Mohon tunggu...
Johan Japardi
Johan Japardi Mohon Tunggu... Penerjemah - Penerjemah, epikur, saintis, pemerhati bahasa, poliglot, pengelana, dsb.

Lulus S1 Farmasi FMIPA USU 1994, Apoteker USU 1995, sudah menerbitkan 3 buku terjemahan (semuanya via Gramedia): Power of Positive Doing, Road to a Happier Marriage, dan Mitos dan Legenda China.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Mindfulness: Terjebak di Masa Lalu, Cemas tentang Masa Depan?

13 September 2021   09:22 Diperbarui: 13 September 2021   09:20 366
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi. Diadaptasi dari: Practical Mindfulness Book, hlm. 36.

Rumah kita yang sejati adalah saat ini. Saat ini adalah satu-satunya tempat di mana hidup kita benar-benar sedang terjadi.

Belajar untuk hidup dengan mindful di sini dan sekarang akan membuat kita lebih membumi, lebih seimbang, dan lebih bahagia.

Kita belajar dari masa lalu, perbendaharaan memori dan sumber dukungan emosional kita, sedangkan memikirkan masa depan bisa memacu optimisme, tekad, dan ambisi.

Ilustrasi. Sumber: Practical Mindfulness Book, hlm. 36.
Ilustrasi. Sumber: Practical Mindfulness Book, hlm. 36.

Walaupun demikian, tidak baik bagi kita untuk menghabiskan waktu terlalu lama di masa lalu maupun masa depan, mindfulness bisa mengembalikan perhatian kita ke masa sekarang.

Kekuatan Masa Lalu
Masa lalu kita terdiri dari hal-hal yang telah kita alami, dan beberapa dari pengalaman ini mungkin buruk.

Seseorang mungkin telah menyakiti kita, membuat kita waspada di masa sekarang, atau kita mungkin telah melakukan sesuatu yang sangat kita sesali.

Banyak ansietas saat ini yang memiliki akar-akar di masa lalu kita, bahkan jika kita bisa  melacak akar-akar itu.

Kita tidak bisa mengubah masa lalu, jadi kita mungkin mencoba menebus kesalahan dengan menyangkal kesenangan diri sendiri atau mencoba melakukan sekarang apa yang kita gagal lakukan sebelumnya.

Betapapun tulusnya upaya-upaya ini, kita mungkin mendapati hidup kita dibayang-bayangi oleh rasa bersalah atau penyesalan, yang menyeret pikiran kita kembali ke masa lalu dan membatasi peluang kebahagiaan kita di masa sekarang.

Jika kita tidak bisa menerima masa lalu, akan tumbuh perasaan bersalah atau kesal, sedangkan masa depan adalah prospek imajiner yang mungkin mengisi diri kita dengan ansietas.

Ilustrasi. Diadaptasi dari: Practical Mindfulness Book, hlm. 36.
Ilustrasi. Diadaptasi dari: Practical Mindfulness Book, hlm. 36.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun