Mohon tunggu...
Johan Wahyudi
Johan Wahyudi Mohon Tunggu... Guru - Guru, Pengajar, Pembelajar, Penulis, Penyunting, dan Penyuka Olahraga

Pernah meraih Juara 1 Nasional Lomba Menulis Buku 2009 Kemdiknas pernah meraih Juara 2 Nasional Lomba Esai Perpustakaan Nasional 2020, mengelola jurnal ilmiah, dan aktif menulis artikel di berbagai media. Dikenal pula sebagai penyunting naskah dan ghost writer. CP WA: 0858-6714-5612 dan Email: jwah1972@gmail.com..

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Asmara di Kompasiana

22 September 2012   17:47 Diperbarui: 24 Juni 2015   23:54 1720
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kompasiana memiliki slogan sharing~connecting yang dapat diartikan sebagai berbagi dan berhubungan. Slogan itu mengandung pesan bahwa media keroyokan ini bertujuan untuk mengajak kompasianer agar gemar berbagi pengalaman sehingga terjalin komunikasi yang baik. Kelak komunikasi dan interaksi itu diharapkan agar dapat memberikan manfaat sebanyak-banyaknya. Dan memang benar-benar terjadi. Beragam tulisan itu memberikan dampak positif dan negatif. Dampak positif terlihat pada respon yang diberikan atas tulisan dan dampak negatif diketahui melalui “hukuman” yang diberikan kepada pihak tertentu yang menyebarkan berita bohong.

Namun, sebenarnya slogan di atas pernah disalahterapkan oleh sebagian kecil kompasianer untuk makna yang berbeda. Omong-omong tentang kabar itu, saya hanya berusaha menjadi pendengar dan pembaca yang baik. Pasang telinga sambil duduk manis untuk mendengarkan kisah-kisah asmara di sini. Pasang mata lebar-lebar untuk membaca tulisan-tulisan yang berkisah tentangnya. Ya, kisah asmara di kompasiana.

Syahdan, hubungan antarkompasianer tidak hanya terjadi di dunia maya. Konon banyak kisah asmara terjadi antara mereka. Entah mereka masih berstatus jomblo entah mereka sudah berkeluarga. Yang jelas, kisah asmara itu konon benar-benar terjadi. Sekadar menarik simpulan, saya menuliskan beragam kisah yang pernah terdengar olehku.

Karena hubungan yang terjadi makin intensif, kompasianer pujaan berusaha melakukan pendekatan. Pada awalnya, pendekatan itu dilakukan sekadar dengan saling gemar memberikan vote dan tanggapan. Mungkin terkesan terhadap tulisannya, kompasianer mulai memuji-muji penulisnya. Gayung bersambut dan pujian itu ditanggapi seraya memberikan pujian juga terhadap tulisannya. Sekarang tak hanya memuji tulisannya, tetapi mulai memberikan perhatian kepada foto atau pic-nya. Konon perhatian yang kecil-kecil justru akan memberikan kesan mendalam bagi si dia.

Hubungan terus berlanjut. Lama-lama, kegemaran memberikan pujian itu berlanjut kepada keinginan untuk saling bersapa melalui inbox. Jelas pesan itu tak akan terbaca oleh kompasianer lain. Karena tersembunyi itulah, mereka mulai saling menggoda. Awalnya biasa saja dan akhirnya luar biasa. Dan saling bertukar nomor telepon adalah klimaks hubungan ini. Dengan memiliki nomor HP pribadi, hubungan dapat diteruskan kapan saja dan di mana saja. Maka, terjadilah hubungan asmara di kompasiana.

Terhadap gejala ini, saya sih cenderung bersikap masa bodoh. Silakan saja jika teman-teman mengadakan hubungan pribadi. Itu menjadi haknya. Terjalinnya hubungan itu tentu sudah terpikirkan masak-masak. Segala risiko jelas menanti, baik dampak buruk maupun baik. Dampak buruk akan dituai jika hubungan itu diketahui oleh pasangan resminya dan dampak baik mungkin dipanen jika hubungan istimewa itu tak diketahui pasangannya. Namun, sepandai-pandai membungkus bangkai toh baunya akan tercium juga.

Jika memang belum memiliki pasangan alias belum bersuami atau beristri, media ini dapat menjadi semacam media kontak atau biro jodoh. Menurutku, silakan saja kompasianer memanfaatkan media ini untuk menarik simpati pembaca dan atau kompasianer lainnya. Siapa tahu jodoh itu akan ditemukan di sini. Bukankah jodoh menjadi salah satu rahasia Tuhan yang sulit ditebak manusia? Melalui tulisannya, sebenarnya kita mudah mengenal karakter kompasianer tersebut. Tulisan adalah bahasa hati yang tak mungkin terbohongi oleh beragam sumpah sehingga sebenarnya teramat mudah kita mendeteksi kejujuran seseorang melalui tulisannya.

Meskipun demikian, sebenarnya saya juga menyayangkan sikap sebagian kecil kompasianer yang mulai berani menggoda sesama kompasianer secara berlebihan. Godaan itu jelas akan memancing reaksi. Teringat oleh petuah orang bijak bahwa kelemahan perempuan terletak di telinga dan kelemahan lelaki terletak di mata. Meskipun sudah memiliki suami, wanita mudah tergoda oleh beragam rayuan dan lelaki begitu mudah tergoda pula oleh wanita lain meskipun sudah memiliki istri nan cantik di rumah.

Bagiku, wanita cantik dan jelek itu sama saja. Semua yang dimiliki wanita cantik juga dimiliki wanita jelek. Bagiku, lelaki jelek dan tampan juga sama saja. Apa yang dimiliki lelaki ganteng pasti dimiliki pula oleh lelaki jelek. Tak ada sesuatu pun tersembunyi atau disembunyikan. Namun, bagiku, wanita tercantik dalam pandanganku tetaplah wanita yang berada di rumah. Yuk, kita tengok dulu....!!!!

Teriring salam,

Johan Wahyudi

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun