Mohon tunggu...
Johan Japardi
Johan Japardi Mohon Tunggu... Penerjemah - Penerjemah, epikur, saintis, pemerhati bahasa, poliglot, pengelana, dsb.

Lulus S1 Farmasi FMIPA USU 1994, Apoteker USU 1995, sudah menerbitkan 3 buku terjemahan (semuanya via Gramedia): Power of Positive Doing, Road to a Happier Marriage, dan Mitos dan Legenda China.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Apakah Dunia Benar-Benar Sedang Menghadapi Krisis Kesuburan?

1 September 2021   12:13 Diperbarui: 1 September 2021   16:00 158
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Krisis kesuburan. Sumber: Healthy, Issue 167, August 2021, hlm. 37.

Kemajuan dunie udah melambung....
Bayi lahir nggak lagi liwat indung.....

Ini adalah teks lagu Benyamin S, Bayi Tabung.

Kemajuan Global
Para ilmuwan dari berbagai disiplin ilmu pengetahuan telah memberikan kontribusi yang tak terbayangkan selama berabad-abad dengan hasil akhir berupa kehidupan umat manusia yang semakin baik.

Perubahan zaman terbesar yang pernah terjadi antara lain ditemukannya lampu listrik, selanjutnya penemuan intenet oleh Tim Berners-Lee dan kolega-koleganya, lihat artikel saya Tim Berners-Lee, Dihargai atau Tidak, Terus Berkarya.

Tentunya ada banyak lagi kemajuan yang dicapai yang tidak bisa saya sebutkan satu per satu di sini. Dengan pikiran yang positif kita menilai bahwa:
1. Semua manusia itu baik, kecuali jika terbukti sebaliknya.
2. Semua invensi manusia yang baik itu juga baik, namun di tengah jalan terjadi penyimpangan. Ini bisa kita lihat dari penemuan unsur-unsur radioaktif yang kemudian dimanfaatkan menjadi senjata pemusnah massal.
3. Semua invensi manusia diniatkan untuk mendatangkan kebaikan, namun memiliki efek-efek samping yang tak terantisipasi, misalnya bayi tabung, segala macam "racun pertanian," obat-obatan sintetis, dll.
4. Harapan hidup (life expectancy) dan kualitas hidup (quality of life) terus menerus ditingkatkan.

Dalam perkembangannya, bukan hanya invensi manusia yang berupa materi konkret yang membawa pengaruh buruk terhadap harapan hidup dan kualitas hidup manusia, melainkan kebiasaan hidup manusia itu sendiri yang berubah dengan disesuaikan dengan kemajuan teknologi. Itulah hakekat hidup, selalu ada pro dan kontra, selalu ada plus dan minusnya.

Lihat saja betapa beberapa kebiasaan di rumah maupun di tempat kerja yang membawa pengaruh buruk terhadap kesehatan, terutama kebiasaan gaya hidup yang kurang bergerak (sedentary lifestyle), misalnya dalam artikel saya: Tips Menjaga Kebugaran.

Faktor kurang bergerak, ditambah dengan kebiasaan makan yang buruk, menambah kompleksitas masalah kesehatan dan membuat orang semakin rentan terhadap inflamasi.

Di satu sisi, gaya hidup yang mengutamakan karir membuat banyak orang yang "malas kawin." Ini terlihat jelas di Jepang yang sudah sangat berhasil dalam meningkatkan harapan hidup sehingga semakin banyak manula, namun tidak diimbangi oleh angka kelahiran.

Penurunan Tingkat Kesuburan
Di sisi lain, tingkat kesuburan (fertilitas) pun menurun secara global dan sudah menimbulkan rasa panik di mana-mana. Data kelahiran terbaru di Inggris menunjukkan "angka mengejutkan" berupa tingkat kesuburan yang sudah menurun ke tingkat terendah sejak sebelum Perang Dunia Kedua. Tingkat kesuburan telah turun di semua kelompok usia kecuali wanita berusia 40 tahun plus, dan tingkat kesuburan untuk wanita di bawah 30 tahun berada pada titik terendah sejak 1938.

Akan tetapi, Dr. Channa Jayasena, seorang konsultan dalam bidang endokrinologi reproduktif dan andrologi menyatakan bahwa mengacu pada statistik ini sebagai "tingkat kesuburan" berpotensi menyesatkan, karena sebagian besar alasan tren ini lebih bersifat sosial ketimbang biologis (lihat "malas kawin" di atas.)

Sangat baik untuk memberitahu para wanita untuk memiliki bayi sebelum mereka berusia 30 tahun, tetapi bagaimana hal itu hendak dilakukan dalam masyarakat di mana kita menginginkan kesetaraan?

Jayasena lebih suka mengakui bahwa wanita di awal usia 40 tahunan sedang mencoba untuk memiliki bayi, dan menghimbau agar mereka diberi dukungan.

Memang, penelitian menunjukkan bahwa di balik peningkatan bayi yang dilahirkan oleh wanita berusia 40 tahunan adalah para wanita dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi, namun ada kekhawatiran di seputar kemampuan biaya membesarkan anak-anak itu dan menunggu sampai mereka menemukan pasangan yang cocok.

Efek Lingkungan
Sementara itu, pada 2017, terungkap bahwa jumlah sperma pria Barat telah menurun hampir 60% dalam 40 tahun, akibat obesitas, diabetes dan kemungkinan juga akibat polusi, karena polutan mengandung bahan-bahan kimia pendisrupsi endokrin (Endocrine Disruptive Chemicals/EDC)

Shanna Swan, seorang ahli epidemiologi lingkungan dan reproduksi, telah menghabiskan waktu bertahun-tahun untuk meneliti tentang EDC. Paparan volunter (diet, stres, merokok, obesitas) bisa dikendalikan, namun paparan EDC, apakah itu terjadi di dalam rahim, masa kanak-kanak atau dewasa, jauh lebih sulit dikendalikan karena sering kali tidak disadari dan tidak disengaja.

EDC ada di mana-mana: dalam makanan kita karena penggunaan plastik yang ekstensif dalam memproses dan mengemas makanan, dan dalam produk rumahan mulai dari panci Teflon antilengket hingga sofa tahan api, produk perawatan pribadi, dan wewangian

Semua itu bisa membuat Anda merasa tidak berdaya, dan tentu saja industri besar harus menghilangkan bahan kimia EDC dari hasil produksinya. Akan tetapi, kita bisa mengatasi masalah EDC dengan memakan makanan utuh yang belum diproses, tidak memasak dalam panci berlapis atau wadah plastik dalam microwave, dan menggunakan produk sederhana yang tidak terlalu beraroma.

Efek Ekonomi
Apa pun penyebabnya, laporan memperkirakan kehancuran global pada anak yang dilahirkan, karena jumlah rata-rata anak yang dilahirkan seorang wanita sekarang adalah 2,4 orang (turun dari 4,7 orang pada tahun 1950), dengan proyeksi akan turun di bawah 1,7 orang pada 2100.

Lebih sedikitnya anak di masa mendatang akan menyebabkan populasi di mana kakek-nenek jauh melebihi jumlah cucu, yang sudah terjadi di Jepang.

Alih-alih melihat laporan ini sebagai bukti menakutkan bahwa kita ditakdirkan untuk punah, banyak yang percaya bahwa laporan tersebut seharusnya menjadi katalis untuk perubahan positif, termasuk pendanaan yang lebih baik untuk layanan kesuburan.

Kepustakaan
1. Jayasena, Channa, and Swan, Shanna, Are We Really Facing a Fertility Crisis?, Healthy, Issue 167, August 2021, hlm. 36-37.
2. Diary Johan Japardi.
3. Berbagai sumber daring.

Jonggol, 1 September 2021

Johan Japardi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun