Mohon tunggu...
Johan Wahyudi
Johan Wahyudi Mohon Tunggu... Guru - Guru, Pengajar, Pembelajar, Penulis, Penyunting, dan Penyuka Olahraga

Pernah meraih Juara 1 Nasional Lomba Menulis Buku 2009 Kemdiknas pernah meraih Juara 2 Nasional Lomba Esai Perpustakaan Nasional 2020, mengelola jurnal ilmiah, dan aktif menulis artikel di berbagai media. Dikenal pula sebagai penyunting naskah dan ghost writer. CP WA: 0858-6714-5612 dan Email: jwah1972@gmail.com..

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Berlebaran Bersama Sahabat Non-Islam

1 September 2011   07:39 Diperbarui: 26 Juni 2015   02:19 275
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kerukunan itu membahagiakan. Kita dapat melakukan sesuatu dengan tenang tanpa dihantui kekhawatiran akan terjadinya gangguan. Oleh karena itu, kita mesti berusaha agar memperoleh ketenangan. Salah satu cara yang dapat digunakan adalah memelihara persahabatan dengan sahabat meskipun berbeda agama. Sungguh indahnya jika kerukunan itu didapatkan. Dan saya mendapatkan kebahagiaan itu.

Lebaran telah memasuki hari ketiga. Saya merayakan lebaran sejak Selasa (30 Agustus 2011) meskipun pemerintah mempunyai ketetapan yang berbeda. Itu tidak menjadi masalah bagiku. Bagiku, kata hati lebih nikmat dihayati daripada menanti sesuatu dengan setengah hati. Alhamdulillah, kampungku pun merayakan lebaran sama dengan hariku sehingga suasana kampungku benar-benar meriah sekali. Kebahagiaan tak terperikan.

Namun, kebahagiaan tidak hanya disebabkan kesamaan hari lebaran. Saya mendapatkan kebahagiaan dari cara dan kegiatan lain. Cara dimaksud adalah ucapan, silaturahim, dan kiriman bingkisan lebaran dari sahabatku yang nonmuslim. Saya mendapatkan ketiganya sejak dua hari menjelang lebaran tiba atau sejak Minggu (28 Agustus 2011). Mereka sungguh teramat baik bagiku. Berikut ini adalah kesanku terhadap masing-masing cara mereka mengungkapkan lebaran kepadaku.

Cara 1: Ucapan Lebaran

Kompasiana telah menyelenggarakan lomba menulis tentang ramadhan dan topik Idul Fitri. Secara iseng, saya mencoba mengikuti lomba-lomba itu. Tak disangka, saya mendapatkan komentar dan atau tanggapan dari sahabat-sahabatku yang menurutku nonmuslim. Darimana saya tahu? Saya mengetahui bahwa kompasianer beragama nonmuslim dari nama, tulisannya, dan juga identitas yang telah kukenal. Selain itu, saya pun mendapatkan ucapan lebaran lewat SMS juga. Tertulis jelas di bagian akhir SMS bahwa pengirimnya adalah sahabatku yang beragama nonmuslim. Mereka berucap lebaran kepadaku dengan sangat baik dan ikhlas. Kadang saya dibuat terharu atas ketulusan ucapan itu. Terima kasih, sahabatku!

Cara 2: Silaturahim Lebaran

Kemarin dan hari ini, saya mendapatkan kunjungan dari teman-teman. Tamu-tamu itu berasal dari sahabat kantor, kolega kerja, atau pengikut rombongan. Dari kunjungan itu, saya bertemu dengan beberapa sahabat yang nonmuslim. Mereka ikut merayakan lebaran dengan kami di rumahku nan sederhana. Sekadar ketupat dan opor ayam ditambah es buah dan buah terasa nikmat disantap bersama-sama. Indahnya persahabatan meskipun berbeda keyakinan. Untuk sahabatku, terima kasih untuk kunjungannya.

Cara 3: Bingkisan Lebaran

Bingkisan atau parsel lebaran pun terkirim ke rumahku. Tidak banyak, tetapi cukup bagiku. Bingkisan-bingkisan itu terkirim dari kolega kerja dan juga sahabat. Rerata berasal dari penerbit dan sahabat yang pernah menggunakan jasa kepenulisan dan kesertaan kegiatan. Dari beberapa parsel itu, saya menemukan identitas pengirim. Ternyata, beberapa bingkisan itu dikirim oleh sahabatku nonmuslim. Mereka berucap lebaran seraya mengajakku untuk menjalin kerja sama yang lebih baik untuk waktu-waktu yang akan datang. Atas ajakan ini, saya tentu menyambutnya dengan senang hati. Untuk sahabat-sahabatku yang pernah mengirimkan bingkisan, saya menyampaikan ucapan terima kasih.

Ucapan-ucapan itu setidaknya menunjukkan bahwa semua agama mengajarkan kerukunan dan kedamaian. Tidak ada satu pun agama yang mengajarkan kekerasan atau tindakan yang merusak kerukunan. Meskipun berbeda keyakinan, semestinya itu tidak menjadi penghambat untuk bekerja sama demi kebaikan, baik kebaikan bangsa, karier, maupun diri. Oleh karena itu, saya mengajak sahabat-sahabatku agar terus menebar ajakan kebaikan. Jika toh ajakan itu belum mendapat sambutan yang baik, setidak-tidaknya kita telah menjadi pengajak yang baik. Tugas kita adalah mengajak dan hasil ajakan itu tidak lagi menjadi tugas kita. Terima kasih untuk semua kebaikan sahabatku. [Telkomsel Ramadhanku]

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun