Tak terasa sudah empat puluh tujuh tahun usia pusara kepulanganmu kepadaNya tapi cita-citamu sampai kini masih menjadi wacana tak berbalas, mimpi buruk tak berbatas dan harapan kosong tak berbelas.
Dominasi mayoritas di tengah kemajemukan bangsamu masih menjadi tirani primordial betapa hidup dalam multi minoritas adalah kenyataan untuk mudah ditindas adalah ketakutan dan kecemasan Indonesia tempo doeloe dan masa kini.
Andai takdir masih berpihak ke nafasmu masihkah kau lantangkan meriam tinta penamu di tengah kokohnya beton tirani rasial sementara peradaban diskriminasi sudah berurat berakar berabad-abad membentuk pola hidup kebencian dalam stereotip kebangsaan?
Betapa kemuliaan idealisme perjuanganmu selalu berakhir di ujung gelisah tanpa jawab tapi sosok kesendirianmu bukan pertama sebagaimana Martin Luther King JR juga tidak kuasa mewujudkan cita-citanya mengolah harapan Amerika multi etnik menjadi kenyataan?