Mohon tunggu...
Johan Japardi
Johan Japardi Mohon Tunggu... Penerjemah - Penerjemah, epikur, saintis, pemerhati bahasa, poliglot, pengelana, dsb.

Lulus S1 Farmasi FMIPA USU 1994, Apoteker USU 1995, sudah menerbitkan 3 buku terjemahan (semuanya via Gramedia): Power of Positive Doing, Road to a Happier Marriage, dan Mitos dan Legenda China.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno Pilihan

Fisika untuk Hiburan 37 (Bunyi): Telegraf Tom-Tom

3 Agustus 2021   03:57 Diperbarui: 3 Agustus 2021   03:58 270
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gendang berongga. Sumber: https://www.savacoolandsons.com/item-34028.html

Gendang atau gong berongga adalah sebuah alat musik perkusi. Terlepas dari namanya, itu bukan gendang yang sebenarnya tetapi sebuah idiofon, yang biasanya terbuat dari bambu atau kayu yang diukir. Gendang berongga pada foto ini adalah barang Museum Afrika, yaitu idiofon gendang berongga dari suku di Kongo.

Dalam topik Bunyi dari Fisika untuk Hiburan kali ini, kita akan meninjau sebuah alat komunikasi yang telah digunakan sebelum listrik tersedia, yaitu sebuah alat yang disebut Telegraf Tom-Tom.

Sudah sangat sulit untuk melacak keberadaan alat ini bahkan secara daring, karena sudah obsolet dan tak dibuat replikanya, tidak seperti, misalnya: tabung bicara (speaking tube) atau replika telegraf optik lama atau sistem semaphore, lihat artikel saya: Fisika untuk Hiburan 32 (Bunyi): Jika Kecepatan Bunyi Lebih Kecil.

Hasil pelacakan daring saya memberikan hasil berupa alat yang mirip atau mungkin sama dengan telegraf Tom-Tom, yaitu gendang berongga yang digunakan di seluruh Afrika, Asia Tenggara, dan Oseania. Di Afrika, drum semacam itu, yang ditempatkan secara strategis untuk transmisi akustik yang optimal, misalnya, di sepanjang sungai atau lembah, telah digunakan untuk komunikasi jarak jauh, lihat foto judul.

Telegraf Tom-Tom. Sumber: Physics for Entertainment, Book 2, hlm. 244
Telegraf Tom-Tom. Sumber: Physics for Entertainment, Book 2, hlm. 244

Penduduk asli Fiji menggunakan telegraf Tom-Tom.

Telegraf Tom-Tom
Penyampaian sinyal bunyi berita masih berlaku bahkan hingga hari ini di antara suku-suku Afrika, Amerika Tengah, dan Polinesia. Untuk tujuan ini digunakan Tom-Tom, sebuah telegraf khusus yang mampu mengirimkan bunyi jarak jauh. Sinyal bunyi diulang dalam relai dan segera populasi dari area yang luas menerima sinyal tersebut.

Ketika Italia berperang dengan Abyssinia (sekarang Etiopia), Negus (Raja Abyssinia) belajar dengan sangat cepat dari semua gerakan pasukan Italia. Ini membingungkan orang Italia yang tidak memiliki firasat tentang telegraf Tom-Tom musuhnya.

Ketika Italia berperang lagi dengan Abyssinia, perintah mobilisasi umum yang dikeluarkan di Addis Ababa adalah "mempublikasikan" perintah itu dengan cara yang sama dan meneruskan ke desa-desa terpencil dalam waktu beberapa jam.

Catatan:
Di sini terlihat jelas obsoletnya teknologi ini sekarang, terutama bagi kita yang menggunakan HP terkini sebagai alat telekomunikasi.

Telegraf Tom-Tom kembali digunakan selama perang Anglo-Boer. Tom-Tom memungkinkan untuk menyampaikan informasi militer dengan sangat cepat.

Orang-orang Capeland mempelajari segalanya beberapa hari sebelum pengiriman resmi datang melalui pengirim berita.

Para penjelajah mengklaim bahwa beberapa suku Afrika memiliki sistem sinyal bunyi yang sangat baik, sehingga bisa dikatakan bahwa mereka memiliki telegraf yang jauh lebih baik daripada telegraf optik (sistem semaphore) yang digunakan di Eropa sebelum telegraf listrik diperkenalkan.

Telegraf Tom-Tom ini pernah disebutkan dalam sebuah majalah. R. Hasselden, seorang arkeolog Museum Inggris, sedang mengunjungi kota lbada di jantung Nigeria.

Di Ibada, ketukan telegraf Tom-Tom yang stabil dan ritmis bisa terdengar siang dan malam. Suatu pagi Hasselden mendengar orang-orang berkulit hitam dengan bersemangat bercakap-cakap di antara mereka sendiri.

Hesselden menanyakan apa yang telah terjadi dan seorang sersan mengatakan kepadanya bahwa "sebuah kapal besar milik orang berkulit putih telah tenggelam dan banyak orang berkulit putih yang binasa."

Hasselden tidak mengindahkan jawaban yang pada saat itu dia anggap sebagai sebuah rumor. Namun, 3 hari kemudian dia menerima telegram (yang sempat tertunda karena komunikasi yang terputus) tentang bencana yang menimpa kapal Lusitania.

Hasselden pun kemudian menyadari bahwa selentingan orang berkulit hitam itu benar adanya dan bahwa Telegraf Tom-Tom itu telah mengirimkan "sinyal" dalam bahasa gendang mulai dari Kairo sampai ke Ibada.

Yang lebih mengejutkan lagi adalah bahwa suku-suku yang menyampaikan berita itu berbicara dalam dialek yang sama sekali berbeda dan beberapa di antara suku-suku itu bahkan sedang berperang satu sama lain.

Telegraf Tom-Tom, sebuah alat dengan teknologi kuno yang penuh keterbatasan, namun pernah sangat bermanfaat di zamannya, bagi orang-orang yang tahu menggunakannya, walau dengan susah payah.

Kepustakaan:
1. Perelman, Y., Physics for Entertainment, Book 2, Shkarovsky, A. (Transl.), Foreign Language Publishing House, Moscow, 1936.
2. Diary Johan Japardi
3. Berbagai sumber daring.

Jonggol, 3 Agustus 2021

Johan Japardi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun