Mohon tunggu...
joana vevila
joana vevila Mohon Tunggu... Penulis - --

Salam kenal semua

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Justice For Audrey vs Audrey Juga Bersalah di Mata Kemanusiaan

16 Mei 2019   16:22 Diperbarui: 16 Mei 2019   16:56 1055
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Sumber gambar : Tribunnews.com)

                                                                                                                       

I.Pengantar

Dalam kesempatan untuk menulis karya ini, saya akan memberikan tanggapan, opini, serta refleksi saya berkaitan dengan tema "#JusticeForAudrey vs #AudreyJugaBersalah di Mata Kemanusiaan". Seperti yang kita ketahui bersama, pada awal Bulan April 2019 Indonesia digegerkan dengan tagar Justice for Audrey yang heboh di Twitter.

Dikabarkan dugaan penganiayaan terhadap seorang siswi SMP di Pontianak bernama Audrey. Hingga pada akhirnya, kasus ini diangkat ke publik dan mendapat banyak perhatian dari berbagai pihak. Seperti kalangan selebriti, politisi, hingga selebgram dan youtuber juga ikut menyemarakan hastag ini. 

Namun tak lama setelah tagar itu muncul, tagar baru juga ikut muncul yakni Audrey Juga Bersalah, yang membuat publik yang awalnya menaruh simpati pada Audrey mulai mempertanyakan kebenaran dari kasus ini. Tagar ini muncul setelah pengakuan dari para terduga pelaku dan beberapa kejanggalan yang ada dari kasus tersebut.

Tujuan saya menulis ini bukanlah untuk membedah kasus ini lebih mendalam, melainkan hal yang ini saya tegaskan ada pada bidang kemanusiaan. Dimana dari kasus ini saya melihat betapa rendahnya pandangan masyarakat mengenai kemanusiaan. Saya ingin membahas kasus ini dari sudut pandang kemanusiaan saya pribadi dan tidak bermaksud untuk menjatuhkan salah satu pihak. 

Alasan saya memilih kasus ini menjadi tema saya adalah kasus ini berhasil menarik simpati saya dan menurut saya sangat berkaitan dengan lingkungan sekitar saya. Salah satunya adalah Bullying. Dimana kasus bullying yang marak terjadi di Indonesia sudah menjadi tantangan bagi pemerintah untuk diberantas. Hal yang lebih memprihatinkannya lagi melihat dari kasus ini, bullying  yang ada tidak hanya dilakukan secara langsung. Namun juga melalui internet, yang tentu saja akan berdampak sangat besar bagi mental para korban.  

Hal yang ingin saya bahas lewat tulisan ini adalah tanggapan pribadi saya mengenai kasus ini. Dimana saya ingin mencurahkan keprihatinan saya mengenai kemanusiaan di Indonesia dan kenakalan remaja yang tidak dapat terkontrol, serta dari tanggapan tersebut saya mencoba untuk merefleksikannya dan mengaitkan hasil refleksi tersebut dengan 4C, serta memaknai hal tersebut untuk kebaikan diriku ke depannya. 

Saya berharap lewat tulisan ini, para pembaca bisa semakin sadar bahwa kemanusiaan di Indonesia harus lebih ditegakkan. Selain itu, lewat tulisan ini saya juga ingin menyampaikan bahwa untuk bisa menjadi warga negara yang baik, kita harus mampu berfikir luas, kritis, dan dewasa. Serta melihat segala masalah dari berbagai sudut pandang.

Pertanyaan terbesarku dari kasus ini adalah Siapa yang lebih pantas disalahkan dari kasus ini? Karena kasus ini tampak seperti dibagi menjadi 2 kubu. Kubu #JusticeForAudrey dan kubu #AudreyJugaBersalah. Sebenarnya siapa yang lebih pantas mendapat pembelaan terutama di sudut pandang kemanusiaan.

II. Isi

Pada bagian ini saya akan memberikan pendapat saya mengenai kasus ini dari sudut pandang kemanusiaan. Namun sebelum itu, saya akan menceritakan bagaimana saya bisa mengetahui kasus ini. Pada awal bulan April 2019, banyak artis, selebgram, bahkan teman teman saya yang memposting tagar "Justice For Audrey" di snapgram mereka. Hal itu membuat saya penasaran dan mulai mencari tau tentang kasus ini. 

Semakin saya mencari tau, semakin banyak hal yang saya ketahui mengenai kasus ini. Bahkan dalam sebuah akun instagram, saya menemukan sebuah video dimana terduga pelaku menyeret tong berisi orang yang diduga adalah Audrey di pinggiran jalan raya. Ketika melihat video itu, saya merasa sangat terkejut. 

Bagaimana mungkin, ada manusia yang bisa bertindak sekeji itu terhadap manusia lainnya. Berfikir apakah orang-orang tersebut mengerti kemanusiaan? 1 minggu setelah itu aku melihat bahwa ada 12 orang yang terduga sebagai pelaku dari kasus itu. Otakku kembali terbayang dengan video itu dan melihat ke 12 manusia itu sebagai manusia yang hina. 

Apalagi, ada video yang menunjukan 3 dari 12 terduga pelaku melakukan boomerang dengan polisi saat mereka berada di kantor polisi. Hal itu membuat kehilangan respect dengan mereka.Hal yang kala itu membuat geram dan cukup menghebohkan adalah kabar bahwa para pelaku sempat "memperkosa" Audrey dengan memasukkan benda tajam ke kemaluan Audrey. Meskipun tak lama setelah pemeriksaan dilakukan, tidak ada hasil yang menunjukkan bahwa adanya luka di area tersebut.  

Saat itu aku berfikir sempit dan hanya melihat dari sudut pandang Audrey dan melihat kasus itu secara sepihak. Namun, seorang youtuber bernama Karin Novilda atau lebih dikenal dengan nama Awkarin mengupload sebuah video berjudul " #JusticeForAudrey vs #AudreyJugaBersalah" pada tanggal 15 April 2019. 

Video berdurasi 48 menit 51 detik itu seakan menyadarkanku 1 hal bahwa segala harus dilihat dari 2 sisi yang berbeda. Lewat video itu aku melihat masalah itu dari sudut pandang terduga pelaku. Dimana Awkarin mengundang 3 dari 12 terduga pelaku yang kala itu statusnya sudah berubah menjadi saksi yakni Bunga, Dinda, dan Sari. 

Selesai melihat video itu, hal yang membuatku merasa sangat bersalah adalah aku juga termasuk dalam barisan mereka yang tidak mengerti kemanusiaan. Secara kasar, dalam pikiranku pribadi aku menuduh mereka sebagai orang yang tidak paham kemanusiaan dengan memperlakukan seseorang dengan seenaknya. Secara tidak langsung, aku menuduh tanpa tau apakah video itu adalah video nyata atau tidak. Hal yang membuatku semakin sedih dan merasa terenyuh bahkan tak pernah kupikirkan sebelumnya adalah ketika 3 anak tersebut menceritakan kehidupan mereka setelah kasus itu muncul. 

Mereka yang sebenarnya tidak ikut campur dalam masalah itu mau tidak mau harus menerima beban yang berat. Ketiganya takut untuk keluar rumah karena cibiran dari orang sekitar dan menganggap mereka sebagai seorang "Pembunuh". Sejak kasus itu diangkat ke publik, ketiganya pun sudah me-non aktifkan media sosial mereka karena para netizen selalu meneror mereka dengan kata kata yang kasar yang sebenarnya tak pantas diberikan kepada siapapun. 

Bahkan beberapa dari netizen menganggap bahwa yang mereka lakukan hanya untuk mendapatkan sensasi. Selain itu, keluarga dari 3 saksi tersebut juga mendapatkan pengaruh yang buruk karena mereka juga harus menerima cibiran. 3 saksi itu juga mengaku bahwa mereka sempat mengalami depresi dan harus dibawa ke psikolog karena pihak keluarga takut hal yang semakin buruk akan terjadi.

Lewat kasus ini, aku melihat 2 hal. Pertama, rendahnya kemanusiaan secara nyata. Kedua, rendahnya kemanusiaan dalam bermedia sosial. 

Bagiku, kedua pihak bersalah. Keduanya punya kesalahan masing-masing yang tak bisa dibenarkan. Meski begitu kedua pihak juga mendapatkan akibatnya masing-masing. Diluar itu semua, terlihat bahwa kemanusiaan di Indonesia sangatlah rendah. Polisi telah membenarkan bahwa dari pihak Audrey ataupun pihak pelaku berinisial FA, TP, dan NN terjadi kontak fisik yang menyebabkan luka. 

Menurutku pertikaian seperti itu yang bahkan mengakibatkan salah satu pihak dirawat di rumah sakit adalah bukti rendahnya kemanusiaan di Indonesia. Di dunia ini, tidak ada satu orang pun yang berhak mendapatkan kekerasan yang di luar batas. Segala masalah bisa diselesaikan tanpa harus melalui kekerasan. Hidup manusia adalah anugrah. Sehingga, siapapun yang menodainya sama saja hidupnya sudah tidak bernilai lagi. Hal kedua yang aku lihat adalah rendahnya kemanusiaan dalam bermedia sosial. 

Seperti yang kita ketaui di jaman sekarang media sosial adalah platform yang bisa digunakan secara bebas dan bahkan terkadang ada beberapa oknum yang tidak bertanggung jawab dengan tindakannya dalam bermedia sosial. Sama seperti yang dialami oleh 3 saksi dari kasus ini yakni Bunga, Sari, dan Dinda dimana mereka diperlakukan tidak sepantasnya baik di kehidupan nyata bahkan di media sosial. 

Audrey mendapatkan luka yang akan secara jelas terlihat. Namun sadarkah kita? Bahwa para 12 anak terduga pelaku yang sama sama berusia dibawah umur juga mendapatkan luka bedanya tidak terlihat karena luka itu ada di dalam. Luka mental. Yang menurutku sendiri akibatnya akan lebih membahayakan. 

Bagi yang mendapat luka fisik, luka itu akan sembuh dengan berjalannnya waktu. Sedangkan, mereka yang mendapatkan luka mental apa yang bisa dilakukan? Jiwanya sudah terganggu. Tanpa sadar, kita juga terkadang menjadi bagian dari pelakunya. Dengan mencibir, menyebarkan kebencian terhadap mereka tanpa mencoba mengerti posisi mereka. Hal yang menyedihkan namun nyatanya terjadi juga.

Berbicara tentang kemanusiaan, tidak ada hal yang bisa membuktikan bahwa kemanusiaan sudah tampak. Kebanyakan orang bahkan tidak paham dengan arti kemanusiaan dan menganggap remeh hal itu. Pada kenyataan, ada beberapa pihak di luar sana yang terus memperjuangkan kemanusiaan dalam hidupnya. Bagiku, untuk mau dianggap sebagai manusia kita juga harus mau melihat orang lain sebagai manusia, dan menegakkan kemanusiaan adalah salah satu bukti nyata untuk menjadi manusia yang utuh

sumber video : youtube Karin Novilda

III. Refleksi

Dari hasil tulisan yang telah aku buat, aku mencoba untuk merefleksikan dan mengaitkannya dengan 4C yakni compassion, conscience, competence, dan commitment.

Compassion

Dari kasus ini, aku bisa melihat banyak dukungan dari berbagai pihak kepada pihak Audrey ataupun dari pihak pelaku. Dukungan tersebut tentu saja akan sangat membantu dan menguatkan kedua pihak tersebut. Bentuk dukungan itu juga menjadi nyata dalam bentuk kemanusiaan. Bahkan ada organisasi yang mengadakan penggalangan dana untuk membantu pengobatan Audrey. 

Hal itu dapat menjadi teladan kebersamaan dan kemanusiaan. Sehingga siswa Kolese Loyola, banyak sekali ketidak adilan yang sering terjadi. Sehingga, untuk mewujudkan kemanusiaan di lingkungan sekolah kita bisa membantu dengan memberikan dukungan bagi mereka yang mendapatkan ketidak adilan dan mengupayakan keadilan bagi semua pihak yang ada

Conscience

Bertindak sesuai dengan hati nurani adalah hal yang sangat penting. Dari kasus itu, kita bisa memilih antara betindak pasif dengan tidak peduli atau bertindak aktif secara positif dengan membantu menegakkan kemanusiaan lewat kasus ini, menyadarkan banyak pihak untuk mau membantu dalam menumpas ketidakadilan dan membantu setiap pihak untuk merasakan kemanusiaan. Sebagai siswa Kolese Loyola, kita sering kali tidak mau bertindak sesuai dengan kata hati kita dan bertindak pasif terhadap peristiwa kemanusiaan yang ada.

Competence

Dari kasus ini, aku belajar untuk menjadi pribadi yang berkompeten dengan berpola pikir terbuka, dan tidak melihat masalah hanya dari 1 sudut pandang. Karena dengan pola pikir yang terbuka dan kritis, kita bisa melihat segala masalah dari berbagai sudut pandang dan mampu untuk memaknainya dengan baik. 

Sebagai siswa Kolese Loyola, kita masih kurang berpikir terbuka terhadap masalah yang kita hadapi. Sehingga kita cenderung untuk memfokuskan masalah hanya pada 1 hal. Tanpa kita sadari, masalah itu bisa kita lihat dari sudut pandang yang lain dan dengan mudah menyelesaikannya.

Commitment

Kasus ini berakhir dengan perminta maafan dari pihak tersangka kepada keluarga Audrey dan berkomitmen agar kejadian seperti ini tidak terulang lagi. Setelah mendapatkan banyak nilai yang dapat kita teladani hal yang harus kita lakukan adalah berkomitmen. Berjanji bahwa semua nilai yang telah didapatkan mampu dapat dijaga dan tidak menjadi sekedar "omong kosong". Sebagai siswa Kolese Loyola, berkomitmen adalah salah satu untuk memperbaiki diri. Berkomitmen untuk menjaga kemanusiaan tetap ada adalah bukti dari menjadi manusia yang sejati.

Setelah refleksi yang berkaitan dengan 4C, pemaknaan diriku ada pada poin dimana menegakkan kemanusiaan adalah tanggung jawab kita sebagai manusia. Rendahnya kemanusiaan yang ada di Indonesia adalah suatu bukti kegagalan kita sebagai manusia. Seperti yang dijelaskan Yesus pada Yohanes 15:9-17, perintah untuk saling mengasihi. Pada ayat ke 17 dimana tertulis " Inilah perintah-Ku kepadamu : Kasihilah seseorang akan yang lain". Tuhan Yesus meminta kita untuk mengasihi orang lain salah satunya dengan meneggakkan kemanusiaan yang ada di sekitar kita.

IV. Kesimpulan

Kesimpulan yang aku dapat kasus Audrey ini adalah masyarakat Indonesia masih belum sepenuhnya paham dengan pentingnya kemanusiaan yang ada di Indonesia. Sehingga seringkali meremehkan dan bertindak sesuai keinginan mereka. Dari kasus ini pula aku melihat 2 hal yakni, rendahnya kemanusiaan secara nyata dengan memperlakukan orang lain dengan kekerasa dan rendahnya kemanusiaan dalam bermedia sosial dengan mencibir, menyebar kebencian, menyebarkan berita hoax untuk memprovokasi banyak pihak. Dari tindakan-tindakan tersebut tentu saja akan mengakibatkan luka bagi korban. Tidak hanya luka secara fisik namun juga luka secara mental.

Penutup, semoga dengan adanya tulisan ini dapat membantu kita untuk semakin memahami pentingnya kemanusiaan dalam hidup kita.Seperti yang kita ketahui bahwa kemanusiaan di Indonesia sangatlah minim dan perlu disebar luaskan. Terutama lewat refleksi yang sudah didapatkan mampu membantu kita menjadi pribadi yang lebih baik. Yang terpenting adalah "Untuk mau diperlakukan seperti manusia, kita juga harus memperlakukan orang lain seperti manusia. Menegakkan kemanusiaan adalah bagian dari menjadi manusia yang seutuhnya."

Sekian terimakasih,

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun