Pulang. Ini satu kata sederhana namun bikin aku pusing tujuh keliling. Hanya enam huruf P U L A N G, kan? Keterlaluan amat mereka yang menganjurkan peserta lomba mengarang dengan judul seperti ini. Apalagi bila tidak ikut akan di diskualifikasi panitia mendapatkan hadiah utama sebuah sepdea motor. Pusing.Â
Aku memang suka menulis namun bukan tulisan fiksi. Aku menulis tulisan ilmiah berupa makalah. Maklum, aku mahasiswa tingkat akhir di perguruan tinggi di kota ini.Â
Aku pun bukan seorang pengarang novel seperti Tere Lyre yang sanggup menghipnotis pembacanya dengan buku laris "Pulang". Aku pun bukan seperti kompasianer Lilik Fatimah Azahra yang menulis di Kompasiana sebuah cerpen bertema "Pulang". Akupun bukan seperti kompasianer Latifah Maurinta yang bilang "Tempat Untuk PULANG itu bernama KOMPASIANA".
Sore itu sepulang nya aku dari kampus di rumah kost, aku langsung duduk di meja kerja. Kamar berukuran lima kali enam meter menjadi markasku mengerjakan tugas-tugas dosen dan menyusun skripsi. Sudah sekitar tujuh tahun aku tinggal disitu. Waktu yang panjang bagi seorang mahasiswa. Biasanya cuma empat tahun selesai.Â
Aku sebenarnya bukan mahasiswa yang bodoh. Aku cuma mahasiswa yang malas.hehehe. Aku ingat nama seorang kompasianer yang lucu. Tau namanya? Malas Pulang. Aku lihat di profilnya bergabung di Kompasiana 30 Januari 2018. Cuma 3 artikel yang di tulisnya lalu lenyap entah pulang kemana.
Tiga puluh menit aku duduk di depan laptopku. Belum ada satupun kata yang di tulis selain judulnya Pulang. Entah mau memulai dengan kalimat bagaimana.Â
Pikiranku lagi kacau. Terbayang wajah profesor pembimbingku yang marah-marah gegara aku belum memasukkan naskah perubahan skripsiku. Suaranya yang mengelegar bagaikan guntur terus mengiang-ngiang di telingaku.Â
"Aku tidak mau tahu. Besok pagi sudah ada dimeja ini" katanya dengan mimik yang menakutkan. Aku hanya diam dan mengiyakan sambil tertunduk. Aku tak mau melihat wajahnya. Lalu sebelum meninggalkan ruangan aku hanya berkata "Siap Prof!"
Peristiwa dikampus tadi menganggu konsentrasiku untuk menulis cerpen ini. Itulah nasib mahasiswa yang malas. Belum lagi bila aku mengingat pertanyaan ayahku kalau pulang" Kapan kau selesai, Nak?". Pertanyaan ini yang bikin saya enggan untuk pulang.
Akh. Kenapa aku begitu bodoh dan melupakan bahwa di Kompasiana sudah banyak di tulis tentang "Pulang"? Â Kubuka Kompsiana dan memang benar disana bertebaran tulisan apik soal pulang. Mungkin saja aku mendapatkan inspirasi menulis cerpenku dengan menelusuri tulisan-tulisan kompasianer ini.
Analisis Novel Pulang Karya Tere Lyre, Ihza Lisiana Al Qushai
Puisi: Pulang, Eko Putra
Pulang, Zulfian Syah
Aku Bisa Pulang; Pulang; Puisi:Mahasiswa Pulang; Puisi: Malas Pulang, Muhammad Hamid HabibiÂ
Pulang, Handy Pranowo
Pulang Apa Yang Kau Cari, M Galang Pratama
Hatiku Tempatmu Untuk Pulang, Latifah Maurinta
Pulang, Ipom
Arti Pulang, Wahyu Sapta
Guru Jepang Di Sanggah, Lalu Dia Pulang, Cinta Renjana
Bedah Novel Pulang Karya Tere Lyre, M.A. Octaviani
Puisi: Aku Ingin Pulang, Derby Asmaningrum
Kembali Pulang, Ainur Rohman
Pulang, Ing786
Pulang, Ika Septi
Aku Mengajakmu Pulang, Arman Syarif
Puisi: Tak Kunjung Pulang, Achmat Heri Dwijuwono
Betapa satu kata PULANG ini mampu menginspirasi penulis, menginsiprasi kompasianer memunculkan karya yang apik dan enak dibaca. Guman batinku. Aku kagum namun belum muncul inspirasi dalam hatiku untuk menuliskan cerpen.
Aku memahami kini. Pulang itu satu kata yang bermakna ingin kembali ke tempat semula setelah merasa lelah, butuh tempat istirahat dan penenang jiwa setelah semua urusan selesai.
Sudah lama aku tak pulang menemui ayahku dan ibuku. Bukan karena aku tak rindu. Bukan karena aku tak sayang mereka. Alasannya, aku sudah bernasar tidak akan pulang menemui mereka kalau aku belum menyelesaikan studiku di kampus.
Akupun punya alasan yang lebih utama untuk tidak pulang. Aku telah mereka kecewakan. Aku menderita batin. Aku lelah. Aku bekerja keras untuk membiayai sendiri kuliahku. Aku banting tulang bekerja hingga larut.Â
Aku menulis berita di koran lokal, sekalikali menulis di Kompasiana. Kadang juga aku ngojek di malam hari. Semua itu kulakukan demi mendapatkan uang biaya kuliah plus biaya hidupku. Aku sebenarnya bukan malas, cuma aku lelah. Itulah yang bikin aku kerap tidak menyelesaikan waktu tepat bikin skiprsiku.Â
Aku benar benar lelah dan ingin pulang. Ya, kerinduan untuk pulang ada pada diriku.Â
Aku kelelahan....
Tok tok tok kudengar pintu kamarku diketok orang. Ku buka pintunya namun tak ada orang di luar sana.
Sayup-sayup ku dengar swara Melisa di kamar sebelah melantunkan lagu "Pulang"nya Iksan Skuter.Â
"Apakah kau pernah jauh dri rumah, terbangun di tengah malam, dingin lapar tak tertahan, ku sering merasakannya kawan, ingin pulang dan merebahkan badan, di kasur empuk dan diselimuti ayahku, rindu sayur bayam masakan ibu....."
Lagu manis yang ingatkan aku pada ayah dan ibuku. Lagu yang menggoda hati untuk pulang. Pulang menemui mereka.
Aku bimbang mau pulang ke ayah ataukah ke ibu? Andaikan kakek dan nenekku masih ada aku akan pulang ke mereka. Kenapa nasib ini menimpa diriku. Mengapa?
Andaikan ayah dan ibu masih serumah aku kan segera pulang. Aku akan segera berkemas untuk kesana, menemui kalian orang-orang yang telah berjasa hingga kini aku ada.
Ayah dan ibu, mengapa kalian berpisah? Kenapa kalian bercerai?
Pulang???
Aku belum mau pulang!!!
jm.mdo.01062019