Mohon tunggu...
Johan Japardi
Johan Japardi Mohon Tunggu... Penerjemah - Penerjemah, epikur, saintis, pemerhati bahasa, poliglot, pengelana, dsb.

Lulus S1 Farmasi FMIPA USU 1994, Apoteker USU 1995, sudah menerbitkan 3 buku terjemahan (semuanya via Gramedia): Power of Positive Doing, Road to a Happier Marriage, dan Mitos dan Legenda China.

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

Tiada Lagi Kacang Goreng Pertama, yang Ada Tinggal Narasi (Baca: Salah Kaprah)

4 April 2021   12:30 Diperbarui: 24 April 2021   08:32 561
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ketimbang hanya terkungkung dalam pikiran, saya ingin menumpahruahkan wacana ini:

Kacang goreng saya gunakan dalam pemaknaan seperti dalam kalimat "Laris/laku kayak kacang goreng."

Kacang goreng (baca: laris) pertama yang saya maksud adalah kata wacana, yang dalam KBBI https://kbbi.web.id/wacana didefinisikan sebagai:
1. komunikasi verbal; percakapan;
2. keseluruhan tutur yang merupakan suatu kesatuan;
3. satuan bahasa terlengkap yang direalisasikan dalam bentuk karangan atau laporan utuh, seperti novel, buku, artikel, pidato, atau khotbah;
4. kemampuan atau prosedur berpikir secara sistematis;
5. kemampuan atau proses memberikan pertimbangan berdasarkan akal sehat; atau
6. pertukaran ide secara verbal.

Secara etimologis, istilah “wacana” diturunkan dari bahasa Sansekerta wac, wak, atau vak, yang berarti berkata, berucap, atau berujar. Kata ini mengalami penambahan sufiks "ana" yang mengubahnya menjadi kata benda. Jadi wacana bermakna perkataan, ucapan, atau ujaran.
(dengan pe-rapian dari saya)

Entah kenapa kacang goreng pertama ini tiba-tiba menghilang dan digantikan dengan kata "narasi."

Juga dalam KBBI,  narasi didefinisikan sebagai:
1. pengisahan suatu cerita atau kejadian;
2. cerita atau deskripsi suatu kejadian atau peristiwa; kisahan; (Sastra)
3. tema suatu karya seni.

Sayang sekali KBBI sama sekali tidak teliti karena menyamakan makna "pengisahan sebuah cerita" ("penceritaan") dengan "cerita" itu sendiri.

Untuk lebih jelasnya, perhatikan bahasa Inggris yang membedakan narrative (cerita) dengan narration (penceritaan), yang bahannya berlimpahruah di dunia maya.

Konyolnya orang Indonesia yang menggunakan istilah "narasi" sebenarnya mengadopsi istilah Inggris "narrative" yang lebih lazim digunakan oleh orang Barat sendiri, bukan "narration" yang tidak atau hampir tidak pernah digunakan. Satu contoh: The Power of Personal Narrative.

naratif-narasi-606d73298ede480aa046fd72.jpg
naratif-narasi-606d73298ede480aa046fd72.jpg
Penerjemah Google juga tidak membedakan makna kedua istilah ini, jadi orang-orang yang menjadikan "narasi" sebagai "kacang goreng kedua" dengan seenak udelnya menggunakan istilah yang kurang tepat untuk menyampaikan maksud hatinya. Padahal mereka sudah benar dalam menggunakan istilah "prerogatif," dan bukan "prerogasi." Jika dibiarkan, mungkin orang tidak bisa lagi membedakan antara "eksplosif" (bahan peledak) dengan "eksplosi" (ledakan). Himbauan saya, marilah kita tertib dalam berbahasa.

Ternyata penggunaan salah dari hanya 1 kata (yang secara keliru dimaknai sebagai: cerita), yaitu narasi, kacang goreng kedua ini, bisa menimbulkan carut marut besar, setidaknya berpotensi menjadi bahan tertawaan orang Barat, namun tak seorang pun yang peduli. Fenomenon apa ini?

Jonggol, 4 April 2021

Johan Japardi

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun