Mohon tunggu...
Johan Japardi
Johan Japardi Mohon Tunggu... Penerjemah - Penerjemah, epikur, saintis, pemerhati bahasa, poliglot, pengelana, dsb.

Lulus S1 Farmasi FMIPA USU 1994, Apoteker USU 1995, sudah menerbitkan 3 buku terjemahan (semuanya via Gramedia): Power of Positive Doing, Road to a Happier Marriage, dan Mitos dan Legenda China.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Tips Mengajarkan Peribahasa kepada Anak

10 Juni 2021   15:31 Diperbarui: 11 Juni 2021   00:54 410
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: mrsdisciple.com

5 Ways to Make Proverbs Come Alive for Your Kids (5 Cara Menghidupkan Amsal/Peribahasa untuk Anak Anda).

Jika Anda memperhatikan, beberapa artikel yang sudah saya tayangkan dalam Topik Pilihan Yuk Belajar Peribahasa saya kelompokkan berdasarkan tema, antara lain pembelajaran, pergaulan, parenting, tentang kesombongan, dll yang akan saya tayangkan setelah itu. Fungsi peribahasa antara lain memberikan nasihat, mengamati dunia dan keadaan, sebagai  identitas pembicara, dan memperindah bahasa lisan.

Sebagai seorang pemerhati bahasa sekaligus poliglot, saya menyadari beberapa hal terkait peribahasa:
1. Peribahasa adalah kristalisasi kearifan para pendahulu kita yang tidak lekang oleh waktu.
2. Satu kearifan bisa jadi dikristalisasikan dalam kalimat yang serupa maupun berbeda, dalam berbagai bahasa, contoh: Kalimat serupa: Fill your own cup first, then others' (Isi terlebih dulu cangkir Anda sendiri, baru cangkir orang lain) persis sama dengan peribahasa dalam bahasa Karo: Demi lebe tumbanta baru ku tumba kalak. Kalimat berbeda: Jauh berjalan banyak dilihat, lama hidup banyak dirasa, dalam bahasa Denmark: Den de rejser meget vet meget (Orang yang sering bepergian tahu banyak).
3. Sudah sejak lama peribahasa dibiarkan bersemayam di dalam buku-buku, bahkan sumber daring peribahasa Indonesia agak langka. Jadi mau tak mau, acuan ke buku-buku masih menjadi pilihan utama saya untuk mempelajari peribahasa yang selanjutnya bisa saya ajarkan kepada anak-anak saya.

Kita mulai Tips Mengajarkan Peribahasa kepada Anak ini:

1. Sebelum mengajarkan peribahasa kepada anak, persiapkan dulu bahan-bahannya. Ini adalah pembelajaran Anda sebelum Anda memberikannya kepada anak. Pahami makna tersurat dan tersirat dalam setiap peribahasa, jika perlu, seperti saya, dalam beberapa bahasa. Dengan demikian, ketika anak belajar peribahasa, dia juga belajar bahasa lain.

2. Setelah mengumpulkan cukup banyak peribahasa, kelompokkanlah berdasarkan tema seperti yang saya sebutkan di atas agar aplikasinya lebih mudah. Tentu saja, ada peribahasa yang bisa diaplikasikan dalam beberapa tema, misalnya: Pikir dahulu pendapatan, sesal kemudian tiada berguna.

3. Berikan pengertian kepada anak akan pentingnya peribahasa, terutama aplikasinya dalam hidup sehari-hari. Setelah anak mempelajari beberapa peribahasa, dia akan melihat sendiri apa yang Anda katakan kepadanya dan dengan demikian semakin bersemangat untuk belajar lebih banyak peribahasa.

Satu peribahasa yang mungkin akan terlihat oleh anak Anda misalnya dia bisa mengatakan: "Wah, memang ayah (ibu) sudah banyak makan asam garam" dan memahami bahwa peribahasa ini maknanya adalah "berpengalaman."

4. Setelah anak memahami, katakanlah peribahasa dalam 1 tema, ajaklah dia mengaplikasikannya dalam hidup sehari-hari, misalnya tanyakan dia apa peribahasa untuk sebuah peristiwa yang sedang terjadi, atau perkataan dan tingkah laku seseorang. Contoh: Tentang orang yang suka berbohong: Sekali lancung ke ujian, seumur hidup orang tidak percaya.

5. Lanjutkan dengan tema berikutnya yang sudah Anda persiapkan.
Misalnya, dalam tema tentang kesombongan:
Bagai kacang lupa akan kulitnya (seseorang yang lupa akan asal-usulnya, terutama seseorang yang berasal dari desa dan pergi ke kota, menjadi kaya atau memiliki jabatan tinggi, dan lupa daratan).

Jika Anda bersama anak Anda sudah banyak berlatih peribahasa, Anda akan melihat betapa si anak akan semakin bersemangat dalam belajar, bisa membagikan peribahasa yang sudah dia ketahui kepada teman-temannya, dan dengan demikian masuk ke dalam sebuah kelompok nonmainstream (bukan antimainstream) dengan keunggulan yang unik, yang tidak membiarkan peribahasa-peribahasa yang sangat berharga itu hanya tertulis di dalam buku-buku, dan dengan demikian membantu melestarikan keluhuran para......... leluhur.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun