Ia membangun kerjasama warga lokal untuk mendata hal-hal unik tentang daerahnya, mulai dari makanan khas yang terhubung dengan basis kekayaan bahasa, cerita mitologi untuk identifikasi diri, mengeksplor rumah adat sebagai basis pengetahuan dan menghubungkan tradisi lisan yang hampir punah untuk mengusung satu ekosistem kerjasama dengan tujuan penguatan keragaman pengetahuan dan kebudayaan.
Semuanya ini sekaligus membantu memetakan kelemahan dan potensi alam dan masyarakat sekaligus membangun basis ketahanan dan ekonomi masyarakat di sana.
Hasilnya ada harapan saat sebelum pandemi. Pariwisata dengan basis kekuatan  identitas warga yang unik dan menarik terbentuk.
Ada tracking mendaki lereng gunung Mutis, mengenal kebudayaan masyarakat setempat dan lain sebagainya. Namun ketika pandemi menghantam daerah itu, masyarakat sudah memiliki basis ketahanan hidup karena tata kelola tidak melulu soal pariwisata tapi juga menyasar ketahanan pangan.
Masyarakat punya banyak pilihan saat pariwisata terhenti akibat pandemi karena ketahanan pangan telah dipersiapkan secara matang.
Pemerintah perlu mengidentifikasi para intelektual organik seperti Dicky Senda yang tumbuh di masyarakat dan telah menyatu di sana.
Dialog seperti ini sangat diperlukan antara para intelektual pemerintah dan intelektual masyarakat agar sinergitas terjaga.
Diharapkan setelah pemetaan yang baik dan dialog yang seimbang antara kedua corak intelektual ini, basis pariwisata menjadi lebih kuat dan seimbang.
Kita ingin para wisatawan datang mengunjungi sekaligus menambah devisa negara, seperti dalam program Mice di Indonesia (Meeting, Incentive travel, Convention and Exhibition) Â namun perlu dipikirkan corak keadilan pariwisata bagi kenyamanan warga lokal.