Mohon tunggu...
Johan Japardi
Johan Japardi Mohon Tunggu... Penerjemah - Penerjemah, epikur, saintis, pemerhati bahasa, poliglot, pengelana, dsb.

Lulus S1 Farmasi FMIPA USU 1994, Apoteker USU 1995, sudah menerbitkan 3 buku terjemahan (semuanya via Gramedia): Power of Positive Doing, Road to a Happier Marriage, dan Mitos dan Legenda China.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ke Sekolah Aku Kan Kembali

26 Agustus 2021   12:04 Diperbarui: 26 Agustus 2021   12:12 380
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kembali ke sekolah. Sumber: https://bit.ly/3znkVCO

Back to school (kembali ke sekolah) dan melakukan Pembelajaran Tatap Muka (PTM) setelah Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) bukanlah sebuah fenomenon baru di mana pun di seluruh dunia.

Perbedaan nyata yang selama ini kita lihat adalah bahwa sepanjang sejarah umat manusia, pandemi kali ini membawakan dampak paling besar dan paling lama ketimbang pandemi-pandemi yang pernah terjadi sebelumnya. 

Jadi, berbeda juga persiapan yang harus dilakukan untuk bertransisi dari PJJ ke PTM, yang contohnya bisa dilihat dalam artikel saya: Mempersiapkan Perusahaan untuk Menyongsong Dunia Pascapandemi (Bagian 1/2), dan: Mempersiapkan Perusahaan untuk Menyongsong Dunia Pascapandemi (Bagian 2/2), antara lain bagaimana membekali anak-anak dengan reskilling untuk memasuki sebuah tahap baru dari siklus kebiasaan lama - transisi - kebiasaan baru.

Manusia adalah makhluk kebiasaan, dan buruh waktu untuk berpindah dari sebuah kebiasaan yang sudah sekian lama ditinggalkan lalu kembali ke kebiasaan tersebut dalam suasana yang sama sekali sudah berubah.

Para siswa-siswi telah lebih 1,5 tahun "libur" sekolah dan merindukan suasana PTM, berinteraksi dengan para guru dan teman di sekolah, dan......... menikmati aneka jajanan di sekolah, termasuk kedua putri saya, Putri dan Eca.

Tentunya para siswa-siswi akan kembali merasakan kebahagiaan lama itu, namun mereka harus diingatkan agar tetap waspada dan terus menjalankan protokol kesehatan, karena pandemi belum menghilang sepenuhnya.

PTM dilandasi oleh penegasan dari Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbud Ristek) Nadiem Makarim, bahwa daerah-daerah dengan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) level 1-3 boleh menggelar PTM, lihat: Nadiem: Belajar Tatap Muka Boleh Digelar di Daerah PPKM Level 1-3.

Protokol kesehatan harus diperhatikan dalam melaksanakan PTM, mengingat bahwa Pembatasan Jarak (Distancing) fisik dan sosial masih harus tetap dilakukan, tentunya juga dengan penggunaan masker, membersihkan tangan dan upaya kesehatan lainnya, agar jangan sampai menambah kasus positif Covid-19.

Pastikan anak-anak kita tidak lengah dan tetap menggunakan masker di sekolah, menjaga jarak dengan orang lain, menghindari kerumunan, dan tidak bersalaman. 

Satu hal yang mungkin juga bisa dijadikan pertimbangan oleh sekolah-sekolah, terutama dengan siswa-siswi yang banyak jumlahnya, adalah dengan melakukan PTM pada hari yang bergiliran. Ini adalah sebuah tindakan pencegahan yang sangat bagus. 

Jika anak-anak sudah dibekali dengan persiapan-persiapan yang dibutuhkan itu, maka para orangtua pun tentu akan merasa lega dengan anak-anak mereka yang kembali ke sekolah.

Dengan sudah dilaksanakannya vaksinasi di mana-mana, entah 1 kali atau 2 kali, tampaknya angka kejadian Covid-19 itu sudah semakin berhasil dikendalikan.

Seiring dengan anak-anak yang melakukan PJJ selama ini, sebagian dari mereka (dalam konteks membantu meringankan beban orangtua mereka) dan para orang dewasa juga melakukan WFH, lihat artikel saya: Pro dan Kontra WFH, dan sebagaimana halnya anak-anak yang sudah mulai diizinkan untuk PTM, kita semua tentu sudah merindukan untuk kembali bekerja di kantor.

Namun, saya amati, adaptasi dengan WFH selama ini akan mengubah konsep jam kerja di kantor perusahaan-perusahaan, dengan lebih melibatkan WFH dalam melaksanakan dan menyelesaikan sebagian atau seluruh pekerjaan dari rumah. Teknologi digital yang kita memiliki mendukung semua itu, dan dampak baiknya antara lain: kita bisa meneruskan WFH yang sudah menjadi kebiasaan selama ini, mengurangi biaya transportasi dan makan di luar rumah, lebih ramah lingkungan, dll, tanpa menurunkan produktivitas.

Dengan diizinkannya anak-anak untuk mengikuti PTM, kita juga bisa mengurangi biaya-biaya yang terkait dengan PJJ.

Mudah-mudahan pandemi yang menjadi masalah yang paling memusingkan kita semua selama hampir 2 tahun ini bisa segera berakhir.

Salam sehat.

Jonggol, 26 Agustus 2021

Johan Japardi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun