Diri lahiriah adalah bagaimana kita ingin dilihat, misalnya, sebagai orang yang perhatian, efisien, pintar, dan sebagainya, dan itu juga cita-cita yang kita coba wujudkan.
Namun persona kita tidak sepenuhnya berada dalam kendali kita: persona itu sebagian dikondisikan oleh pengalaman masa lalu, jadi kita tidak selalu bisa memilih bagaimana penampilan kita.
Ketika diri sejati menemukan bahwa persona itu mustahil untuk dijalani, kita mulai mengkhawatirkan tentang identitas sejati kita. Mengetahui bagaimana persona Anda bekerja adalah langkah penting dalam pemahaman diri.
Melangkah dengan mindful ke momen itu membantu Anda melihat apa adanya: kecerdasan bukan aspek vital dari keberadaan Anda.
Cita-cita persona publik Anda (cetak tebal) sering menyembunyikan kebenaran kontradiktif yang berbohong di belakang persona itu (cetak normal).
Krisis Identitas
Identitas komposit yang kita adopsi membantu menjaga kita agar tetap stabil dalam keadaan yang terus berubah yang kita huni. Namun, ada kalanya bagian-bagian yang berbeda dari identitas komposit ini yang berbenturan, dan bisa memicu krisis kepercayaan.
Tiga keadaan krisis identitas dijelaskan di bawah ini. Mempraktikkan mindfulness memungkinkan kita untuk "menjadi", memberi kita kelonggaran dari konflik semacam itu di saat-saat sulit.
1. Ketika peranan-peranan kita saling bertentangan.
Peranan-peranan kita yang berbeda mungkin bersaing untuk waktu terbatas yang kita miliki, dan kita mungkin merasa ditarik ke arah yang berbeda, ketidakyakinan.Â
Sebagai contoh, entah kita adalah orangtua atau manajer, dengan beralih berulang kali dari satu peranan ke peranan lain, kita merasa bahwa kita tidak bisa mengisi peranan mana pun untuk kepuasan kita sendiri atau kepuasan orang lain.
2. Ketika apa yang kita ketahui secara pribadi tentang diri kita terpisahkan dari cara kita ingin orang-orang berpikir tentang kita.
Kita mungkin merasakan kebutuhan yang mendesak untuk memuaskan harapan orang-orang lain atas perilaku kita, tetapi dalam hati kita tahu kita gagal. Dengan demikian, identitas publik kita pun menjadi sebuah kepura-puraan.