Mohon tunggu...
Johanis Malingkas
Johanis Malingkas Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat kata

Menulis dengan optimis

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Virus Corona Wuhan Jadi Bahan Perenungan Kita

6 Februari 2020   09:28 Diperbarui: 6 Februari 2020   09:32 524
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi perbedaan nCoV,MERS-coV dan SARS-coV(sumber:interaktif.kompas.id)

Virus Corona Wuhan menjadi topik tren berbagai media di tanah air maupun dunia. Apa yang dapat kita petik dari bencana kesehatan ini?

Setiap peristiwa apa pun yang terjadi tentu ada proses sebab dan akibatnya. Begitu dengan persoalan virus korona ini. Konon penyebabnya disebabkan hewan kelelawar. Kelelawar jadi kambing hitam penyebab proses penyebaran virus yang dianggap berbahaya ini. Ada istilah zoonosis yaitu penyakit yang menyebar dari hewan ke manusia.

Sebagai orang awam saya coba mengulas persoalan ini secara awam.

Mengapa virus korona ini berkembang dari kota Wuhan, ibukota provinsi Hubei China? Berbagai informasi telah di tulis tentang asal muasal hingga Wuhan seakan menjadi kota mati karena penduduk kota di isolasi akibat terjadinya penyakit yang di duga akibat penyebaran virus korona ini. Ada yang bilang kota Wuhan terkenal dengan kuliner ekstrim dengan sup kelelawar-nya. Ada juga info yang menyatakan akibat virus laboratorium penelitian yang bocor. Semua ini masih diperlukan analisis secara ilmiah.

Saya menduga karena kota berpenduduk sekitar 11 juta jiwa ini merupakan kota yang terkenal dan termasyur. Dapat di bayangkan aktivitas penduduk keseharian disana. Mungkin saja kehidupan siang dan malam yang sibuk dari sebagian penduduknya sehingga waktu untuk istirahat menjadi sedikit atau kecil. Inilah yang kemungkinan penyebab sehingga daya tahan tubuh manusia terjadi penurunan dan memudahkan virus untuk menyerang.

Sisi lain dari segi keseimbangan lingkungan hidup. Mungkin saja terjadi ketidakseimbangan ekosistem kehidupan. Alam sudah mengatur kehidupan ini dalam keseimbangan ekologis antara kehidupan manusia, hewan dan tumbuhan. Bila populasi manusia makin bertambah jelas akan mempengaruhi perkembangan populasi hewan dan tumbuhan. Manusia mengkonsumsi hewan dan tumbuhan. Apabila hewan pemangsa kelelawar yang memiliki virus corona semakin berkurang maka tentu hewan kelelawar ini akan berkembang populasinya.

Selain itu, saya beranggapan bahwa yang namanya virus itu ada dimana-mana. Misalkan virus flu bila kita berdekatan dengan orang yang kena flu dan kondisi tubuh kita lemah maka kita akan terjangkiti pula. Virus itu pun tetap ada antinya. Para pakar kesehatan berperan penting dalam upaya menemukan anti virus termasuk virus corona ini. Contohnya, virus komputer dan laptop pun ada tersedia antinya.

Nah, pembelajaran yang dapat kita petik dari masalah virus corona Wuhan adalah:

Pertama, ternyata di dunia ini bukan hanya perang fisik membuat manusia menjadi ketakutan namun penyakit akibat virus dan bakteri pun di anggap sesuatu bencana yang membahayakan umat manusia di muka bumi.

Kedua, kita perlu mencintai bumi dan alam dan menjaga keseimbangannya. Ketidakseimbangan ekosistem alam berdampak negatif terhadap kehidupan manusia. Gerakan merusak alam dan lingkungan demi kepentingan ekonomi sering mengakibatkan ketidak seimbangnya ekosistem kehidupan manusia, hewan dan tumbuhan di permukaan bumi ini. Apa yang akan terjadi dengan bumi ini apabila populasi penduduk terus meningkat sedangkan persediaan kebutuhan hidup dari sumber daya alam semakin menyusut? Kita mungkin akan berpikir bahwa "penyakit" merupakan salah satu cara alam untuk membatasi perkembangan populasi manusia di bumi satu-satunya ini, bukan?

Ketiga, masalah virus corona Wuhan ini menjadi inspirasi dan motivasi ilmuwan kesehatan dunia termasuk Indonesia untuk meningkatkan kajian ilmiah sehingga mampu menemukan anti virus korona dari bahan sumber daya hayati yang ada di bumi ini. Inspirasi dan motivasi ini dapat mengantar ilmuwan ini memperoleh hadiah Nobel atau penghargaan kemanusiaan.

Keempat, orang Indonesia yang mendiami wilayah katulistiwa dengan sinar matahari dianggap kecil kemungkinan terkena infeksi virus korona. Contoh konkrit masyarakat Sulawesi Utara yang mengenal kota Tomohon dengan pasar tradisional telah bertahun tahun memasarkan daging kelelawar dan hewan unik lainnya belum terdapat orang terkena virus bernama korona ini. Namun demikian, kita jangan menyepelekan hal ini dan tetap memperhatikan anjuran pemerintah untuk mewaspadai virus corona ini.

Kelima, salut apa yang telah dilakukan Menteri Luar Negeri RI dan Menteri Kesehatan RI yang telah menunjukkan tanggung jawab mengevakuasi WNI dari Wuhan dan di tempatkan sementara di Natuna.

Sekian!

Manado 06022020.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun