Mohon tunggu...
JOE HOO GI
JOE HOO GI Mohon Tunggu... Penulis - We Do What We Want Because We Can

Author Blogger, Video Creator, Web Developer, Software Engineer, and Social Media Manager in Jogjakarta, Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Vaksinasi Opsi Terakhir Mengakhiri Masa Pandemi

14 Januari 2021   23:38 Diperbarui: 20 Januari 2021   05:10 670
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Vaksinasi Opsi Terakhir Mengakhiri Masa Pandemirmco.id

Sejarah manusia beberapa kali pernah dilanda wabah pandemi yang mematikan seperti penyakit pes, cacar air, polio, influenza, kolera dan lain sebagainya. Tapi setelah ditemukan vaksin penangkalnya sebagai satu-satunya upaya respon kekebalan tubuh terhadap virus maka masa wabah pandemi berangsur-angsur hilang dengan sendirinya. 

Dengan kata lain betapa untuk dapat mengakhiri masa wabah pandemi, termasuk wabah pandemi virus Corona/Covid-19/SARS-CoV-2 yang sudah satu tahun ini telah menghebohkan seantero jagad manusia hanya dapat diupayakan melalui vaksinasi sebagai satu-satunya jawaban untuk bisa terbebas dari masa wabah pandemi.

Ketika awal sekitar Maret 2020 dimulai masa wabah pandemi virus Corona/Covid-19/SARS-CoV-2 yang melanda ke seantero dunia betapa kita semua telah merasakan dampak penularan virus Corona/Covid-19/SARS-CoV-2 telah menjadi momok yang sangat menakutkan dari kehidupan manusia sehingga seluruh anak bangsa di dunia tanpa terkecuali selalu berharap agar dunia pakar akademisi kesehatan dapat segera menemukan vaksin penangkalnya sehingga program vaksinasi dapat mengakhiri masa wabah pandemi virus Corona/Covid-19/SARS-CoV-2.

Dengan berakhirnya masa pandemi akibat berjalannya optimisme efektivitas program vaksinasi, maka kehidupan manusia akan terbebas dari segala kendala yang merugikan aktivitas kehidupan manusia dari akibat dampak masa pandemi yang ditimbulkannya. Dengan demikian aktivitas dari kehidupan manusia akan berjalan normal kembali seperti sedia kala.

Anak-anak sekolah bisa menempuh pelajaran di dalam kelas sekolah kembali. Para mahasiswa bisa kembali menempuh pendidikan secara wajar di dalam di kampus. Dunia usaha dan industri tidak lagi mengalami probalitas krisis dan dapat segera berangsur bangkit melakukan aktivitas usahanya kembali. Tegasnya normalitas dari rutinitas aktivitas kehidupan di luar rumah berangsur pulih kembali secara optimal seperti sebelum dunia diterpa wabah pandemi. 

Tapi dengan perkembangan masa wabah pandemi yang serba tidak menentu dan tiada berujung kepastian kapan berakhirnya selama dalam satu tahun ini, tampaknya sudah mulai ada gelagat inkonsistensi abnormal secara terstruktur dan masif dari sebagian anak bangsa kita sendiri yang menolak program vaksinasi.

Padahal mereka yang menolak program vaksinasi paham kalau berakhirnya masa wabah pandemi setelah ditemukan formula vaksin penangkalnya. Selama belum ditemukan efektivitas akurat formula vaksin virus Corona/Covid-19/SARS-CoV-2, maka masa wabah pandemi akan terus berlanjut.

Padahal mereka yang menolak program vaksinasi paham kalau mereka pada masa kanak-kanaknya sudah pernah divaksinasi sehingga mereka terhindar dari berbagai penyakit seperti cacar air, polio, tetanus, difteria dan sebagainya yang tempo dulu pernah menjadi wabah pandemi. Mereka pun paham kalau anak-anak balita mereka pun sudah divaksinasi melalui program imunisasi. Lantas mengapa untuk persoalan pandemi virus Corona/Covid-19/SARS-CoV-2 mereka menolak divaksin? 

Dalih logika blunder yang kebelinger yang tidak dapat saya pahami betapa di satu sisi mereka berharap kapan ditemukan formula vaksin untuk merespon kekebalan tubuh kita dari virus Corona/Covid-19/SARS-CoV-2 sehingga masa wabah pandemi dapat segera berakhir. Tapi di sisi lain, ketika formula vaksin untuk merespon kekebalan tubuh kita dari virus Corona/Covid-19/SARS-CoV-2 sudah dioptimalisasi lewat program vaksinasi, mereka pun dengan serta-merta menolak untuk divaksinasi dengan disertai argumen blunder betapa pemaksaan vaksinasi adalah pelanggaran hak asasi manusia.

Kalau mereka beranggapan pemaksaan vaksinasi adalah pelanggaran HAM lantas mengapa mereka terus berharap agar masa wabah pandemi virus Corona/Covid-19/SARS-CoV-2 dapat segera berakhir? Upaya efektifitas apakah dan bagaimanakah yang bisa ditempuh oleh ilmuwan dari dunia pakar kesehatan selain dari program vaksinasi untuk mengakhiri masa wabah pandemi?

Kalau alasan krusial mereka yang menolak vaksinasi virus Corona/Covid-19/SARS-CoV-2 karena efek samping yang ditimbulkan setelah beberapa jam divaksinasi. Bukankah sejak awal mereka sudah memahami kandungan dan cara kerja dari sebuah vaksin? Kandungan vaksin berisi zat berupa virus atau bakteri yang sudah dilemahkan atau dimatikan sehingga ketika kandungannya dimasukkan melalui jarum suntik ke darah manusia, maka secara alamiah akan memproduksi antibodi untuk merangsang imunitas tubuh manusia.

Oleh karena kandungan vaksin itu berisi zat berupa virus atau bakteri yang sudah dilemahkan atau dimatikan, maka sudah dipastikan memberikan dampak alamiah dari efek samping yang hanya dirasakan sesaat setelah mengalami proses imunisasi akibat dari cara kerja vaksin itu sendiri. Efek samping yang hanya dirasakan sesaat seperti demam dan nyeri sebagaimana yang selalu dialami atau dirasakan ketika anak-anak balita kita sedang diimunisasi.

Alasan krusial keraguan apa lagi yang menjadi dasar mereka menolak divaksinasi? Bukankah mereka yang lahir sebelum 1980-an sudah pernah beberapa kali mengalami vaksinasi di sekolah? Masih membekas dalam ingatan saya ketika nama-nama siswa sesuai daftar hadir dipanggil satu persatu untuk disuntik vaksin di depan kelas. Setelah divaksinasi, malamnya saya merasakan efek samping sesaat seperti demam dan nyeri yang saya terima akibat vaksinasi. Tapi keesokan paginya efek samping sesaat itu hilang dengan sendirinya.  

Mereka pun seharusnya sudah memahami betapa anak-anak balita mereka sesuai jadwal usianya selalu diupayakan untuk mendapatkan imunisasi di puskesmas atau di rumah sakit. Mereka pun sangat paham efek samping sesaat yang ditimbulkannya setelah anak-anak balita mereka diimunisasi seperti anak menjadi rewel dan demam. Tapi keesokan paginya efek samping yang sesaat itu pada akhirnya hilang dengan sendirinya. 

Tidak berhenti kepada persoalan efek samping sesaat yang ditimbulkan oleh vaksinasi, mereka pun menuntut agar vaksinasi virus Corona/Covid-19/SARS-CoV-2 dapat digratiskan oleh Pemerintah kepada rakyatnya. Faktanya untuk mendapatkan vaksinasi virus Corona/Covid-19/SARS-CoV-2 rakyat tidak perlu membayar lagi alias Pemerintah telah menggartiskan vaksinasi kepada rakyatnya. 

Setelah tuntutan gratis terpenuhi ternyata mereka terus mencari-cari alasan lagi menuntut agar program vaksinasi virus Corona/Covid-19/SARS-CoV-2 harus wajib mendapat sertifikasi halal dari Majelis Ulama Indonesia (MUI). Faktanya Alhamdulillahi Robbil'Alamin MUI sudah memberi sertifikasi halal untuk program vasinasi virus Corona/Covid-19/SARS-CoV-2. 

Lagi-lagi tidak berhenti sampai di sini saja, tampaknya mereka terus saja menuntut agar program vaksinasi virus Corona/Covid-19/SARS-CoV-2 mendapat ijin dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). Faktanya BPOM sudah terbitkan ijin resmi untuk program vaksinasi virus Corona/Covid-19/SARS-CoV-2. 

Apakah cukup berhenti sampai di sini? Ternyata mereka menuntut lagi sebelum rakyat mendapat jatah vaksinasi, maka Presiden Jokowi harus terlebih dahulu divaksinasi secara live di depan publik. Faktanya tuntutan telah dipenuhi terbukti vaksinasi kepada Presiden Jokowi disiarkan secara live ke publik.

Update yang terjadi sampai hari ini tampaknya mereka yang awalnya menolak divaksinasi tapi kini berubah statementnya menjadi bersedia divaksin asalkan vaksinnya bukan merk Sinovac Biotech buatan China. Apa yang salah pada Sinovac Biotech sehingga mereka menolak divaksin? Padahal tidak hanya di Indonesia saja yang mengimport vaksin Sinovac Biotech, beberapa negara juga sudah mengimport vaksin Sinovac Biotech seperti Turki, Brasil, Filipina, Ukraina, Chili, Singapura dan Malaysia.

Kalau tuntutan manja mereka satu persatu sudah terpenuhi semua lantas mau mencari-cari alasan tuntutan apa lagi? Tegasnya, dari sekian banyak tuntutan mereka ini sejujurnya telah membuat kekawatiran saya, adakah kemungkinan modus agenda politik tersembunyi dari keinginan niat mereka yang menolak divaksin telah dijadikan alat pemantik kegaduhan?

Akhiurulkalam, sebagai manusia yang beragama tentunya kita percaya betapa Tuhan yang Maha Esa sudah mendengar dan sekaligus menjawab doa-doa permohonan dari sekian juta manusia yang terkena imbas wabah pandemi virus Corona/Covid-19/SARS-CoV-2 melalui program vaksininasi virus Corona/Covid-19/SARS-CoV-2 sehingga masa wabah pandemi diharapkan dapat segera berakhir, meskipun masih ada saja sebagian dari anak bangsa sendiri menolak jawaban Tuhan yang Maha Esa melalui penolakan vaksinasi yang itu artinya sama saja agar masa wabah pandemi tidak akan pernah berakhir. 

Wallahu a'lam bish-shawabi. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun