Mohon tunggu...
Mbah OONE
Mbah OONE Mohon Tunggu... Administrasi - Swasta

Wong Biasa

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

UN: "Hancurkan Etika dan Moral Pendidikan Kita"

29 November 2016   07:41 Diperbarui: 11 Desember 2016   20:46 166
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Kita semua pasti masih ingat, pertama kali UN di mulai secara terpusat sejak tahun 2005, awal-awalnya banyak siswa dan orang tua menangis karena mereka tidak bisa lulus dan harus mengulang dan bahkan ada siswa yang bunuh diri dengan mengantung karena merasa malu pada keluarga, teman-teman sekolah dan masyarakat. Awal-awal UN dilaksanakan tidak ada kebocoran sama sekali disana sini dan menyebabkan banyak sekolah yang siswanya tidak lulus, sampai-sampai sekolah terpavoritpun ada siswanya yang tak lulus bahkan siswa juara olimpiade tingkat internasional juga ada yang tidak bisa lulus UN.

Maka paniklah siswa, orang tua, guru, kepala sekolah, kepala dinas, walikota, bupati sampai gubernur dan pada akhirnya semua menjadi serius untuk membenahi cara pembelajarannya dengan mengadakan MGMP dan Diklat Guru khusus mapel UN dan juga banyak orang tua menambahi jam belajar anaknya dengan les ke lembaga seperti Primadana dan Proton atau Kumon atau apalah yang menjamur disekitar tahun 2006. Dan mulailah bisnis lembaga les mapel UN mulai berkembang pesat dan sampai-sampai ada lembaga les yang berani sesumbar kalau siswanya pasti lulus UN, kalau tidak lulus semua uang akan dikembalikan 100%.

Lha gimana tidak berani menanggung pasti lulus dan kalau tak lulus uang dikembalikan 100%, semua itu bukan rahasia lagi karena dinas pendidikan juga sudah tahu kalau beberapa oknum penulis naskah UN akan di dekati lembaga les tersebut. Carannya bukan membocorkan soal tetapi hanya memberi informasi materi dan model soal dan bagaimana cara penyelesaiannya, ya pastinya siswa-siswa hasil les dari lembaga les itu lebih berhasil. Kalau siswa yang tidak les pasti akan belajar semua materi sedangkan anak-anak yang les akan mendapatkan materi yang terfokus pada soal yang akan keluar saja dan mereka sudah sangat paham bagaimana cara yang cepat menjawab pertanyaannya.

Maka beramai-ramailah masyarakat yang mampu untuk memberi tambahan pelajaran UN untuk anaknya walau membayar sampai 8 juta hanya beberapa bulan saja dan ternyata memang hasilnya luar biasa, semua siswa yang mendapatkan tambahan jam belajar di lembaga les pasti lulus, walau awalnya siswa itu dianggap tidak terlalu pintar dikelas dan ketika mengikuti UN nilainya akan mengalahkan siswa-siswa yang berprestasi di sekolah, aneh bukan ?!

Dan parahnya lagi anak-anak dari lembaga les tersebut ketika mengikuti tes kalau soalnya terpusat dari MGMP atau dinas pasti nilainya lebih baik walau sebenarnya anak tersebut bukan di rangking atas kelas itu. Tapi kenapa kalau ulangan tengah semester atau ulangan harian yang soalnya dibuat oleh guru sendiri anak tersebut nilainya tetap kalah dengan anak yang memang rangking atas di kelas tersebut ?! aneh bin ajaib !

Ketika beberapa kali UN banyak siswa gagal maka para siswa, orang tua, guru, kepala sekolah, dinas, bupati, walikota dan gubernur mulai melupakan yang namanya "Etika dan Moral" demi mendapatkan kelulusan anaknya bisa 100% bahkan lebih. Dan mulailah siswa, orang tua, guru, kepala sekolah, kepala dinas, bupati, walikota dan gubernur melakukan kegiatan masif yang bertujuan bagaimana cara biar siswa diwilayahnya bisa lulus 100% karena aturan dari pusat kalau sampai kelulusan suatu daerah rendah maka untuk tahun depan alokasi dana pendidikan untuk wilayah tersebut akan dikurangi.

Siswa mulai mencari bocoran untuk menghadapi UN, sampai rela mengeluarkan uang 1 juta untuk satu mapel saja dan rela menunggu sampai jam 1 malam untuk bertemu dengan sang penjual soal tersebut dan kalau belum bertemu malam hari, siswa akan menunggu sampai pagi dan kebanyakan siswa akan sedikit terlambat dalam mengikuti UN. Ketika model soal ada 20 soal setiap kelasnya, hebatnya bocoran soal juga berjumlah 20 kunci soal dan setiap model kunci soal akan disertakan bunyi kalimat pada soal nomor 1, aneh bukan ?!, Sampai sebegitunya UN merusak Etika dan Moral pada anak-anak bangsa ini.

Oknum guru yang tidak bertanggung jawab akan berusaha mendapatkan sisa soal untuk dikerjakan secara cepat dan pastinya atas restu kepala sekolah dan nantinya akan diberikan para siswanya dan yang lebih parah lagi ada lho sekolah yang siswanya disuruh datang pagi sekali dan mereka akan diberi kunci jawaban oleh pihak sekolah, he........he..........merusak bukan ?! ya pasti merusak mental pendidik bangsa ini, sampai ada kepala sekolah yang tertangkap juga. Kira-kira UN menghancurkan mental bangsa ini atau tidak ya ?! Kita semua bisa berpikir cerdas pastinya.

1. Secara konsep pendidikan yang benar UN melanggar aturan pendidikan !!! kok bisa ?

Siswa dikatakan lulus, siswa harus lulus UN dulu !, padahal UN hanya 6 mapel untuk SMA sedangkan pelajaran kelas XII ada 12 atau 13 mapel biasanya dan belum lagi ada nilai afektif psikomotorik dan karakter yang lain, yang lebih penting dari sekedar kognitif.

2. Yang paling tahu kualitas siswa ya guru mapelnya dan siswa tidak bisa hanya di lihat sebatas kepandaian kognitifnya saja tetapi sikap tentang etika dan moral juga tidak bisa lepas dari penilaian guru.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun