Mohon tunggu...
Johan Japardi
Johan Japardi Mohon Tunggu... Penerjemah - Penerjemah, epikur, saintis, pemerhati bahasa, poliglot, pengelana, dsb.

Lulus S1 Farmasi FMIPA USU 1994, Apoteker USU 1995, sudah menerbitkan 3 buku terjemahan (semuanya via Gramedia): Power of Positive Doing, Road to a Happier Marriage, dan Mitos dan Legenda China.

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Apakah Pandemi Telah Membantu Planet Bumi?

20 September 2021   05:34 Diperbarui: 20 September 2021   05:41 182
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi. Sumber: Planet Mindful, March - April 2021, hlm. 46.

Namun, sayangnya, ada kabar buruk yang bisa ditemukan di samping kabar baiknya. Deforestasi Hutan Hujan Amazon mencapai level tertinggi dalam 12 tahun ketika para perampas tanah memanfaatkan sepenuhnya komunitas yang telah terpukul keras oleh wabah Covid-19. Institut Luar Angkasa Brasil memperkirakan bahwa sekitar 11.088 km persegi hutan hujan dihancurkan melalui pembakaran hutan dan deforestasi antara Agustus 2019 dan Juli 2020.

Kemudian, setelah negara-negara mulai dibebaskan dari tindakan lockdown yang ketat, tercatat bahwa tingkat polusi mulai melonjak dan dampak positif terhadap lingkungan kembali menurun.

Penduduk Kathmandu, Nepal, misalnya, yang bisa melihat Gunung Everest untuk pertama kalinya dalam beberapa dekade terakhir, menemukan bahwa gunung itu dengan cepat menghilang lagi karena kabut asap sudah kembali ke kota.

Ilustrasi. Sumber: Planet Mindful, March - April 2021, hlm. 48.
Ilustrasi. Sumber: Planet Mindful, March - April 2021, hlm. 48.
Masker kain lebih kecil kemungkinannya berakhir di tempat pembuangan akhir.
***

Bagaimana dengan Plastik?
Sejauh ini, dampak negatif terbesar terhadap lingkungan selama 12 bulan terakhir adalah peningkatan Alat Pelindung Diri (APD) yang tidak bisa didaur ulang dan plastik sekali pakai.

Pada awal pandemi, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) meminta 40 persen peningkatan global dalam produksi dan pasokan APD, termasuk masker wajah sekali pakai, untuk memenuhi lonjakan permintaan.

Pada puncak wabah di Wuhan, rumahsakit dan penduduk kota menggunakan APD 6 kali lipat dari rata-rata harian mereka.

Jika tingkat penggunaan yang sama dicatat secara global, maka ini setara dengan Amerika Serikat yang menggunakan APD untuk 1 tahun hanya dalam 2 bulan.

Tren peningkatan konsumsi sekali pakai telah dirasakan di seluruh dunia.  Sebuah laporan dari tradewaste.co.uk, yang dirilis pada November 2020, memperkirakan 53 juta masker wajah dibuang setiap hari di Inggris. Masker sekali pakai ini hampir selalu berakhir di tempat pembuangan akhir, dan ada peningkatan jumlah masker yang bahkan ditemukan dibuang di jalanan dan lautan.

Dampak lingkungan tidak hanya dirasakan melalui peningkatan APD. Ada juga peningkatan bentuk lain dari plastik sekali pakai yang sampai ke tempat pembuangan akhir. Banyak kedai kofi, restoran, dan layanan bawa pulang yang harus memikirkan kembali cara mereka berbisnis selama setahun terakhir.

Untuk kedai kopi, itu berarti mengganti cangkir kopi yang bisa digunakan ulang dengan cangkir kopi sekali pakai karena kekhawatiran akan penularan virus. Untuk restoran dan layanan bawa pulang, itu berarti wadah polistirena sekali lagi menjadi pilihan populer.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun