Mohon tunggu...
JOE HOO GI
JOE HOO GI Mohon Tunggu... Penulis - We Do What We Want Because We Can

Author Blogger, Video Creator, Web Developer, Software Engineer, and Social Media Manager in Jogjakarta, Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Politik Militer Di Indonesia: Membedah Butiran Telur Busuk Dalam Keranjang

11 Desember 2016   20:32 Diperbarui: 10 Februari 2021   12:24 203
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Membedah butiran telur dalam keranjang pasti ada satu, dua, tiga telur yang busuk dan retak. Dalam setiap sejarah revolusi, perlawanan kaum sipil di Indonesia meskipun dibungkus rapi dalam bingkai Demokrasi selalu saja ada konspirasi skenario peranan sistematis massif elite (purnawirawan) militer yang serta merta terkupas tuntas terlibat di dalamnya.

Petaka amuk berdarah anak bangsa 1965 hingga diterbitkan Surat Sebelas Maret sebagai alat legitimasi prahara yang menelan 89 juta lebih nyawa anak bangsa sampai jatuhnya Sukarno dari kursi Presiden, konon menurut tinta sejarah Indonesia telah diakibatkan oleh konspirasi skenario peranan sistematis massif elite (purnawirawan) militer yang serta merta terkupas tuntas terlibat di dalamnya. 

Petaka huru-hara berdarah 15 Januari 1974 hingga diberhentikannya Jenderal Sumitro sebagai Panglima Komando Pemulihan Keamanan dan Ketertiban sampai dicopotnya Letjend Soetopo Juwono sebagai Kepala Badan Koordinasi Intelijen Negara, konon menurut tinta sejarah Indonesia telah diakibatkan oleh konspirasi skenario peranan sistematis massif elite (purnawirawan) militer yang serta merta terkupas tuntas terlibat di dalamnya.

Petaka muntahnya peluru misterius berdarah 1982 yang mengekekusi mati para bromocorah bertato tanpa melibatkan proses peradilan, konon menurut tinta sejarah Indonesia telah diakibatkan oleh konspirasi skenario peranan sistematis massif elite (purnawirawan) militer yang serta merta terkupas tuntas terlibat di dalamnya.

Petaka aksi Tanjung Priok berdarah 1984 hingga pengeboman candi Borobudur dan BCA 1985 sampai diadilinya Letjend Harsono Rekso Dharsono yang kesemuanya rentetan aksi peristiwa penolakan Asas Tunggal Pancasila, konon menurut tinta sejarah Indonesia telah diakibatkan oleh konspirasi skenario peranan sistematis massif elite (purnawirawan) militer yang serta merta terkupas tuntas terlibat di dalamnya. 

Petaka pembunuhan aktivis seorang buruh bernama Marsinah, seorang wartawan bernama Udin, seorang penggiat HAM bernama Munir, konon menurut tinta sejarah Indonesia telah diakibatkan oleh konspirasi skenario peranan sistematis massif elite (purnawirawan) militer yang serta merta terkupas tuntas terlibat di dalamnya. 

Petaka huru-hara berdarah 27 Juli 1996, tragedi penculikan para aktivis 1997 hingga huru-hara berdarah 1998 sampai mundurnya Suharto dari kursi presiden, konon menurut tinta sejarah Indonesia telah diakibatkan oleh konspirasi skenario peranan sistematis massif elite (purnawirawan) militer yang serta merta terkupas tuntas terlibat di dalamnya.

Petaka tidak dipatuhinya Dekrit Presiden hingga terusirnya Gus Dur dari Istana Negara, konon menurut tinta sejarah Indonesia telah diakibatkan oleh konspirasi skenario peranan sistematis massif elite (purnawirawan) militer yang serta merta terkupas tuntas terlibat di dalamnya. 

Lantas dalam aksi 4 November 2016 (dan mungkin) sampai aksi 2 Desember 2016, apakah murni aksi bela Islam oleh kaum sipil ulama? Ataukah diam-diam ada konspirasi skenario peranan sistematis massif elite (purnawirawan) militer yang serta merta terkupas tuntas terlibat di dalamnya?

Wallahua'lam bish-shawabi. Saya akan menunggu sejarah untuk menoreh catatannya kembali. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun