Mohon tunggu...
joana vevila
joana vevila Mohon Tunggu... Penulis - --

Salam kenal semua

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Justice For Audrey vs Audrey Juga Bersalah di Mata Kemanusiaan

16 Mei 2019   16:22 Diperbarui: 16 Mei 2019   16:56 1055
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Sumber gambar : Tribunnews.com)

Pada bagian ini saya akan memberikan pendapat saya mengenai kasus ini dari sudut pandang kemanusiaan. Namun sebelum itu, saya akan menceritakan bagaimana saya bisa mengetahui kasus ini. Pada awal bulan April 2019, banyak artis, selebgram, bahkan teman teman saya yang memposting tagar "Justice For Audrey" di snapgram mereka. Hal itu membuat saya penasaran dan mulai mencari tau tentang kasus ini. 

Semakin saya mencari tau, semakin banyak hal yang saya ketahui mengenai kasus ini. Bahkan dalam sebuah akun instagram, saya menemukan sebuah video dimana terduga pelaku menyeret tong berisi orang yang diduga adalah Audrey di pinggiran jalan raya. Ketika melihat video itu, saya merasa sangat terkejut. 

Bagaimana mungkin, ada manusia yang bisa bertindak sekeji itu terhadap manusia lainnya. Berfikir apakah orang-orang tersebut mengerti kemanusiaan? 1 minggu setelah itu aku melihat bahwa ada 12 orang yang terduga sebagai pelaku dari kasus itu. Otakku kembali terbayang dengan video itu dan melihat ke 12 manusia itu sebagai manusia yang hina. 

Apalagi, ada video yang menunjukan 3 dari 12 terduga pelaku melakukan boomerang dengan polisi saat mereka berada di kantor polisi. Hal itu membuat kehilangan respect dengan mereka.Hal yang kala itu membuat geram dan cukup menghebohkan adalah kabar bahwa para pelaku sempat "memperkosa" Audrey dengan memasukkan benda tajam ke kemaluan Audrey. Meskipun tak lama setelah pemeriksaan dilakukan, tidak ada hasil yang menunjukkan bahwa adanya luka di area tersebut.  

Saat itu aku berfikir sempit dan hanya melihat dari sudut pandang Audrey dan melihat kasus itu secara sepihak. Namun, seorang youtuber bernama Karin Novilda atau lebih dikenal dengan nama Awkarin mengupload sebuah video berjudul " #JusticeForAudrey vs #AudreyJugaBersalah" pada tanggal 15 April 2019. 

Video berdurasi 48 menit 51 detik itu seakan menyadarkanku 1 hal bahwa segala harus dilihat dari 2 sisi yang berbeda. Lewat video itu aku melihat masalah itu dari sudut pandang terduga pelaku. Dimana Awkarin mengundang 3 dari 12 terduga pelaku yang kala itu statusnya sudah berubah menjadi saksi yakni Bunga, Dinda, dan Sari. 

Selesai melihat video itu, hal yang membuatku merasa sangat bersalah adalah aku juga termasuk dalam barisan mereka yang tidak mengerti kemanusiaan. Secara kasar, dalam pikiranku pribadi aku menuduh mereka sebagai orang yang tidak paham kemanusiaan dengan memperlakukan seseorang dengan seenaknya. Secara tidak langsung, aku menuduh tanpa tau apakah video itu adalah video nyata atau tidak. Hal yang membuatku semakin sedih dan merasa terenyuh bahkan tak pernah kupikirkan sebelumnya adalah ketika 3 anak tersebut menceritakan kehidupan mereka setelah kasus itu muncul. 

Mereka yang sebenarnya tidak ikut campur dalam masalah itu mau tidak mau harus menerima beban yang berat. Ketiganya takut untuk keluar rumah karena cibiran dari orang sekitar dan menganggap mereka sebagai seorang "Pembunuh". Sejak kasus itu diangkat ke publik, ketiganya pun sudah me-non aktifkan media sosial mereka karena para netizen selalu meneror mereka dengan kata kata yang kasar yang sebenarnya tak pantas diberikan kepada siapapun. 

Bahkan beberapa dari netizen menganggap bahwa yang mereka lakukan hanya untuk mendapatkan sensasi. Selain itu, keluarga dari 3 saksi tersebut juga mendapatkan pengaruh yang buruk karena mereka juga harus menerima cibiran. 3 saksi itu juga mengaku bahwa mereka sempat mengalami depresi dan harus dibawa ke psikolog karena pihak keluarga takut hal yang semakin buruk akan terjadi.

Lewat kasus ini, aku melihat 2 hal. Pertama, rendahnya kemanusiaan secara nyata. Kedua, rendahnya kemanusiaan dalam bermedia sosial. 

Bagiku, kedua pihak bersalah. Keduanya punya kesalahan masing-masing yang tak bisa dibenarkan. Meski begitu kedua pihak juga mendapatkan akibatnya masing-masing. Diluar itu semua, terlihat bahwa kemanusiaan di Indonesia sangatlah rendah. Polisi telah membenarkan bahwa dari pihak Audrey ataupun pihak pelaku berinisial FA, TP, dan NN terjadi kontak fisik yang menyebabkan luka. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun