Mohon tunggu...
Johan Japardi
Johan Japardi Mohon Tunggu... Penerjemah - Penerjemah, epikur, saintis, pemerhati bahasa, poliglot, pengelana, dsb.

Lulus S1 Farmasi FMIPA USU 1994, Apoteker USU 1995, sudah menerbitkan 3 buku terjemahan (semuanya via Gramedia): Power of Positive Doing, Road to a Happier Marriage, dan Mitos dan Legenda China.

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

ph, f, dan v: Diskusi Bahasa dengan Putriku yang Mulai Jadi Pemerhati

3 April 2021   09:00 Diperbarui: 7 April 2021   11:29 684
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Fonem f dan ph

Saya amati bahwa dalam mengadopsi bahasa asing untuk bidang-bidang non-bahasa, dalam hal ini sains, setidaknya ada 2 ketidaksesuaian yang diakibatkan oleh:
1. Pakar bahasa tidak memahami istilah-istilah saintifik.
2. Pakar sains tidak memperdalam bahasa.

Ini terlihat pada contoh penerjemahan nama-nama senyawa kimia sbb: 

f tetap f: Hydrogen fluoride menjadi hidrogen florida.
ph juga menjadi f: phloroglucinol menjadi floroglusinol.

Ini tentunya bisa menimbulkan kerancuan, karena floroglusinol sama sekali tidak mengandung, dan dengan demikian tidak ada kaitannya dengan, unsur flor.

Ini adalah salah sebuah masalah dalam bahasa Indonesia, dimana konsonan rangkap dalam bahasa asing dijadikan konsonan tunggal. Menurut saya, solusi praktisnya adalah memerhatikan mana kata-kata yang bisa menimbulkan kerancuan (mungkin dalam bahasa asing terdapat 2 kata yang mirip, yang satu dengan konsonan rangkap dan yang satu lagi tunggal). Contoh kekeliruan yang telah kita buat, selain phloroglucinol yang menjadi floroglusinol, adalah tidak membedakan Cina dengan China). Kata-kata lain berkonsonan rangkap, yang tidak berpotensi menimbulkan kerancuan (sebelum terbukti sebaliknya), tetap dijadikan konsonan tunggal, walaupun konsonan rangkap itu memiliki bunyi yang berbeda dengan konsonan tunggal.

Sewaktu saya masih berkuliah dulu, saya pernah membaca buku terjemahan yang berjudul "Farmasi Fisik" karya Alfred Martin dkk. dan menemukan sebuah ketidaksesuaian yang sangat mengganggu. Di dalam versi bahasa Inggris buku ini tertulis "power law equation" (persamaan hukum pangkat) yang secara keliru diterjemahkan menjadi "persamaan Hukum Power" (perhatikan bahwa si penerjemah mengira "power" adalah nama orang sehingga huruf pertamanya dikapitalkan). Tampak bahwa si penerjemah adalah orang yang kurang membaca dan sama sekali tidak memahami konsep dasar matematika dalam bahasa Inggris, dengan hasil akhir berupa penyebaran informasi yang salah di kalangan pembaca/pembelajar. Sungguh konyol.

Berpantang Fonem v?
Semula, premis di kalangan pakar bahasa Indonesia adalah bahwa fonem "v," termasuk yang diikuti vokal ("ve"), jika terletak pada akhir kata, diadaptasi menjadi "f": aktiv atau active menjadi aktif.

Tetapi, jika "v" terletak pada awal atau tengah kata, bentuknya dipertahankan: aktiviteit atau activity menjadi aktivitas, dan vitamin tetap vitamin.
Entah kenapa, kok ada orang yang menggunakan kata "aktifitas."

Saya jadi tertanya-tanya, "Kok nggak sekalian fitamin atau pitamin saja?" Untunglah bentuk yang dibakukan dalam KBBI adalah aktivitas.

Jonggol, 11 Agustus 2020

Johan Japardi

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun