Mohon tunggu...
Johan Wahyudi
Johan Wahyudi Mohon Tunggu... Guru - Guru, Pengajar, Pembelajar, Penulis, Penyunting, dan Penyuka Olahraga

Pernah meraih Juara 1 Nasional Lomba Menulis Buku 2009 Kemdiknas pernah meraih Juara 2 Nasional Lomba Esai Perpustakaan Nasional 2020, mengelola jurnal ilmiah, dan aktif menulis artikel di berbagai media. Dikenal pula sebagai penyunting naskah dan ghost writer. CP WA: 0858-6714-5612 dan Email: jwah1972@gmail.com..

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

#AksiBarengLazismu Pelatihan PTK Gratis

8 November 2014   22:24 Diperbarui: 17 Juni 2015   18:18 114
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1415434788450837205

[caption id="attachment_373297" align="aligncenter" width="640" caption="Salah satu aktivitasku ketika menjadi narasumber Workshop PTK bagi 100 guru Belitong Timur"][/caption]

Guru sekarang tak lagi bias berleha-leha alias bekerja hanya sebagai pengajar. Guru sekarang harus kreatif menulis agar nasibnya tak berhenti di tengah jalan. Menulis pun tak sekadar berbentuk menulis, tetapi harus berbentuk karya ilmiah. Itulah pemaknaan atas Peraturan Bersama Mendiknas Nomor 03/V/Pb/2010 dan Kepala BKN Nomor 14 Tahun 2010.

Pasal 17 ayat 2 PB Mendiknas dan Kepala BKN di atas menyebutkan bahwa untuk kenaikan jabatan/ pangkat setingkat lebih tinggi dari Guru Pertama, pangkat Penata Muda, golongan ruang III/a sampai dengan Guru Utama, pangkat Pembina Utama, golongan ruang IV/e wajib melakukan kegiatan pengembangan keprofesian berkelanjutan yang meliputi sub unsur pengembangan diri, publikasi ilmiah, dan/atau karya inovatif.

Eko Susilo (1995:11) menjelaskan bahwa karangan ilmiah merupakan suatu karangan atau tulisan yang diperoleh sesuai dengan sifat keilmuannya dan didasari oleh hasil pengamatan, peninjauan, penelitian dalam bidang tertentu, disusun menurut metode tertentu dengan sistematika penulisan yang bersantun bahasa dan isinya dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya atau keilmiahannya. Menurutnya, karya ilmiah dibagi menjadi beberapa jenis, di antaranya karya ilmiah berbentuk makalah, report atau laporan ilmiah, dan buku ilmiah.

Berkenaan dengan itu, guru harus menyiasati keterbatasannya di bidang kepenulisan karya ilmiah. Guru harus belajar untuk menguasai penulisan karya ilmiah agar kariernya tidak terhenti. Dari sekian banyak jenis karya ilmiah di atas, Penelitian Tindakan Kelas atau PTK perlu dijadikan prioritas guru untuk menguasainya. Mengapa?

Penelitian Tindakan Kelas atau PTK merupakan penerjemahan dari istilah bahasa Inggris, yaitu Classrom Action Research atau CAR. Banyak pakar memberikan definisi tentang PTK ini. Bahri (2012:8)mendefinisikan Penelitian Tindakan Kelas sebagai sebuah kegiatan yang dilaksanakan untuk mengamati kejadian-kejadian dalam kelas untuk  memperbaiki praktek dalam pembelajaran agar prosesnya lebih berkualitas sehingga hasil belajarpun menjadi lebih baik. Menurut Suyadi (2012:18), PTK dapat didefinisikan berdasarkan tiga kata pembentuknya, yaitu penelitian, tindakan, dan kelas.

Penelitian yaitu kegiatan mengamati suatu objek tertentu dengan menggunakan prosedur tertentu untuk menemukan data dengan tujuan meningkatkan mutu. Tindakan yaitu perlakuan yang dilakukan dengan sengaja dan terencana dengan tujuan tertentu. Kelas adalah tempat sekelompok peserta didik menerima pelajaran dari guru yang sama. Berdasarkan dua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah suatu pengamatan yang menerapkan tindakan di kelas dengan menggunakan aturan sesuai dengan metodologi penelitian yang dilakukan dalam beberapa periode atau siklus. Karena PTK bertujuan untuk meningkatkan mutu hasil dan proses pembelajaran, guru hendaknya gemar melakukan PTK agar kualitas pembelajaran dan hasilnya bias meningkat.

Untuk mendapatkan kecakapan melakukan PTK, guru perlu mengikuti pelatihan atau workshop PTK. Dalam sebuah pelatihan PTK, narasumber akan menjelaskan hakikat PTK, sistematika penulisan, teknik penyusunan latar belakang, penyusunan kajian teori, metode penelitian, pembuatan instrumen penelitian, kajian data, pendeskripsian antarsiklus, dan penulisan daftar pustaka. Untuk menyampaikan semua materi di atas, diperlukan waktu cukup. Setidak-tidaknya semua materi itu harus disampaikan selama dua hari atau minimal 18 jam.

Karena termasuk kegiatan ilmiah, pelatihan PTK harus menghadirkan narasumber yang kredibel. Selanjutnya, kegiatan perlu dibagi menjadi beberapa sesi yang berbeda materinya. Pada setiap akhir sesi, setiap peserta diberi kesempatan untuk mempresentasikan karyanya untuk dikoreksi narasumber dan ditanggapi peserta lain. Untuk mendukung keberhasilan itu, pelatihan PTK memerlukan tempat yang nyaman agar para peserta bias berlatih dengan serius, termasuk kebutuhan konsumsi peserta pun harus dicukupi. Jika peserta sudah memiliki motivasi kuat untuk melakukan PTK dan didukung beragam fasilitas yang serba gratis serta memadai, kesulitan penyusunan PTK tentu tak lagi akan dikeluhkan guru.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun