar biasa semangat mereka….!!!

Antuasiasme mereka harus diimbangi olehku. Oleh karena itu, aku berusaha memberikan materi kebahasaindonesiaan kepada mereka. Mungkin gayaku yang sering kocak, mereka sering tertawa terpingkal-pingkal meskipun aku sering menggunakan dialek Jawa. Ternyata, mereka pun dapat memahami materiku. Begitu bahagianya diriku dapat berada di tengah mereka.

Dari tugas ini, aku mendapat begitu banyak pelajaran berharga. Aku mendapat banyak inspirasi dari semangat guru pedalaman dan siswanya. Untuk mencari ilmu, mereka begitu ikhlas menempuh perjalanan ratusan kilometer setiap harinya. Terlebih, akses transportasi begitu sulit.

Pengalaman ini jelas teramat bermanfaat bagi rekan guru dan siswaku di  kota (baca: Sragen/Jawa). Bagi rekan-rekan guru di kota, mereka harus bersyukur dengan semua bentuk kemudahan akses: internet, jalan, transportasi, konsumsi, gaji dan lain-lain. Kalau Anda masih suka mengeluh, Anda termasuk guru yang tak layak mendapat predikat guru. Belajarlah kepada guru di sini: Rungau Raya Kalimantan Tengah.

Bagi para siswaku di kota, anak-anak perlu belajar kepada sahabatmu di sini. Jalanan di perkebunan tidak beraspal. Jarak sekolah dengan jalan raya dapat mencapai puluhan kilometer. Jajanan tidak ada. Buku serba terbatas. Internet belum tersedia. Jadi, anak-anak perlu bersyukur dengan ketersediaan fasilitas di kota. Anak-anak belum mendapatkan semua itu jika berada di sini: Rungau Raya Kalimantan Tengah.

Begitulah kisah singkat kegiatanku di Kalimantan Tengah. Mohon maaf kepada para sahabat kompasianer karena aku jarang menulis untuk kompasiana. Di sini, aku mengalami kesulitan akses internet. Mohon dimaklumi sinyal hanya dimiliki oleh perusahaan telekomunikasi tertentu. Jadi, aku pun terganggu. Aku menulis ini saja pada pagi dini hari. Tuh, jam dinding menunjuk angka 04.20. Lumayan, sinyal dapat meng-upload tulisan. Untuk foto-fotonya, lain waktu saja. Mohon doa rekan-rekan agar kegiatanku terlaksana dengan lancar dan sukses. Amin. Terima kasih.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun