Mohon tunggu...
Jose Natanael
Jose Natanael Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswa

Temanggung-Salatiga

Selanjutnya

Tutup

Foodie

Daging "Palsu" Untuk Vegetarian

11 November 2018   04:35 Diperbarui: 11 November 2018   04:49 582
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://statik.tempo.co/data/2016/05/16/id_506785/506785_620.jpg

Banyak tanggapan bahwa menjadi vegetarian akan menyebabkan seseorang tidak sehat karena tidak mendapatkan protein, vitamin dan zat gizi lainnya dari bahan pangan hewani. Sebenarnya, hal itu tidaklah sepenuhnya benar karena dengan mengatur pola makan yang tepat, apa yang menjadi keresahan banyak orang tentang resiko bervegetarian dapat dihindarkan dan zat gizi yang dibutuhkan tubuh akan terpenuhi.

Berbicara tentang vegetarian dan daging, di pikiran kalian pasti sudah terbenak bahwa dua hal tersebut adalah berlawanan. Pertanyaannya, apakah seorang vegetarian dapat makan daging? Mensiasati hal tersebut maka mulai berkembang inovasi dalam dunia pangan yaitu pembuatan daging tiruan atau Meat Analog. Awalnya saya sempat kebingungan dengan konsep daging tiruan ini, bagaimana bisa bahan nabati dibuat menjadi daging. Mengapa disebut tiruan? Karena daging tersebut bukanlah aslinya tetapi dibuat sesuai daging aslinya mulai dari tekstur, rasa, hingga kandungan gizinya. Dengan kelihaian meracik bumbu, pengalaman yang didapat akan sama seperti makan daging asli.  Daging "palsu" ini umumnya terbuat dari bahan pengganti seperti gluten atau biasa disebut sari pati gandum.

Siapa yang tidak kenal tempe? Tempe adalah bahan pangan nabati dari hasil proses fermentasi kedelai oleh ragi yang merupakan makanan khas Indonesia, khususnya Jawa. Kegunaan tempe sebagai sumber zat gizi, terutama protein, karbohidrat, lemak, mineral dan vitamin yang bermanfaat bagi kesehatan tidak perlu diragukan lagi karena sudah banyak penelitian tentang kandungan tempe yang dilakukan.  Dari hasil penelitian Hermana (1996), menyebutkan bahwa kandungan protein dan beberapa zat gizi lain pada tempe lebih tinggi daripada daging. 

https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/d/df/Sliced_tempeh.jpg/300px-Sliced_tempeh.jpg
https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/d/df/Sliced_tempeh.jpg/300px-Sliced_tempeh.jpg
Tetapi penggunaan gluten ini belum dapat melengkapi kandungan gizi yang dibutuhkan sehingga diperlukan inovasi penambahan tempe sebagai daging tiruan untuk memenuhi kandungan gizi agar setara atau melebihi kandungan gizi daging asli. Kenapa menggunakan tempe? Seperti yang saya bahas sebelumnya, bahwa tempe memiliki kandungan gizi yang luar biasa besar yang melebihi kandungan gizi yang dimiliki oleh daging dan bermanfaat bagi tubuh. Selain itu proses pemasakannya lebih mudah dan daya tahan simpan lebih lama serta kandungan kolesterolnya lebih rendah.

Tempe tersebut dijadikan tepung dan dicampurkan pada gluten kemudian dilakukan proses ekstrusi dengan pemanasan yang nantinya akan menghasilkan Texturized Vegetable Protein (TVP). Antara tempe dan gluten disini memiliki keterkaitan / hubungan satu sama lain. Gluten tidak memiliki kandungan gizi sebaik tempe tetapi berkontribusi dalam hal rasa yang memilki kesamaan dengan daging asli. Sedangkan, peran tempe disini adalah sebagai subtitusi gizi yang tidak bisa didapatkan dari gluten. Pemenuhan gizi ini terkhusus untuk masyarakat vegetarian, bahwa vegetarian juga bisa merasakan daging yang tidak berasal dari bahan hewani.

Jadi, yang dapat saya simpulkan adalah dengan adanya daging "palsu" atau Meat Analog ini, vegetarian tetap dapat memenuhi kebutuhan gizinya seperti protein, vitamin, dan zat gizi lainnya serta memiliki pilihan menu yang bervarian, tidak hanya sayur dan buah saja yang dimakan mentah-mentah tetapi bisa juga merasakan citarasa daging.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun