Mohon tunggu...
Jonathan Ajani
Jonathan Ajani Mohon Tunggu... Jurnalis - Menulis untuk kesenangan

Terima kasih sudah berkunjung dan membaca

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Benarkah Ini Semua?

5 November 2018   18:32 Diperbarui: 5 November 2018   21:59 277
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

            Masa yang suram sudah dilewati. Setidaknya itu yang semua dari kami pikirkan. Memang benar kemerdekaan sudah ada di pandangan kita. Tapi semuanya menjadi kacau ketika satu orang ini datang, setidaknya suatu hal ini. Semua ini bermula dari kedatangan negara Jepang ke negara kami. Pada awalnya kami hanya menganggap bahwa itu hanyalah kedatangan biasa. Namun memang dari awal itu bukanlah tujuannya.

            Pada tanggal 1 Maret 1942, sebelum sang mentari itu terbit, mereka mulai berdatangan ke negara kami yang kala waktu itu sedang dijajah. Tujuan awal mereka memang adalah untuk mencari bahan keperluan perang. "Hai para rakyat negara ini. Kami disini ingin mencari bahan-bahan keperluan perang kami. Dengan seperti itu kami janjikan kemerdekaan atas jajahan ini," sambut para pendatang Jepang tersebut kepada kami. "Bisakah kalian memang melakukan itu? Tidak tahukah kalian seberapa lama kami telah dijajah? Bayangkan, hampir selama 3 abad lamanya kami dijajah. Apa kalian yakin kalian bisa membebaskan kami?" tanya pemimpin kami. " Tenang saja, apa memangnya yang tidak bisa Jepang lakukan?"

            Akhirnya bangsa kami pun menerima kedatangan Jepang masuk kedalam. Memang benar apa yang mereka katakan. Masing-masing bala tentara dan pasukan Belanda mereka berhasil usir satu per satu dari negara kami. Disinilah negara kami merasa bahwa Jepang adalah harapan negara kami mencapai kemerdekaan. Tetapi mereka tidak berhenti sampai disitu. Sambutan hangat kami dimanfaatkan sedemikian rupa oleh mereka.

            "Mulai hari ini, bala tentara Belanda sudah tidak menduduki Indonesia lagi," seru pasukan Jepang. "Horee!! Terimakasih! Kalian memang menepati janji kalian ya," teriak bangsa kami girang. Disinilah awal semuanya menjadi kacau. "Tetapi kami tidak memberikan semua ini secara cuma-cuma kepada kalian," kata para tentara Jepang itu. "Mulai sekarang, kalian harus menuruti perintah kami atas dasar terimakasih nya." "Apa!? Ini namanya kami tidak bebas dari jajahan, melainkan kalian yang bertukar tempat menjajah kami," sahut rakyat kami menolak. "Ya bisa dibilang begitu sih..Hehehe," pemimpin mereka berbicara pelan. Mungkin dia sedang mengutarakan isi hatinya. "Kami bisa mendengar suaramu itu bodoh," teriak salah satu warga. "Suara apa? Aku tidak berkata apa-apa dari tadi. Intinya, itu lah bayaran yang harus kalian bayar kepada kami.

            Tentu saja, karena mereka berbicara seperti itu, terutama karena ocehan pemimpin mereka yang bodoh itu, kami menolak untuk menuruti perintah-perintah dari Jepang. Tetapi mereka memang sangat ahli dalam membujuk. Mereka berkata bahwa mereka akan memberikan kemerdekaan kepada Indonesia. Mereka akan membantu kami dengan cara membuat organisasi dan mengurus segala sesuatu demi Indonesia merdeka. Maka terbentuklah dua organisasi ini Dokuritsu junbi chsa-kai yang berarti Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia yang nantinya digantikan oleh Dokuritsu Junbi Iinkai yang berarti Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia. Tapi dari sisinya yang membujuk itu, Jepang juga memanfaatkan Indonesia.

            "Karena kami telah membantu kalian, setidaknya kalian harus membantu kami sedikit. Mulai sekarang kalian harus bekerja dan menyetor hasil panen kalian kepada kami,"

            Tentu saja bangsa kami menolak, tetapi mereka menekankan satu hal. "Oh iya.. Ini bukanlah kerja biasa, melainkan suatu kerja paksa atau yang namanya Romusha dan kalian harus menurutinya," perintah pasukan Jepang itu. Mereka mengancam untuk membunuh orang yang tidak menuruti perintah mereka. Lagi-lagi, kami merasa dibohongi, dan kami tidak dapat berbuat apa-apa.

            Suatu hari, saat kami sedang bekerja, satu tentara Jepang datang menghampiriku. "Hey kamu, bagaimana hasil kerja kamu? Apakah semua baik-baik saja?" tanya tentara itu kepadaku. "Baik pak, tidak ada masalah," jawabku kesal. Seketika itu juga, suatu kilatan cahaya datang seakan-akan menuju kearah kami. Semua warga termasuk para tentara Jepang juga terlihat panik akan hal itu. Dan disitu pula semua nampak buyar.

            Aku tidak mengingat apa-apa semenjak itu, yang aku ingat hanyalah aku sudah ada di ranjang biasaku. Terbangun untuk melakukan hal-hal seperti biasa. Namun, ada satu hal yang terasa aneh yang tidak dapat ku jelaskan. Lingkungan disekitar nampak beda dengan banyak spanduk spanduk bertuliskan "Oda Nobunaga, persatukan Jepang kembali". Aku tidak mengerti apa arti dari spanduk-spanduk tersebut. Seorang tentara Jepang pernah bercerita kepadaku bahwa Oda Nobunaga adalah orang yang berhasil mempersatukan Jepang dahulu. Tetapi dia sudah seharusnya lama mati, di tahun 1582. Untuk apa nama dia terpampang di seluruh spanduk disini?

            Lepas dari kebingunganku tadi, aku mencoba untuk memulai hari-hari biasaku, bekerja untuk para tentara Jepang itu. Namun ada satu hal yang ingin kutanyakan kepada mereka. Mengenai spanduk yang terpampang dimana-mana itu. Sesampainya di ladang, aku bertemu dengan satu sosok pria tinggi, nampaknya ia yang memimpin. Aku datang menghampirinya dan bertanya "Apa maksud dari semua tulisan ini?" Sewaktu Ia melihat kearah ku, aku pun terkejut. Dia adalah Oda Nobunaga itu sendiri. Buat apa Ia ada di tahun 1942? Bukankah seharusnya Ia sudah lama mati?

            "Akulah Oda Nobunaga, dan aku mempunyai impian untuk menyatukan seluruh Jepang," kata dia. "Ini bukan Jepang, namun Indonesia. Dan Indonesia telah dijanjikan kemerdekaan oleh bangsa kalian," protes ku. Namun Ia berkata bahwa Ia merasa bahwa satu Asia adalah daerah Jepang. Oleh sebab itu maka Ia ingin menyatukan itu semua. "Dan satu hal lagi, kami tidak pernah menjanjikan apa-apa mengenai kemerdekaan Indonesia. Dan mulai sekarang, kalian adalah pekerjaku,"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun