Mohon tunggu...
Johan Japardi
Johan Japardi Mohon Tunggu... Penerjemah - Penerjemah, epikur, saintis, pemerhati bahasa, poliglot, pengelana, dsb.

Lulus S1 Farmasi FMIPA USU 1994, Apoteker USU 1995, sudah menerbitkan 3 buku terjemahan (semuanya via Gramedia): Power of Positive Doing, Road to a Happier Marriage, dan Mitos dan Legenda China.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Pembelaan Diri Seorang Perokok

13 Mei 2021   00:56 Diperbarui: 13 Mei 2021   01:00 497
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Smoking Room di Bandara Changi, Singapura, 18 November 2009.

Dulu saya seorang perokok berat, tapi sekarang semakin hari semakin berkurang. Saya sudah mencoba berbagai cara lain, misalnya meminum tablet nikotin, menggunduli kepala lalu menyapukan minyak angin ke atasnya, berpuasa merokok dengan meredam keinginan merokok setiap kali keinginan itu muncul dsb, dan hanya bisa berhenti selama maksimum 2 bulan. Setelah itu saya mulai lagi dengan 1 batang, lanjut terus 2 batang, dst. 

Sekarang saya merokok hanya sekitar 1/4 dibandingkan pada saat saya menjadi perokok yang seberat-beratnya. Semua teman yang sudah berhenti total membagikan kiat mereka: "Semuanya dimulai dengan niat," utamanya teman yang pernah sakit dan karena penyakitnya dia dilarang merokok oleh dokter. Jadi sampai sekarang saya belum melihat dengan jelas apa yang mereka maksudkan dengan "niat."

Kesimpulannya, sampai sekarang saya belum berhenti merokok dan hanya bisa benar-benar ikhlas dan tidak merasa "tersiksa" karena tidak merokok ketika berada di dekat Putri, atau ketika berada di dalam mobil, ada atau tak ada Putri, karena dilarang oleh Putri.

Mungkin saya harus memperluas wilayah "ikhlas berhenti" ini, yang sangat berbeda dengan misalnya ketika sedang berada di bandara atau tempat lainnya yang dengan keras memberi tanda "No Smoking" dan mengarahkan (tepatnya membatasi) para perokok untuk melakukan kegiatan kesukaan mereka itu di dalam "Smoking Room."

Uraian saya sampai sejauh ini sudah jelas-jelas menyajikan alasan-alasan yang dijadikan pembelaan oleh seorang perokok.

Berikut adalah bentuk-bentuk lain dari pembelaan serupa yang sudah saya kumpulkan:

1. "Manusia di dunia ini terbagi menjadi perokok dan non-perokok. Benar bahwa perokok menyebabkan gangguan bagi non-perokok, tapi gangguan itu bersifat fisik, sedangkan  gangguan yang disebabkan oleh non-perokok bagi perokok bersifat spiritual. Sudah barang tentu, banyak non-perokok yang tidak mencoba mencampuri urusan perokok, dan para istri bahkan bisa dilatih untuk mentoleransi suami mereka yang punya kebiasaan merokok di atas ranjang. Itu pastilah sebuah tanda dari sebuah pernikahan yang bahagia dan sukses."

2. Dalam sebuah ruang praktik bedah, seorang profesor ahli bedah non-perokok dan juga perokok-fobia sedang menjelaskan kepada para peserta PPDS (Program Pendidikan Dokter Spesialis) dengan sangat emosional, sambil menunjuk ke tubuh 2 jenazah yang sudah terlebih dulu dia bedah:

"Saudara-saudara, tolong perhatikan, yang ini paru seseorang yang ketika masih hidup tidak pernah merokok, sangat bersih, dan yang ini paru seorang perokok berat, hitam kelam." Profesor ini mendengar tanggapan perlahan dari seorang peserta PPDS, perokok berat:

"Benar Prof., tapi bukankah kedua orang ini sama-sama sudah meninggal?"

3. Matematikawan perokok berat: "Bagi seorang perokok sejati, jumlah inspirasi yang dihasilkan oleh sel-sel otaknya selalu merupakan jumlah aljabar dari batang rokok yang dia isap. 1 batang rokok, 1 inspirasi. Ini adalah satu hal yang belum bisa saya jelaskan kepada seorang non-perokok."

4. "Saya secara konsisten berusaha menyangkal mitos tentang bahaya merokok. Terlepas dari kenyataan bahwa kita tidak melihat iklan rokok di majalah-majalah, saya menulis dan menerbitkan esai demi esai yang memuji keutamaan Nyonya Nikotin. Karena itu, entah bagaimana, berkembanglah sebuah desas-desus bahwa saya adalah seorang pria yang tidak melakukan apa-apa sepanjang hari kecuali berbaring iseng di sofa sambil merokok, dan terlepas dari penyangkalan dan protes saya bahwa saya adalah salah seorang dari kaum pekerja paling keras, desas-desus itu terus berkembang dan terus berlanjut."

Ini adalah pembelaan dari tahun 1930-an, sekarang seorang perokok berat malah sudah mengimprovisasi alasan ini:

"Situasi sekarang sudah jauh berbeda kawan. Sudah merupakan hal yang lazim jika kita melihat perusahaan rokok mengiklankan produknya dalam berbagai media, yang walau dengan pernyataan yang sangat diperhalus dan disamarkan, namun tidak bisa menghalangi pembaca yang juga perokok untuk melihat bahwa itu adalah sebuah iklan rokok (hanya dari merek produknya). Intinya, kalau mau menyuruh orang berhenti merokok, tutup saja semua pabrik rokok."

5. Ucapan seorang kakek-kakek:

"Saya pikir, bahwa, ditinjau dari sudut pandang kebudayaan dan kebahagiaan manusia, sama halnya dengan teh dan kopi, tembakau adalah produk peradaban manusia yang membawa pengaruh paling besar bagi manusia itu sendiri. Teh dan kopi jelas merupakan minuman, namun saya tidak tahu harus menggolongkan rokok ke dalam kategori apa. Ini saya sebut sebagai "3 besar pemberi kenikmatan sejati bagi yang paham cara menikmatinya. Selama ratusan tahun, rokok telah berjasa besar bagi ekonomi, kesenangan, persahabatan, sosiabilitas dan percakapan umat manusia. Anda tidak akan pernah bisa membayangkan seberapa banyak aset tambahan yang diperoleh oleh negeri Belanda hanya dari kurasan mereka dari Perkebunan Tembakau Deli."

Catatan:

Semua pembelaan di atas bukan untuk menyemangati perokok agar tidak berhenti merokok. Teruslah bertekad dan berniat kuat untuk sesegera mungkin berhenti merokok, dengan mempertimbangkan satu hal paling utama, "Apa pun ceritanya, rokok itu lebih banyak kemudharatan ketimbang kemaslahatannya."

Jonggol, 13 Mei 2021

Johan Japardi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun