Mohon tunggu...
Johan Japardi
Johan Japardi Mohon Tunggu... Penerjemah - Penerjemah, epikur, saintis, pemerhati bahasa, poliglot, pengelana, dsb.

Lulus S1 Farmasi FMIPA USU 1994, Apoteker USU 1995, sudah menerbitkan 3 buku terjemahan (semuanya via Gramedia): Power of Positive Doing, Road to a Happier Marriage, dan Mitos dan Legenda China.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Tips Menulis: Jadilah Ikonoklas

5 Juni 2021   10:46 Diperbarui: 5 Juni 2021   11:05 422
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Lukisan pada judul bab 2: Ikonoklas, buku Living in the Unlimited Universe (Hidup di Alam Semesta Tak Terbatas), karya Ivan Burnell, lisensi ada pada saya.

Zhuangzi pernah secara retorik berucap: Walau diberi umur 300 tahun, tak mungkin saya mempelajari apa yang bisa saya pelajari, konon lagi semua yang ingin saya pelajari. (Kutipan bebas).

Ucapan kakek  Mr. Yap Chenghuat (1904-1970), lihat artikel saya: Kebelumtahuan yang Dipamer-pamerkan, dan Bahasa Inggris: Tips Sukses Belajar Tidak Eksis, Kecuali Kiat Pribadi, Hah?

Yang saya beri tambahan:
Itu pun dalam batasan bahwa setelah belajar, ada yang kita tahu dan selebihnya (harus kita akui) kita belum tahu. - Johan Japardi.

Bagaimana Saya akan Mengetahui Kebenaran?
Dalam buku Living in the Unlimited Universe (Hidup di Alam Semesta Tak Terbatas), Ivan Burnell berkata: Jangan mempercayai siapapun!  Ini berarti Anda harus menantang segala sesuatu. Semuanya mengumpul menjadi: Anda tidak bisa tidak memiliki pendapat tentang banyak hal, tetapi sadari itu hanyalah -- pendapat. Semakin sedikit pendapat Anda, semakin dekatlah Anda dengan kebenaran, karena pendapat terjadi jika Anda telah menarik sebuah kesimpulan, dan kesimpulan menghentikan semua informasi lebih lanjut untuk memasuki persamaan yang mungkin mengubah pendapat itu.

Jadi, bagaimana Anda memecahkan teka-teki ini? Jadilah ikonoklas Anda sendiri. Apakah yang dimaksud dengan ikonoklas? Ikonoklas adalah seseorang yang memecahkan atau menghancurkan ikon-ikon. Ini mungkin berupa keyakinan atau konsep yang sudah lama dipegang. Saya tidak ingin menghancurkan keyakinan atau konsep Anda, tetapi bagaimana jika beberapa di antaranya salah dan Anda telah membangun hidup Anda atas konsep yang tidak sahih? Anda tidak akan menjadi sangat berhasil dan bahkan Anda tidak akan tahu mengapa. Pengetahuan yang umum adalah "Kebenaran akan membebaskanmu." Sisi lain dari pernyataan itu sering diabaikan, "Kebohongan akan memperhambakanmu selamanya." Oleh karena itu, saya ingin Anda memeriksa keyakinan Anda sendiri.

Sekarang saya beri contoh tentang "pendapat" yang sudah dihancurkan ini:
1. Pada 1890, opiat dijual di pasar medis yang tidak diregulasi, antara lain untuk kram menstruasi bahkan untuk mual-mual karena kehamilan (morning sickness atau pregnancy nausea). Dokter meresepkan opiat untuk berbagai indikasi, dan Apoteker menjualnya kepada individu yang mengobati sendiri ketidaknyamanan fisik dan mental." Lihat: Inside the Story of America's 19th-Century Opiate Addiction (Di dalam Kisah Kecanduan Opiat Abad ke-19 di Amerika).

2. Pada 1969, amfetamin digunakan sebagai.................... obat diet (diet pill). Lihat: A Speedy History of America's Addiction to Amphetamine (Sejarah Cepat Kecanduan Amerika terhadap Amfetamin).

3. Pendapat Ikonoklastik yang Keliru dan Harus Dilawan dengan Logika Pendapat Lama
Beberapa tahun yang lalu, seorang teman saya dengan sangat bersemangat berkata, "Dulu kita diajari bahwa knowledge is power (pengetahuan adalah kekuatan) sekarang yang lebih tepat adalah application of knowledge is power (aplikasi pengetahuanlah kekuatan itu)." Yang dengan sangat mudah saya bantah: "Apakah bagaimana cara menggunakan sebuah aplikasi itu bukan pengetahuan?"

4. Pendapat tentang Menulis
Mungkin semua pembaca sependapat dengan saya, bahwa: Seperti halnya membaca (lihat artikel saya: Seni Membaca), aku menulis dengan bahagia.
Kalau aku tidak bisa menulis, sebaiknya aku jangan nulis.
Kalau aku tidak ikhlas menulis, sebaiknya aku jangan nulis.
Kalau aku tidak bahagia setelah menulis, sebaiknya aku jangan nulis.

Lihat artikel saya: Selamat Berbahagia Setelah Menulis: Sebuah Cerpens.*
*Cerita pendek sekali, adiknya cerpen.

5. Lalu Bagaimana dengan Pendapat "Kualitas berbanding terbalik dengan kuantitas?"
Kalau direnungkan, bisakah pendapat ini diterima? Apakah seseorang yang menulis banyak artikel dengan bahagia dan setelah menulis juga merasa bahagia harus kita sebut penulis yang kejar target dan tidak menjaga kualitas artikelnya?

Saya serahkan kepada para pembaca untuk menilainya sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun