Mohon tunggu...
Johan Japardi
Johan Japardi Mohon Tunggu... Penerjemah - Penerjemah, epikur, saintis, pemerhati bahasa, poliglot, pengelana, dsb.

Lulus S1 Farmasi FMIPA USU 1994, Apoteker USU 1995, sudah menerbitkan 3 buku terjemahan (semuanya via Gramedia): Power of Positive Doing, Road to a Happier Marriage, dan Mitos dan Legenda China.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Hargai Diri Sendiri Lebih Dulu

25 Mei 2021   15:02 Diperbarui: 25 Mei 2021   15:12 350
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: careercontessa.com

Benar, pengalaman adalah guru yang terbaik. Pengetahuan apa tidak perlu? Saya berikan sebuah ilustrasi:

Si A pertama kali membeli lalu menggunakan sebuah korek api. Suatu hari dia mendapat sebuah "pengalaman" koreknya sudah tidak bisa digunakan. Usut punya usut ternyata gasnya habis. Dia pun membeli sebuah korek api baru. Suatu hari dia mendapat sebuah "pengalaman baru" koreknya sudah tidak bisa digunakan juga, tapi kali ini gasnya masih ada. Usut punya usut lagi ternyata geretannya sudah licin sehingga tidak bisa memercikkan api.

Si B pertama kali membeli sebuah korek api. Sebelum dia menggunakan korek api itu, dengan basis pengetahuan yang dia miliki, dia mengamati cara kerja sebuah korek api dan menyimpulkan apa yang membuat sebuah korek berfungsi dan apa pula yang membuatnya tidak bisa digunakan lagi.

2. Orang tertentu memiliki alasan menerima apa yang ditentukan orang lain untuk dirinya, yaitu dia bisa melakukan pekerjaan berganda tanpa dampak terhadap semua yang dia kerjakan. Baguslah, kalau memang bisa mengaplikasikan dengan benar: Sambil menyelam minum air tangkap ikan cari mutiara cabut rumput laut dan lain-lain, tapi tidak tenggelam!

Saya sendiri pernah melakukan minimal 4 pekerjaan sekaligus (tidak konflik satu sama lain) selama bertahun-tahun, dengan rata-rata waktu tidur kurang dari 5 jam, dan satu dampak buruk yang saya biarkan terjadi adalah: menerima gaji tak layak karena gaji tersebut hanya berkontribusi 30% dari total penghasilan saya, walaupun bagi orang lain itu sudah di atas standar, standar mereka.  

Kata Ivan Burnell:
1. Tiap orang melakukan sesuatu yang menurutnya terbaik di bawah kondisi dia sendiri.

2. Aturan No. 1: Makna Diri
Aku penting, orang lain juga penting. Aku tidak akan menggunakan pentingnya diriku untuk menjatuhkan siapa pun, dan aku tidak - tidak - tidak akan membiarkan siapa pun menggunakan pentingnya diri mereka untuk menjatuhkan aku.

Hasil pengamatan saya:
1. Empat komponen dengan porsi masing-masing yang variatif dibutuhkan dalam bekerja: tenaga, pikiran, tanggung jawab, dan ide.

2. Sebelum orang lain, siapa pun itu, yang menilai harga kita, kita sendiri yang harus melakukan penilaiannya itu. Dalam bekerja, prasyarat yang paling penting adalah kompetensi, kejujuran, dan pemeliharaan hubungan baik dengan semua orang di kantor.

Banyak dan sedikit itu relatif.

Sekarang kaitan semua penjelasan saya di atas dengan lingkungan kerja toksik.

Orang yang bertahan bekerja walau penghasilannya tidak bisa menutupi biaya bulanan (tidak mau ambil risiko mencari pekerjaan dengan gaji yang cukup) cenderung:

1. Menganggap "kalau pekerjaan ini tidak saya ambil, di belakang saya banyak orang yang antre."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun